tag:blogger.com,1999:blog-30840790119142428692024-03-13T04:00:50.609-07:00NURUZ ZAMANAL Islamfadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.comBlogger871125tag:blogger.com,1999:blog-3084079011914242869.post-25716111063221276582023-06-17T03:04:00.000-07:002023-06-17T03:04:14.118-07:00Esensi Fitrah dalam Membangun Komunikasi"<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-rQCVyXf1f5k/XgQroy5U3HI/AAAAAAABo5w/ubHHA-QQVAQhK4gQvGM-DdcVJhcXTYOWwCLcBGAsYHQ/s1600/4b304272-2ddf-449b-a100-6812b971d827%2B%25281%2529.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="1280" height="180" src="https://1.bp.blogspot.com/-rQCVyXf1f5k/XgQroy5U3HI/AAAAAAABo5w/ubHHA-QQVAQhK4gQvGM-DdcVJhcXTYOWwCLcBGAsYHQ/s320/4b304272-2ddf-449b-a100-6812b971d827%2B%25281%2529.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="font-size: xx-small;">Pada hari yang mulia ini marilah terlebih dahulu kita memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah menjadikan kita sebagai hamba pilihanNya yang mampu mengumandangkan takbir pada Hari Raya Idul Fitri ini sebagai hari kemenangan setelah sebulan penuh kita menempa diri, mengendalikan hawa nafsu, untuk mencapai predikat terbaik, hamba yang muttaqin. Salawat dan salam marilah kita sanjungkan kepangkuan Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah menyampaikan risalah kebenaran dalam menjalani kehidupan di dunia dan di akhirat. Begitu juga kepada para sahabat dan keluarga beliau yang telah turut berjuang demi tegaknya kalimah Allah yang suci di muka bumi ini. Puasa Ramadhan yang baru saja berhasil kita jalani sebulan penuh merupakan wujud dari ketulusan dan ketaatan dalam menjalankan perintah Allah sehingga kita mampu bersikap-perilaku mulia, sesuai dengan fitrah manusia di sebelas bulan berikutnya setelah bulan suci Ramadhan. Kita juga baru selesai membayar zakat fitrah sebagai bentuk pensucian diri kepada Allah SWT sehingga kita pada hari ini benar-benar kembali sebagai manusia yang fitri (suci) seperti anak yang baru terlahirkan. Balasan untuk orang yang fitri ini adalah syurga Jannatun Naim. <br /><br />Bukan penghalang <br />Allah berfirman dalam Surat Al-Hujarat ayat 13 yang artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang lelaki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsabangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah adalah yang paling taqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.Allah mengingatkan kita bahwa keberagaman bukanlah penghalang dalam menggalang komunikasi antar sesama. Justru karena keberagaman itulah kita membutuhkan fondasi dan seni komunikasi sehingga dapat menyampaikan, atau menerima pesan, secara kontekstual. Islam telah lebih dahulu menganjurkan ummatnya untuk membangun komunikasi (networks) secara holistik, yakni memelihara hubungan baik dengan Sang Pencipta, Allah SWT (vertikal), dan hubungan baik sesama manusia horizontal). Allah berfirman dalam surat Al-Imran, ayat 112 yang artinya adalah: Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kufur kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas. Dalam ayat di atas, Allah ingin mempertegas hakikat dari fitrah manusia dalam membangun networks. Secara fitrah manusia tidak mungkin bisa hidup sendiri tanpa berhubungan dengan orang lain. Mulai dalam kandungan manusia sudah membangun komunikasi vertikal dengan Allah SWT dan komunikasi non-verbal dengan orangtua. Ada sentakan atau gerakan tertentu sebagai komunikasi antara anak dan orangtuanya. Ketika lahir, tangisan adalah awal komunikasi verbal sebagai pertanda dimulainya kehidupan baru. Kemudian, komunikasi tidak pernah berhenti sampai ia mampu memahami dan meraih suatu kesuksesan dalam kehidupan ini, dan bahkan sampai ketika manusia meninggalkan dunia ini. <br /><br />Fungsi Esensial <br />Fenomena dalam masyarakat sekarang menunjukkan bahwa betapa banyak orang yang mempunyai kapasitas diri tinggi namun gagal dalam membangun kehidupannya secara utuh karena kurang atau tidak mampu memaknai fitrah manusia sebagai modal komunikasi untuk mewujudkan aktualisasi dirinya. Padahal, fitrah manusia mempunyai esensi mendasar dalam membangun komunikasi (networks), dan bahkan semakin terbukti sebagai prasyarat utama bagi kesuksesan seseorang dalam setiap lini kehidupan. Literatur ilmu komunikasi telah banyak melaporkan bahwa seseorang akan mendapat dukungan atau penolakan secara signifikan ditentukan oleh metoda dan gaya komunikasinya. Komunikasi yang otentik memang harus sesuai konteks dan momentum, namun kini semakin terbukti bahwa diatas semua itu tergantung kepada manusia sebagai pelakunya. Ini berarti bahwa nilai dasariah yang membentuk dan menyentuh seseorang individu dalam suatu proses komunikasi memainkan peranan sentral. Kaitannya dengan nilai dan kultur manusia ini, sebagaimana pada masyarakat lain, juga dijumpai dalam masyarakat Aceh seperti terefleksi dari Hadith Maja; “meunye paih bak ta ayon, meukeuneng bak ta antok, lam bak jok jiteubiet saka, menyoe hana paih bak ta ayon, hana meukeneng bak antok, raseuki jineuk jok jiseut u lua”. (Maknanya kira-kira: Kalau kita mampu menghadapi rialitas yang ada, dan tepat bertindak sesuai tantangan yang kita hadapi, dari kondisi sulit pun akan kita peroleh keuntungan. Sebaliknya, kalau kita tidak mampu menghadapi realitas yang ada, danan yang esensinya begitu sentral. Ulasan diatas membahani kita bahwa menguasai teknologi (informasi dan komunikasi) untuk membangun networks sesama manusia adalah penting. Tapi, yang jauh lebih penting adalah bagaimana membangun networks dimaksud secara seimbang antara hablum minallah dan hablum minannas dengan segala komponen nilai dasariah manusia yang cukup kompleks. Kemampuan seperti ini hanya dimiliki oleh orang yang kembali kepada fitrahnya, dan dapat mengendalikan diri untuk tidak dikotorilingkungannya. Rasulullah SAW bersabda yang artinya; Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), kecuali orang tuanya yang membuat dia menjadi yahudi, nasrani, atau majusi (riwayat Bukhari dan Muslim). Hadist ini mengisyaratkan bahwa kesuksesan manusia dalam membangun komunikasi amat dipengaruhi lingkungannya, terutama keluarganya sendiri. Karena itu, adalah penting mengendalikan lingkungan untuk tetap menjaga nilai kemanusiaan dalam membangun networks yang membuat seseorang berhasil menempuh kehidupan dunia dan akhirat. Allah berfirman dalam surat Al-Imran ayat 103 yang artinya: Dan berpeganglah kamu semua kepada tali agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuhan. Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu, karena nikmat Allah, orang- orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat- Nya kepadamu, agar kamu mendamendapat petunjuk. Dalam ayat ini Allah mempertegas bahwa keseimbangan antara hablum minallah dan hablum minannas dapat mengantarkan manusia pada kemampuan membangun komunikasi yang holistik. Dengan itu kita mendapat petunjuk untuk mencapai kebahagian hidup di dunia dan di akhirat. Jadi, untuk bisa masuk syurga pun kita harus mempunyai komunikasi tidak hanya dengan Allah, tapi juga sesama manusia. Keduanya memiliki keterkaitan erat. Realita ini membahani kita bahwaperkembangan teknologi yang canggih yang tidak dibarengi dengan kemampuan membangun “networks” dengan Allah dan sesama manusia secara seimbang ternyata mengantarkan manusia pada derajat yang lebih rendah karena telah hilang dimensi kemanusiaan yang lari hanya mengedepankan rasio ilmiah tanpa diiringi dengan nilai agama yang mampu mengembalikan fitrah. Inilah bahaya laten bagi kelangsungan kehidupan ummat manusia itu sendiri karena di tengah pengaruh globalisasi yang penuh dengan berbagai godaan material dan hawa nafsu, membuat manusia lupa akan fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi. Manusia, bagaimanapun, tidak boleh menjadi budak dari teknologi (informasi dan komunikasi) yang diciptakannya. Bakal jadi korban Masyarakat Aceh, khususnya generasi muda, di satu pihak terdapat bukti bahwa mereka masih kurang serius dan fokus dalam belajar (ketinggalan dalam penguasaan teknologi dan informasi) sehingga kurang mampu dalam membangun networks sesama manusia. Di pihak lain, mereka juga kurang peduli untuk menggali, dan malah mulai meninggalkan, nilai yang membangun networks vertikal secara baik. Akibatnya, mereka potensial atau bakal menjadi generasi korban globalisasi. Sesama manusia mereka gagal, dengan sang khaliknya tipis harapan. Inilah tugas yang paling berat pada masa mendatang, yaitu bagaimana memanusiakan manusia sehingga menjadi selamat di dunia dan akhirat. Dalam kaitan ini, pendidikan di Aceh harus berlandaskan pada konsepsi yang Islami, yang menekankan substansi dan pendekatan holistik bagi pencerahan kapasitas berkomunikasi yang diakari nilai, kultur, dan dasariah manusia untuk membangun kehidupan yang hakiki. Kita sejatinya harus lebih berhasil dalam mengembalikan diri kepada fitrah karena fondasinya begitu kokoh. Kita tidak harus goyang dengan terpaan gelombang teknologi baru yang seringkali tidak merepresentasikan nilai kemanusiaan kita. Kita harus mampu mengaca diri, untuk mengendalikannya dari berbagai percaturan dunia yang dapat merendahkan derajat kemanusiaan. Esensi fitrah manusia yang menjunjung integritas, kejujuran, komitmen, kreativitas, ketahanan mental, dan kearifan dalam berkomunikasi yang mulai memudar, karena itu, harus terus dipupuk-sirami. Esensi ini merupakan modal utama komunikasi meski dalam konteks kontemporer sekalipun. Seorang pemikir Islam terkemuka, Ali Syariati, mengingatkan bahwa bahaya terbesar yang dihadapi umat manusia sekarang, bukanlah ledakan bom atom, tapi justru ledakan fitrah dan nilai dasariah manusia yang merendahkan kemanusiaan itu sendiri. Akibatnya, yang dilahir-ciptakan kini adalah beragam ras non-manusia—mesin berbentuk manusia yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Mereka ada hati, tapi justru tidak bernurani dalam mengkomunikasikan keinginannya. Esensi fitrah dalam membangun komunikasi umat yang dapat meninggikan hakikat kemanusiaan agaknya sudah demikian terdegradasi. Adalah tantangan bagi kita semua untuk menghayati bahwa esensi fitrah manusia demikian sentral dalam membangun komunikasi ummat yang seimbang, baik dengan Sang Pencipta Allah SWT maupun dengan sesama manusia. Karena itu, dalam membangun generasi baru, kita harus menempatkan komunikasi yang holistik, yaitu bagaimana memaknai, menghayati, mengimplementasikan hablum minallah dan hablum minannas dalam kehidupan keseharian. Inilah makna penting renungan Hari Idul Fitri yang dapat mengantarkan manusia kembali menjadi fitrah yang mampu meningkatkan kemanusiaannya pada derajat yang lebih tinggi, seperti pada awal penciptaannya. Semoga Allah SWT selalu memberi arah dan lindunganNya kepada kita sekalian dalam menjalani kekinian, menatapi keakanan yang sarat tantangan, dan akhirnya kemudian kembali kepadaNya dalam keadaan fitri.tidak mampu menghadapi tantangan yang ada, keuntungan yang sudah di depan mata pun akan hilang). Dalam masyarakat modern orang membangun networks melalui teknologi informasi dan komunikasi yang canggih seperti Internet. Dengan teknologi ini manusia dapat menjelajah ke seluruh pelosok dunia tanpa harus pergi ke mana-mana. Dalam waktu yang amat singkat kita dapat mengetahui berbagai peristiwa dunia lewat Internet, baik yang mempunyai nilai positif maupun negatif. Dengan menggunakan telepon genggam (HP, hand phone) atau surat elektronik (email), misalnya, kita dengan mudah dapat berkomunikasi meski ke belahan bumi manapun. Tapi, pada sisi lain, dengan kemajuan teknologi, meski dengan mudah dapat mengetahui berbagai peristiwa di belahan muka bumi ini, kita terkadang alpa dengan peristiwa di sekitar kita sehingga kita merasa kesepian dan keterasingan di antara peristiwa komunikasi dengan teknologi canggih tadi. Ini menunjukkan bahwa teknologi informasi dan komunikasi yang canggih tanpa disadari telah mereduksi atau bahkan menghilangkan dimensi kemanusian dan nilai silaturrahim sebagai modal sosial dalam membangun komunikasi yang berkelanjutan. Karena itu, komunikasi yang hanya mengandalkan teknologi tidak mampu menjadi panasea (obat mujarab) dalam menyelesaikan aneka masalah dalam hubungan dengan manusia. Kini hampir setiap saat kita berkomunikasi dengan HP atau Email. Bahkan teknologi ini sudah masuk ke hampir seluruh pelosok pedesaan dan kehidupan kita. Namun, ketika komunikasi lewat teknologi ini terganjal, sering mengemuka ungkapan “sebaiknya kita bertemu saja untuk membicarakan masalah ini”. Ini menunjukkan bahwa komunikasi dengan teknologi informasi dan komunikasi ini tidak memadai dalam menyelesaikan masalah, jika tidak diwadahi dimensi kemanusiaan dengan substansi nilai silaturrahim di dalamnya. Teknologi memang tidak mampu mewakili, apalagi menjadikan dirinya sebagai, manusia. Berfungsi ganda Para ahli telah mengingatkan bahwa teknologi, termasuk teknologi informasi dan komunikasi, berfungsi ganda: sebagai “kawan” sekaligus “lawan” manusia. Pertumbuhan teknologi yang tidak terkontrol dapat menghancurkan sumber vital kemanusiaan, bahkan dapat membentuk budaya baru yang absen fondasi moral. Karena itu, menurut perspektif filsafat sebagai akar ilmu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bebas nilai (value free) tapi sarat nilai (value laden). Sejak awal hingga akhir abad ke-20, banyak pakar yang begitu percaya bahwa kecanggihan teknologi (informasi dan komunikasi) bakal mampu mengganti posisi manusia. Namun kini banyak fakta emperis yang menunjukkan bahwa teknologi tersebut, seperti komputer dengan aneka perangkat modern- nya, benar semakin canggih, namun tak dapat mengganti peranan manusia dengan segala keunikannya yang dapat merasa, memahami, menghayati, dan bertafakkur. Adakalanya ketika komunikasi yang dibangun antar sesama manusia tergergaji atau melahirkan intensitas masalah fisik-material yang kompleks, secara sadar atau tidak mendorong seseorang untuk menempuh jalan pintas seperti bunuh diri karena tak tahan dengan beban yang menimpanya. Namun, ini tidak seharusnya terjadi bagi umat yang memiliki esensi nilai ketuhanan (hablum minallah), di mana ketika komunikasi sesama manusia belum mampu memberikan solusi, masih ada komunikasi vertikal yang tertinggi dan diyakini bakal memberikannya. Karena itu, upaya menempuh jalan pintas amat langka terjadi pada ummat yang mampu membina hablum minallah dan hablum minannas secara utuh. Ketika berbagai peristiwa komunikasi (networks) yang dibangun sesama manusia tidak mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi, kaum muslimin dan muslimat masih mempunyai komunikasi atau “networks” dengan Sang Pencipta, Allah SWT, yang membangun keteguhan dan ketabahan dalam menghadapi pahitnya aneka persoalan kehidupan sehingga akhirnya mampu keluar dari kemelut yang membelenggu jiwanya. Inilah keunggulan “networks” dalam perspektif Islam. <br /><br />Seimbang <br />Membangun komunikasi yang hanya mengandalkan hubungan material sesama manusia tidak akan sempurna, apabila mengabaikan dimensi spritual – hubungan baik dengan Sang Pencipta. Sebaliknya, memelihara hubungan dengan Allah, disarati ibadah ritualnya yang cukup baik, tapi tidak membangun hubungan sesama manusia, maka dia bakal gagal dalam merajut kehidupannya. Dalam hubungan dengan soliditas keumatan, Rasulullah SAW dalam hadistnya yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim bersabda yang artinya: Perumpamaan orang mukmin dalam saling mencintai dan mengasihi adalah seperti satu tubuh, di mana apabila satu anggota sakit, maka seluruh anggota tubuhnya ikut merasakan. Pemaknaan satu tubuh di sini tidak parsial, atau bersifat verbal semata. Tapi, ia mencakup makna yang holistik dimana konsep komunikasi non-verbal, disamping yang verbal, harus integral dan inheren dalam memaknai keutuhan dasariah manusia. Para ahli komunikasi dan bahasa menyatakan bahwa komunikasi non-verbal justru lebih dominan dibandingkan dengan yang verbal dalam menyukseskan komunikasi antar manusia. Sejumlah istilah seperti silent language atau body language yang merefleksikan komunikasi non-verbal menguasai lebih 70 persen dari total kesuksesan komunikasi. Kesemua istilah yang disebut terakhir ternyata bermuara pada nilai yang mensarati manusia. Disini pulalah esensi fitrah manusia yang tidak sekedar memberikan kontribusi, tapi justru lebih dalam menentukan kesuksesan komunikasi manusia. Begitu pentingnya komunikasi non-verbal ini, Rasulullah SAW, sebagaimana diriwayatkan Imam Ahmad, bersabda “Tidak halal seorang muslim mengisyaratkan kepada sesama saudaranya (sesama muslim) dengan pandangan yang dapat menyakiti hatinya”. Ternyata Islam telah memberikan konsepsi yang menyeluruh (holistik) dalam membangun komunikasi. Dibandingkan konsepsi komunikasi yang sekedar menonjolkan aspek material dan kepentingan terbatas, komunikasi dalam Islam terbukti lebih komunikatif dan komprehensif karena tidak mengabaikan fitrah kemanusia-an yang esensinya begitu sentral. Ulasan diatas membahani kita bahwa menguasai teknologi (informasi dan komunikasi) untuk membangun networks sesama manusia adalah penting. Tapi, yang jauh lebih penting adalah bagaimana membangun networks dimaksud secara seimbang antara hablum minallah dan hablum minannas dengan segala komponen nilai dasariah manusia yang cukup kompleks. Kemampuan seperti ini hanya dimiliki oleh orang yang kembali kepada fitrahnya, dan dapat mengendalikan diri untuk tidak dikotorilingkungannya. Rasulullah SAW bersabda yang artinya; Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), kecuali orang tuanya yang membuat dia menjadi yahudi, nasrani, atau majusi (riwayat Bukhari dan Muslim). Hadist ini mengisyaratkan bahwa kesuksesan manusia dalam membangun komunikasi amat dipengaruhi lingkungannya, terutama keluarganya sendiri. Karena itu, adalah penting mengendalikan lingkungan untuk tetap menjaga nilai kemanusiaan dalam membangun networks yang membuat seseorang berhasil menempuh kehidupan dunia dan akhirat. Allah berfirman dalam surat Al-Imran ayat 103 yang artinya: Dan berpeganglah kamu semua kepada tali agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) ermusuhan. Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu, karena nikmat Allah, orang- orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayatayat- Nya kepadamu, agar kamu mendamendapat petunjuk. Dalam ayat ini Allah mempertegas bahwa keseimbangan antara hablum minallah dan hablum minannas dapat mengantarkan manusia pada kemampuan membangun komunikasi yang holistik. Dengan itu kita mendapat petunjuk untuk mencapai kebahagian hidup di dunia dan di akhirat. Jadi, untuk bisa masuk syurga pun kita harus mempunyai komunikasi tidak hanya dengan Allah, tapi juga sesama manusia. Keduanya memiliki keterkaitan erat. Realita ini membahani kita bahwa perkembangan teknologi yang canggih yang tidak dibarengi dengan kemampuan membangun “networks” dengan Allah dan sesama manusia secara seimbang ternyata mengantarkan manusia pada derajat yang lebih rendah karena telah hilang dimensi kemanusiaan yang lari hanya mengedepankan rasio ilmiah tanpa diiringi dengan nilai agama yang mampu mengembalikan fitrah. Inilah bahaya laten bagi kelangsungan kehidupan ummat manusia itu sendiri karena di tengah pengaruh globalisasi yang penuh dengan berbagai godaan material dan hawa nafsu, membuat manusia lupa akan fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi. Manusia, bagaimanapun, tidak boleh menjadi budak dari teknologi (informasi dan komunikasi) yang diciptakannya. <br /><br />Bakal Jadi Korban Masyarakat Aceh, khususnya generasi muda, di satu pihak terdapat bukti bahwa mereka masih kurang serius dan fokus dalam belajar (ketinggalan dalam penguasaan teknologi dan informasi) sehingga kurang mampu dalam membangun networks sesama manusia. Di pihak lain, mereka jugakurang peduli untuk menggali, dan malah mulai meninggalkan, nilai yang membangun networks vertikal secara baik. Akibatnya, mereka potensial atau bakal menjadi generasi korban globalisasi. Sesama manusia mereka gagal, dengan sang khaliknya tipis harapan. Inilah tugas yang paling berat pada masa mendatang, yaitu bagaimana memanusiakan manusia sehingga menjadi selamat di dunia dan akhirat. Dalam kaitan ini, pendidikan di Aceh harus berlandaskan pada konsepsi yang Islami, yang menekankan substansi dan pendekatan holistik bagi pencerahan kapasitas berkomunikasi yang diakari nilai, kultur, dan dasariah manusia untuk membangun kehidupan yang hakiki. Kita sejatinya harus lebih berhasil dalam mengembalikan diri kepada fitrah karena fondasinya begitu kokoh. Kita tidak harus goyang dengan terpaan gelombang teknologi baru yang seringkali tidak merepresentasikan nilai kemanusiaan kita. Kita harus mampu mengaca diri, untuk mengendalikannya dari berbagai percaturan dunia yang dapat merendahkan derajat kemanusiaan. Esensi fitrah manusia yang menjunjung integritas, kejujuran, komitmen, kreativitas, ketahanan mental, dan kearifan dalam berkomunikasi yang mulai memudar, karena itu, harus terus dipupuk-sirami. Esensi ini merupakan modal utama komunikasi meski dalam konteks kontemporer sekalipun. Seorang pemikir Islam terkemuka, Ali Syariati, mengingatkan bahwa bahaya terbesar yang dihadapi umat manusia sekarang, bukanlah ledakan bom atom, tapi justru ledakan fitrah dan nilai dasariah manusia yang merendahkan kemanusiaan itu sendiri. Akibatnya, yang dilahir-ciptakan kini adalah beragam ras non-manusia—mesin berbentuk manusia yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Mereka ada hati, tapi justru tidak bernurani dalam mengkomunikasikan keinginannya. Esensi fitrah dalam membangun komunikasi umat yang dapat meninggikan hakikat kemanusiaan agaknya sudah demikian terdegradasi. Adalah tantangan bagi kita semua untuk menghayati bahwa esensi fitrah manusia demikian sentral dalam membangun komunikasi ummat yang seimbang, baik dengan Sang Pencipta Allah SWT maupun dengan sesama manusia. Karena itu, dalam membangun generasi baru, kita harus menempatkan komunikasi yang holistik, yaitu bagaimana memaknai, menghayati, mengimplementasikan hablum minallah dan hablum minannas dalam kehidupan keseharian. Inilah makna penting renungan Hari Idul Fitri yang dapat mengantarkan manusia kembali menjadi fitrah yang mampu meningkatkan kemanusiaannya pada derajat yang lebih tinggi, seperti pada awal penciptaannya. Semoga Allah SWT selalu memberi arah dan lindunganNya kepada kita sekalian dalam menjalani kekinian, menatapi keakanan yang sarat tantangan, dan akhirnya kemudian kembali kepadaNya dalam keadaan fitri.+++ [bd] <br /><br />http://www.usk.ac.id/</span></div>
<span class="”fullpost”">
</span></div>
fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3084079011914242869.post-82453169853146909602023-06-17T03:03:00.000-07:002023-06-17T03:03:41.659-07:00Islam di Burkina Faso: Menyebar Islam di Ladang Emas <div style="text-align: justify;">
<a href="http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/masjid-di-burkina-faso-_130218063634-221.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="189" src="http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/masjid-di-burkina-faso-_130218063634-221.jpg" width="320"></a>Oleh Rosyid Nurul Hakim<br><br>Di era penjajahan Prancis, umat Islam dijadikan kepala dan sekertaris daerah bagi wilayah yang dihuni oleh penduduk yang sebagian besar non-Muslim.<br>Burkina Faso. Negara di Afrika Barat yang terkurung daratan itu mayoritas penduduknya beragama Islam. Menurut data yang dihimpun Pew Research Center dalam laporan Pemetaan Populasi Muslim di dunia pada 2009, sebanyak 59 persen penduduk negeri yang dulunya dikenal dengan nama Republik Volta Hulu (Upper Volta) itu adalah Muslim.<br>Jumlah pemeluk Muslim di negara yang berbatasan dengan Mali di sebelah utara; Togo dan Ghana di selatan; Niger di timur, Benin di tenggara; dan Pantai Gading di barat daya itu mencapai 9,29 juta jiwa. Burkina Faso merupakan nama yang diberikan Presiden Thomas Sankara, saat memimpin negeri itu pada 4 Agustus 1984. <br><br>Sejak kapan Islam bersemi di ‘’Negara Orang Jujur’’ itu? Adalah emas yang membuka jalan bagi umat Islam untuk masuk ke Burkina Faso, sebuah negara miskin di daerah Afrika Barat. Sebelumnya, dari abad XI sampai XIX, Burkina Faso didominasi oleh Kerajaan Mossi. <br>Kerajaan ini sangat ketat dengan agama yang dianut oleh masyarakatnya. Dengan segala cara mereka berupaya untuk membentengi masyarakatnya dari agama asing, termasuk Islam. Celah masuknya Islam ke negara itu baru terbuka pada sekitar abad XV. <br>Ladang emas Akan yang dibuka untuk publik mampu membetot perhatian pedagang Muslim. Melihat adanya peluang keuntungan, para saudagar Muslim pun membangun tempat tinggal di negara yang sempat menjadi koloni Prancis itu. Daerah-daerah di Afrika Barat memang dipercaya memiliki kandungan emas yang banyak. <br><br>Daerah kaya emas itu berada di daerah Greenstone Belts. Sabuk emas itu membentang sepanjang 3 juta kilometer persegi di Afrika Barat. Burkina Faso dipercaya memiliki cadangan sekitar 21 persen dari sabuk tersebut. Selain karena emas, para pedagang juga melihat adanya kesempatan memperjualbelikan kacang kola dan garam. <br> Para saudagar Muslim itu sebagian besar berasal dari orang-orang berbahasa Soninke dari daerah Timbuktu dan Djenne. Lama kelamaan mereka mengadaptasi dialek suku Malinke yang kemudian membuat mereka disebut orang-orang Dyula. Mereka membangun tempat tinggal di kota Bobo-Dyulasso, Kong, Bunduku, atau kota lain yang dekat dengan ladang emas.<br><br>Islam mulai menyebar mulai lewat perkawinan antara para saudagar Muslim dengan penduduk setempat. Seiring waktu, generasi-generasi Muslim baru bermunculan dari hasil perkawinan tersebut. Komunitas Muslim pun semakin meluas. Kelompok Muslim pun tanpa terasa sudah dianggap menjadi bagian dari masyarakat Kerajaan Mossi.<br>Orang-orang Dyula juga sangat peduli dengan pendidikan Muslim bagi generasi di bawah mereka. Setiap keluarga berkewajiban untuk mengajarkan Islam bagi anak-anaknya. Dalam struktur komunitas Muslim di sana, terdapat sebuah posisi yang disebut Karamoko, mereka adalah para ulama yang mengerti Alquran, tafsir, hadis, dan sejarah Nabi Muhammad. <br>Seorang Karamoko harus belajar giat agar bisa mendapatkan sorban dan ijazah sebagai tanda atau surat izin untuk mengajarkan Islam. Penyebaran Islam yang pesat di Burkina Faso, saat ini sekitar 60 persen penduduknya beragama Islam, juga dibantu oleh cara Prancis memerintah di negara tersebut. <br><br>Prancis menjadikan Burkina Faso sebagai daerah kolonialnya pada tahun 1919. Berbeda dengan kebijakan Kerajaan Mossi, pemerintahan kolonial ini justru tidak alergi dengan Islam. Mereka justru membantu penyebarannya Islam secara damai melalui perdagangan. Pihak kolonial menganggap umat Muslim, baik secara kultur maupun pendidikan jauh lebih baik dari sebagian masyarakat Afrika yang belum memeluk agama Islam.<br>Kepercayaan pemerintahan kolonial itu diwujudkan dengan diberikannya posisi penting bagi Muslim. Pemeluk agama Islam di Burkina Faso dijadikan kepala dan sekertaris daerah bagi wilayah yang dihuni oleh penduduk yang sebagian besar non-Muslim. Sehingga, angka pemeluk agama Islam di negara itu meningkat signifikan. <br>Pada akhir abad XIX, angka Muslim hanya sekitar 30 ribu jiwa saja. Pada 1959, karena pengaruh pemerintahan kolonial, jumlahnya menjadi 800 ribu jiwa. Itu artinya, pada masa itu, sekitar 20 persen penduduk Burkina Faso sudah memeluk Islam.<br><br>Hal lain yang mempengaruhi jumlah penduduk Muslim di Burkina Faso, menurut H Chmaza dari Universitas YARSI dalam tulisannya di Majalah Al-Hijrah, adalah adanya konflik horizontal di Pantai Gading pada 2002. Pihak oposisi dalam konflik tersebut, Allasane Dramane Ouattara, dianggap masih memiliki daerah Burkina Faso. <br>Sehingga para pengikutnya yang mayoritas Muslim mengungsi ke Burkina Faso dan menetap di negara itu. Menurut Chmaza, beberapa tokoh Muslim memiliki peran penting dalam perkembangan negara Burkina Faso. Seperti Menteri Luar Negeri, Yousouf Ouedraogo, Pengusaha terkenal EI-Hajj Oumarou Kanazae, Souleymane Kore, Mamadou Sawaidogu dan Al-Haji Sakande.<br><br>Meskipun saat ini Burkina Faso menjadi negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam, konstitusinya masih memberikan kebebasan beragama bagi warga negaranya. Pemerintah sama sekali tidak mentoleransi kekerasan terhadap agama lain. <br>Burkina Faso juga tidak menjadi negara berdasarkan agama. Berdasarkan laporan pemerintah Amerika Serikat tahun 2005, baik Islam, Kristen ataupun agama tradisional di Burkina Faso bisa dengan bebas melakukan ibadah atau kegiatan keagamaan mereka yang lain tanpa ada campur tangan dari pemerintah. <br>Hukum negara itu juga memberikan kebebasan bagi setiap agama untuk mengekspresikan diri mereka. Berbagai macam publikasi, siaran radio atau televisi bernuansa agama diperbolehkan asal tidak menghina atau memicu konflik. <br><br>Sumber : http://www.republika.co.id</div>
<span class="”fullpost”">
</span>fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3084079011914242869.post-61482114883563971162022-10-07T05:25:00.001-07:002022-10-07T05:26:47.588-07:00Hidup Berjuang Menegakan Kebenaran ( Oleh H.Mamak Sewulan)<div>Bismillahirrahmanirrahim.</div><div>Pesan dari Guru pada malam Jumat Legi tanggal 7 April 2011.</div><div>Manusia hidup tanpa berjuang jangan berharap bisa tercapai, bentuknya berjuang itu banyak misalnya : dengan berdoa, tenaga, pemikiran dan materi semuanya tujuannya supaya sejahtera dan semuanya tergantung pada pribadinya. Bentuk perjuangan untuk bangsa dan negara ini mau dibawa ke mana ?</div><div>Semua ilmu pemberian dari leluhur kita yang diberikan Allah bila dilaksanakan sesuai ajaran nya pasti akan terkabul. Ilmu-ilmu tersebut tidak semua orang mengerti mengetahui dan memiliki ilmu tersebut. Maka harus bersyukur kepada Allah atas anugerah yang diberikan berupa ilmu. Ilmu itu bila dinilai, nilainya lebih dari triliunan. Jangan sampai kita punya ilmu hanya jadi catatan saja, tapi harus dilaksanakannya. Zaman Nabi Sulaiman alaihissalam didatangi malaikat supaya memilih antara harta dan ilmu, Nabi Sulaiman AS memilih ilmu. Maka manfaatkanlah ilmu-ilmu pemberian Allah supaya bisa seperti Nabi Sulaiman alaihissalam. Urusan istri anak harus di nomor duakan demi perjuangan.</div><div>Barang siapa yang memikirkan orang banyak maka dirinya pasti terpikirkan. Dalam kehidupan ini jangan suka membenci mencaci memaki mengolok-olok menganiaya terhadap sesama, itu semua harus ditinggalkan karena dibenci oleh Allah. Orang yang suka membenci dan sebagainya, maka dirinya dihinggapi sifat syirik terhadap Allah Orang yang dipilih dan terpilih oleh Allah adalah orang yang bertakwa kepada Allah dan punya jiwa perjuangan demi kepentingan Tuhannya, Utusannya, negaranya, bangsanya, dan setidaknya kita harus bisa beramal semampu kita. Enaknya orang yang suka beramal yaitu saat di dunia akan terhormat dan di akhirat pun dijamin sebagai ahli shodaqoh.</div><div>Manusia bila ingin menjadi manusia besar harus mau berjuang. </div><div>Surga itu harganya mahal tapi dijual murah.</div>fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3084079011914242869.post-85994801799650581412013-07-21T18:26:00.002-07:002020-05-28T19:07:19.988-07:00Khubtah Idul Fitri 1434 h<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: small;"><a href="https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQals8ZRLJPEDdqi0xQNMu8A7PxhHYIw525WbjBqdguunzQnlNk0Q" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" class="rg_i" data-sz="f" name="f8En6s_JiWIfgM:" src="https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQals8ZRLJPEDdqi0xQNMu8A7PxhHYIw525WbjBqdguunzQnlNk0Q" style="height: 170px; margin-top: 0px; width: 296px;" /></a>MENANGGUK HIKMAH MADRASAH RAMADHAN </span><br />
<span style="font-size: small;"> (Khutbah Idul Fitri)</span></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
الله أكبر... الله أكبر... الله أكبر... الله أكبر... الله أكبر... الله أكبر... الله أكبر... الله أكبر... الله أكبر... <br />
كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّأَصِيْلاً لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّجُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُنَافِقُوْنَ. الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرُ الصِّيَامِ لِلْمُؤْمِنِيْنَ، وَجَعَلَ عِيْدَ الْفِطْرِ ضِيَافَةً لِلصَّائِمِيْنَ، وَفَرْحَةً لِلْمُتَّقِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَادِقُ الْوَعْدِ الأَمِيْن، اللهم فَصَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلىَ آلهِ وَأَصْحَابِ الْكِرَامِ، وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا كَثِيْرًا ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْن <br />
Hadirin jama’ah shalat idul fitri yang berbahagia…. <br />
<br />
Sejak tadi malam telah berkumandang alunan suara takbir, tasbih, tahmid dan tahlil sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas kemenangan besar yang yang dijanjikan oleh Allah bagi kaum muslimin yang telah menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama satu bulan penuh. Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala :<br />
<br />
وَلِتُكْمِلُوااْلعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُاللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ ولَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ<br />
“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”<br />
<br />
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:<br />
<br />
زَيِّنُوْا اَعْيَادَكُمْ بِالتَّكْبِيْر<br />
“Hiasilah hari rayamu dengan takbir.”<br />
<br />
Marilah kita selalu meningkatkan kualitas ketaqwaan kita kepada Allah: dengan jalan melaksanakan segala perintah-Nya, dan menjahui semua yang dilarangan-Nya.<br />
<br />
Pada kesempatan pagi ini kita berada dalam suasana kebahagiaan, berkat pertolongan Allah, kita telah diberi kekuatan melaksanakan ibadah puasa selama bulan ramadhan, sebagai manifestasi ketaqwaan kita kepada Allah. Kita melaksanakan ibadah puasa ini semata-mata karena yakin atas perintahNya yang diwajibkan kepada kita dan yakin pula atas janji-janjiNya dengan keampunan dan pahala yang besar serta kemenangan, sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yaitu:<br />
<br />
إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ فَرَضَ صِيَامَ رَمَضَانَ وَسَنَنْتُ قِيَامَهُ فَمَنْ صَامَهُ وَقَامَهُ إِحْتِسَابًا خَرَجَ مِنَ الذُّنُوْبِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ.<br />
Sesungguhnya Allah yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi mewajibkan puasa Ramadhan dan aku mensunnahkan shalat dimalam harinya. Barangsiapa puasa Ramadhan dan shalat malam dengan mengharap ridha Allah, maka dia keluar dari dosanya seperti bayi yang dilahirkan ibunya (HR. Ahmad).<br />
<br />
Seiring dengan berlalunya Bulan suci Ramadhan. Banyak hikmah, faidah dan fadhilah yang dapat kita petik untuk menjadi bekal dalam mengarungi kehidupan yang akan datang. Jika bisa diibaratkan, Ramadhan adalah sebuah madrasah penggemblengan terhadap dua perkara, yaitu hawa nafsu dan hati.<br />
1.Hawa Nafu.<br />
Dalam diri setiap manusia terdapat nafsu, seperti nafsu ammarah, nafsu ingin menang sendiri dan nafsu syahwat. Semua nafsu ini selalu mengarah dan mengajak kepada keburukan. Karena itulah Allah dan RasulNya memerintahkan agar selalu berjuang keras untuk menahan dari keinginan hawa nafsu,terutama pada bulan ramadhan. Seorang mujahid terbesar adalah seorang mampu berjuang atau berjihad melawan diri sendiri ( اَلْمُجَاهِدُ مَنْ جَاهَدَ هَوَاهُ ).<br />
<br />
Sebenarnya nafsu ini hanya satu, tetapi ia dapat bersiat ammarah, bersifat lawwamah dan terakhir dapat meningkat kepada muthmainnah. Muthmainnah inilah merupakan puncak kesempurnaan dan kebaikan nafsu insani. Karena nafsu muthmainnah selalu berteman dan berada di sisi Malaikat. Senantiasa berusaha untuk mengabdi kepada Allah swt.<br />
Sedangkan nafsu ammarah selalu berdampingan dengan setan. Menggoda dan mempengaruhi manusia dengan janji-janji palsu, mengajar manusia mengerjakan kebatilan dan kemaksiatan. Nafsu ammarah merupakan nafsu yang menjadi penghalang bagi nafsu muthmainnah untuk mencapai tingkat kesempurnaan. Begitulah seterusnya, bahwa dalam kehidupan kita ada dua nafsu yang selalu berlawanan.<br />
Imam Ghazali mengatakan bahwa pada diri manusia terdapat empat sifat, tiga sifat berpotensi untuk mencelakakan manusia, satu sifat berpotensi mengantarkan manusia menuju pintu kebahagiaan.<br />
Pertama, sifat kebinatangan (بَهِيْمَةْ); tanda-tandanya menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan tanpa rasa malu. Pada bulan ramadhan kita dilatih untuk makan sahur dan bukanya dengan yang halal.<br />
Kedua, sifat buas (سَبُعِيَّةْ) ; tanda-tandanya banyaknya kezhaliman dan sedikit keadilan. Yang kuat selalu menang sedangkan yang lemah selalu kalah meskipun benar. Pada bulan ramadhan kita dilatih menahan amarah, sehingga kalau ada yang mengajak bertengkar maka dianjurkan mengatakan “aku sedang berpuasa.<br />
Ketiga sifat syaithaniyah (الشيطانية); tanda-tandanya mempertahankan hawa nafsu yang menjatuhkan martabat manusia. Pada bulan ramadhan kita dilatih dengan mendengarkan banyak nasehat dan latihan mengamalkan perintah Allah.<br />
Sedangkan satu-satunya sifat yang membahagiakan adalah sifat rububiyah (رُبُوْبِيَّةْ); ditandai dengan keimanan, ketakwaan dan kesabaran yang telah kita bina bersama-sama sepanjang bulan Ramadhan. Orang yang dapat dengan baik mengoptimalkan sifat rububiyah di dalam jiwanya niscaya jalan hidupnya disinari oleh cahaya Al-Qur'an, prilakunya dihiasi budi pekerti yang luhur (akhlaqul karimah).<br />
<br />
2.Hati<br />
Hati memiliki kedudukan yang sangat penting karena baik dan buruknya seseorang sangat tergantung pada bagaimana keadaan hatinya, bila hatinya baik, maka baiklah orang itu dan bila hatinya buruk, buruklah orang itu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:<br />
<br />
أَلاَ إِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ<br />
Ingatlah, di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Apabila ia baik, baiklah anggota tubuh dan apabila ia buruk, buruk pulalah tubuh manusia. Ingatlah, segumpal daging itu adalah hati (HR. Bukhari dan Muslim).<br />
<br />
Oleh karena itu hati harus kita perlakukan dengan baik dalam kehidupan ini.<br />
Pertama, hati harus dibuka dan jangan sampai kita tutup. Yang menutup hati biasanya orang-orang kafir sehingga peringatan dan petunjuk tidak bisa masuk ke dalam hatinya, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<br />
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لاَ يُؤْمِنُونَ خَتَمَ اللّهُ عَلَى قُلُوبِهمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عظِيمٌ<br />
Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat. (QS Al-Baqarah [2]:6-7)<br />
<br />
Orang kafir sangat membenci Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tetapi setelah masuk Islam menjadi orang yang sangat mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih dari dirinya sendiri bahkan nyawanya sendiri.<br />
Kedua hati dibersihkan. Hati akan terkontaminasi oleh kotornya dosa-dosa, sehingga kita dianjurkan untuk memohon ampun dan bertaubat dari dosa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:<br />
<br />
التاَّ ئِبُ مِنَ الذَنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ<br />
Orang yang bertaubat dari dosanya seperti orang yang tidak menyandang dosa (HR. Thabrani).<br />
Hati yang bersih akan membuat seseorang menjadi sangat sensitif terhadap dosa, karena dosa adalah kekotoran yang membuat manusia menjadi hina, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<br />
وَلاَ تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ. يَوْمَ لاَ يَنفَعُ مَالٌ وَلاَ بَنُونَ. إِلاَّ مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ<br />
Dan janganlah engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (QS Asy-Syu’araa [26]:87-89).<br />
Ketiga, hati dilembutkan. Hati menjadi keras karena lalai pada perintah Allah dan lalai dari mengingat Allah / berdzikir. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:<br />
<br />
لاَ تُكْثِرُواالْكَلاَمَ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللهِ, فَإِنَّ كَثْرَةَ الْكَلاَمِ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللهِ تَعَالَى قَسْوَةٌ لِلْقَلْبِ, وَإِنَّ أََبْعَدَ النَّاسِ مِنَ اللهِ الْقَلْبُ الْقَاسِى<br />
Janganlah kalian banyak berbicara yang bukan (dalam rangka) dzikir kepada Allah. Karena banyak bicara yang bukan (dalam rangka) dzikir kepada Allah akan membuat hati keras. Sementara manusia yang paling jauh dari Allah adalah yang hatinya keras (HR. Tirmidzi).<br />
<br />
Untuk bisa melembutkan hati, kita bisa melakukannya dengan banyak cara, di antaranya menyayangi anak yatim dan orang-orang miskin. Dalam satu hadits disebutkan:<br />
<br />
أنَّ رَجُلاً شَكَا إلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَسْوَةَ قَلْبِهِ فَقَالَ: إِمْسَحْ رَأْسَ الْيَتِيْمِ وَ أَطْعِمِ الْمِسْكِيْنِ<br />
Seorang lelaki pernah datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam seraya melaporkan kekerasan hatinya, maka beliau menasihatinya: “Usaplah kepala anak yatim dan berilah makanan kepada orang miskin” (HR. Ahmad).<br />
<br />
Karena itu, amat disayangkan bila ada orang yang hatinya keras bagaikan batu sehingga sulit untuk diberi nasihat dan peringatan sebagaimana yang terjadi pada Bani Israil seperti yang disebutkan Allah subhanahu wa ta’ala dalam firman-Nya:<br />
<br />
ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُم مِّن بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الأَنْهَارُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاء وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللّهِ وَمَا اللّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ <br />
Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan. (QS Al-Baqarah [2]:74).<br />
Keempat, hati harus disehatkan. Hati yang sehat adalah hati yang mempunyai iman yang sempurna kepada Allah, sedangkan hati yang sakit ada sifat kemunafikan dalam hati. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<br />
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَقُولُ آمَنَّا بِاللّهِ وَبِالْيَوْمِ الآخِرِ وَمَا هُم بِمُؤْمِنِينَ. يُخَادِعُونَ اللّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلاَّ أَنفُسَهُم وَمَا يَشْعُرُونَ. فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ اللّهُ مَرَضاً وَلَهُم عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ <br />
Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian”, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih,disebabkan mereka berdusta. (QS Al-Baqarah [2]:8-10)<br />
Kelima, hati ditajamkan. Hati yang tajam adalah hati yang memahami perintah Allah dan RasulNya. Dalam keadaan apapun ingin selalu melaksanakan perintah dan mencintai Allah dan RasulNya. Dari tidur sampai tidur kembali mengusahakan agar semua aktifitas sehari-hari menjadi bernilai ibadah disisi Allah.<br />
Setelah satu bulan kita menunaikan ibadah puasa, kini tiba saatnya hariraya Idul Fitri, hari yang penuh kebahagiaan dan kemenangan bagi kita semua ummat Islam yang telah memenuhi kewajiban berpuasa pada bulan ramadhan.<br />
<br />
اِذَاصَامُوْاشَهْرَرَمَضَانَ وَخَرَجُوْا اِلَى عِيْدِهِمْ، يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: يَا مَلَائِكَتِيْ كُلُّ عَامِلٍ يَطْلُبُ اَجْرَهُ، وَ عِبَادِ يَ الَّذِيْنَ صَامُوْا شَهْرَهُمْ، وَخَرَجُوْا اِلَى عِيْدِهِمْ، يَطْلُبُوْنَ اُجُوْرَهُمْ، اِشْهَدُوْا اَنِّيْ قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ، فَيُنَادِيْ مُنَادٍ يَااُمَّةَ مُحَمَّدٍ، اِرْجِعُوْا اِلَى مَنَازِلِكُمْ، قَدْ بَدَّلْتُ سَيِّئَاتِكُمْ حَسَنَاتٍ فَيَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: يَاعِبَادِيْ صُمْتُمْ لِىْ وَ اَفْطَرْتُمْ لِيْ فَقُوْمُوْا مَغْفُوْرًالَكُمْ<br />
Artinya : Apabila orang-orang telah selesai berpuasa pada bulan ramadhan, lalu keluar menuju (shalat) hari raya mereka, maka Allah ta’ala berfirman : Wahai malaikat-malaikatKu, setiap yang beramal tentu mengharap pahalanya, dan sekarang hambaKu yang telah berpuasa selama sebulan dan keluar menuju (shalat) hari raya mereka dan mereka mengharap balasannya, maka saksikanlah olehmu sekalian bahwa Aku telah benar-benar mengampuni mereka. Kemudian ada suatu panggilan yang menyeru,”Wahai ummat Muhammad, kembalilah kalian ke rumah masing-masing, sesungguhnya kesalahan kalian telah diganti dengan kebajikan”. Lalu Allah ta’ala berfirman,”Wahai hambaKu, kalian telah berpuasa untukKu dan berbuka untukKu, maka bangunlah kalian dalam keadaan telah mendapatkan ampunan.”<br />
<br />
Namun sebelum hari idul fitri diperintahkan membayar zakat fitrah. Abdullah bin Umar radahiyallahu anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :<br />
فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ زَكَاةَ الفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ اَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ عَلَى العَبْدِ وَالحُرِّ وَالذَّكِرَ وَالأُنْثَى وَالصَّغِيْرِ وَالكَبِيْرِ مِنَ المُسْلِمِيْنَ<br />
Artinya : Zakat fitrah pada bulan ramadhan adalah 1 sha’ kurma atau 1 sha’ gandum, wajib bagi seorang hamba sahaya dan yang merdeka, laki-laki dan perempuan, orang dewasa dan anak-anak dari kaum muslimin (HR Bukhari dan Muslim)<br />
Untuk apa kita diperintah menunaikan zakat fitrah ? Zakat fitrah ini merupakan kunci pembuka dan penyempurna agar ibadah puasa ramadhan kita diterima oleh Allah, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :<br />
<br />
شَهْرُ رَمَضَانَ مُعَلَّقٌ بَيْنَ السَّمَا ءِ وَالأَرْضِ وَلاَ يُرْفَعُ اِلَى اللهِ اِلاَّ بِزَكَاةِ الفِطْرِ<br />
Artinya : Bulan ramadhan tergantung diantara langit dan bumi, dan tidak akan diangkat kehadapan Allah, kecuali dengan zakat fitrah (HR Ibnu Syahin).<br />
<br />
Waktu pelaksanaannya sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :<br />
<br />
فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ زَكَاةَ الفِطْرِ طُهْرَةٌ للِصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِوَالرَّفَثِ وَطُعْمَةٌ لِلْمَسَاكِيْنِ فَمَنْ اَدَّهَا قَبْلَ الصَّلاَةِ فَهِيَ زَكَاةٌ مَقْبُوْلَةٌ وَ مَنْ اَدَّهَا بَعْدَالصَّلاَةِ فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدَقَاتِ<br />
Artinya : Zakat fitrah adalah pembersih bagi orang yang berpuasa dari perbuatan yang sia-sia dan perkataan yang kotor, dan sebagai hidangan bagi orang miskin. Barangsiapa yang menunaikannya sebelum shalat Ied maka ia termasuk zakat fitrah yang diterima, dan barangsiapa yang menunaikan sesudah shalat Ied, maka ia termasuk sedekah biasa (HR Abu Daud dan Ibnu Majah)<br />
Selanjutnya kita akan memasuki suasana di luar bulan ramadhan, maka bagaimana kita tetap berusaha menjadikan kita selalu didalam ampunan Allah dan dalam usaha tetap menjaga ketaqwaan kita kepada Allah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :<br />
<br />
وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ ﴿١٣٣﴾ الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّـهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ ﴿١٣٤﴾<br />
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik diwaktu lapang maupun sempit dan dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS Ali Imran: 134)<br />
Manusia tingkatan I, menafkahkan harta dalam masa lapang dan sempit<br />
Manusia tingkatan II, menahan amarah pada ada orang yang berbuat salah kepada kita,<br />
Manusia tingkatan III, manusia ini tidak hanya mampu menahan amarahnya ketika ada orang lain yang berbuat salah kepadanya tetapi dia mampu dengan ikhlas mau memaafkannya.<br />
Manusia tingkatan IV, (yang paling mulya dan disukai oleh Allah subhanahu wa ta’ala) , yakni manusia yang bukan sekedar mampu menahan amarah, atau mampu memaafkan kesalahan orang lain, tetapi lebih dari itu, manusia tersebut mampu berbuat baik kepada orang yang pernah melakukan kesalahan kepadanya.<br />
<br />
Dalam satu hadits disebutkan bahwa shalat dan puasa belum cukup membawa seseorang ke surga sampai dadanya bersih dari dendam, hatinya penyayang, dan berbelas kasih terhadap sesama.<br />
<br />
Janji Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang patut untuk direnungkan. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa menjamin untukku satu perkara, aku jamin untuknya empat perkara. Hendaknya dia bersilaturrahim, niscaya keluarganya akan mencintainya, diperluas baginya rezekinya, ditambah umurnya dan Allah memasukkannya ke dalam syurga yang dijanjikan-Nya.” (HR. Ar-Rabii’)<br />
<br />
اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. وَاَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ ربِّهِ ونَهَيَ النَّفْسَ عَنِ اْلَهوَى فَاِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ اْلمَأْوَى. جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ اْلعَائِدِيْنَ وَاْلفَائِزِيْنَ وَاْلمَقْبُوْلِيْنَ وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِى زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ وَاَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَاسْتَغْفِرُ لِى وَلَكُمْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرْهُ اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ <br />
<br />
Khutbah Kedua <br />
<br />
الله أكبر ×٧ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّأَصِيْلاً لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ. اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ كُلُّهُ وَلَكَ الشُّكْرُ كُلُّهُ وَإِلَيْكَ يَرْجِعُ اْلأَمْرُ كُلُّهُ عَلاَ نِيتُهُ وَسِرُّهُ، فَأَهْلٌ أَنْتَ أَنْ تُحْمَدَ، وَأَهْلٌ أَنْتَ أَنْ تُعْبَدَ، وَأَنْتَ عَليَ كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ. اللهم لَكَ الْحَمْدُ حَتَّي تَرْضَي، وَلَكَ الْحَمْدُ إِذاَ رَضِيْتَ وَلَكَ الْحَمْدُ بَعْدَ الرِّضاَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْواَنِهِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سَيِّدِناَ وَشَفِيْعِناَ وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوااللهَ فِيْماَ أَمَرَ وَانْتَهَوْا فِيْماَ نَهَى وَزَجَرَ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ الله أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ بِقَوْلِهِ عَزَّ مِنْ قَائِل: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاَأيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَنْبِيَائِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلَائِكَتِكَ الْمُقَرَّبِيْنَ، وَارْضَ اَللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ: أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيُّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَناَّ مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ ياَ أَرْحَمَ الراَّحِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِناَتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِماَتِ اْلأَحْياَءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْواَتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَواَتِ ياَ قاَضِيَ الْحاَجاَتِ <br />
<br />
Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan doa. <br />
<br />
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنَهُمْ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَاجْعَل فِي قُلُوْبِهِمُ الْإِيْمَانَ وَالْحِكْمَةَ وَثَبِّتْهُمْ عَلَى مِلَّةِ رَسُوْلِكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ وَأَوْزِعْهُمْ أَنْ يُوْفُوْا بِعَهْدِكَ الَّذِي عَاهَدْتَهُمْ عَلَيْهِ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ إِلهَ الْحَقِّ وَاجْعَلْنَا مِنْهُمْ<br />
<br />
Ya Allah, ampunilah kaum mukminin dan mukminat, muslimin dan muslimat, perbaikilah di antara mereka, lembutkanlah hati mereka dan jadikanlah hati mereka keimanan dan hikmah, kokohkanlah mereka atas agama Rasul-Mu shallallahu ‘alaihi wasallam, berikanlah mereka agar mampu menunaikan janji yang telah Engkau buat dengan mereka, menangkan mereka atas musuh-Mu dan musuh mereka, wahai Ilah yang hakو jadikanlah kami termasuk dari mereka.<br />
<br />
<br />
اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ. <br />
Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir.<br />
<br />
اللّهمَّ حَبِّبْ إلَيْنَا الْإيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوْبِنَا وَكَرِّهْ إلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِيْنَ <br />
Ya Allah, jadikanlah kami mencintai keimanan dan hiasilah keimanan tersebut dalam hati kami. Dan jadikanlah kami membenci kekufuruan, kefasikan dan kemaksiatan dan jadikanlah kami termasuk orang yang mendapat petunjuk.<br />
<br />
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أعْدَاءَ الدِّينِ وَاجْعَلْ دَائِرَةَ السُّوْءِ عَلَيْهِمْ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ اَللَّهُمَّ فَرِّقْ جَمْعَهُمْ وَشَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَخُذْهُمْ أَخْذَ عَزِيْزٍ مُقْتَدِرٍ إنَّكَ رَبُّنَا عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٍ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ <br />
<br />
Ya Allah, muliakanlah Islam dan umat Islam, hinakanlah syirik dan orang-orang musyrik, hancurkanlah musuh agama, jadikan keburukan melingkari mereka, wahai Rabb alam semesta. Ya Allah, cerai beraikan persatuan dan kekuatan mereka, siksalah mereka, sesungguhnya Engkau berkuasa atas segala sesuatu, wahai Rabb alam semesta. Ya Allah, cerai beraikan persatuan dan kekuatan mereka, siksalah mereka, sesungguhnya Engkau berkuasa atas segala sesuatu, wahai Rabb alam semesta.<br />
<br />
اللَّهُمَّ إِنِّا نَسْأَلُكَ الثَّبَاتَ فِي الْأَمْرِ وَالْعَزِيمَةَ عَلَى الرُّشْدِ وَنَسْأَلُكَ شُكْرَ نِعْمَتِكَ وَحُسْنَ عِبَادَتِكَ وَنَسْأَلُكَ قَلْبًا سَلِيمًا وَلِسَانًا صَادِقًا وَنَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا تَعْلَمُ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا تَعْلَمُ وَنَسْتَغْفِرُكَ لِمَا تَعْلَمُ<br />
<br />
Ya Allah kami memohon kepadaMu keteguhan dalam melaksanakan ajaranMu dan kekuatan tekad untuk menepati jalan petunjuMu, Kami memohon kepadaMu untuk dapat mensyukuri ni'matMu dan beribadah menghambakan diri dengan baik kepadaMu, Kami memohon kepadamu hati yang suci sejahtera dan lisan yang jujur. Kami memohon kepadaMu kebaikan yang Engkau Maha Mengetahuinya. Dan kami berlindung kepadaMu dari kejahatan yang Engkau Maha Mengetahuinya<br />
<br />
اللَّهُمَّ إِنّا نَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ اللَّهُمَّ إِنِّا نَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِينِنا وَدُنْيَاناَ وَأَهْلِنا وَمَالِنا اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْراَتِنا وَآمِنْ رَوْعَاتِنا اللَّهُمَّ احْفَظْنَا مِنْ بَيْنِ أيْدِيناَ وَمِنْ خَلْفِنا وَعَنْ يَمِينِنَا وَعَنْ شِمَالِنا وَمِنْ فَوْقِنا ونَعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ نُغْتَالَ مِنْ تَحْتِنا<br />
<br />
Ya Allah kami mohon kepadaMu, keampunan dan kesejahteraan bagi agama dan urusan dunia kami, bagi keluarga dan harta kami. Ya Allah tutuplah aib dan cela kami, Dan ubahlah rasa takut kami menjadi rasa aman damai, Peliharalah kami dari depan dan dari belakang kami, Dari Kanan dan dari kiri kami, Dan dari atas kami dan dari bawah kami, Dan kami berlindung di bawah kemahaagunganMu, Dari malapetaka yang ditimpakan kepada kami, dari arah bawah kami,<br />
<br />
<br />
اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ وَمِنْ الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مُصِيبَاتِ الدُّنْيَا وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا وَلَا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا وَلَا تَجْعَلْ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لَا يَرْحَمُنَا <br />
Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selama kami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.<br />
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ <br />
Wahai Tuhan kami, karuniakan kepada kami kebaikan di dunia dan di akhirat, dan peliharalah kami dari adzab api neraka<br />
وَصَلِّ اَللَّهُمَّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ ِللهِ .عِبَادَ اللهُ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى الْقُربَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَخْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اكْبَرُ </div>
<span class="”fullpost”">
</span></div>
fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3084079011914242869.post-15495574501473693132013-02-26T22:32:00.000-08:002013-07-24T07:20:31.648-07:00Mutiara Akhlaq Yang Telah Memudar<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-sZM5xnxYpG0/US2oQ1Spn5I/AAAAAAAAJ2g/5Wa9v0XG9Ww/s1600/bahrain-grand-mosque.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="163" src="http://1.bp.blogspot.com/-sZM5xnxYpG0/US2oQ1Spn5I/AAAAAAAAJ2g/5Wa9v0XG9Ww/s200/bahrain-grand-mosque.jpg" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #663366;">Akhlaq
itu maknanya ialah perangai atau sikap zahir ataupun batin pada diri
manusia. Sedangkan perangai atau sikap itu baik dhahir maupun batin
berkaitan dengan apa yang diistilahkan dengan </span><i style="color: #663366;">hablum minallah </i><span style="color: #663366;">(hubungan dengan Allah Ta'ala) dan </span><i style="color: #663366;">hablum minan nas </i><span style="color: #663366;"> (hubungan dengan sesama manusia). Allah Ta'ala telah menegaskan prinsip akhlaq dalam kerangka </span><i style="color: #663366;">hablum minallah </i><span style="color: #663366;"> dan </span><i style="color: #663366;">hablum minan nas </i><span style="color: #663366;"> ini dalam firman-Nya sebagai berikut: </span></div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
“Mereka telah ditimpa kehinaan di mana pun mereka berada, kecuali bila mereka menyambung hubungan dengan Allah ( <i>hablum minallah </i>) dan dengan sesama manusia ( <i>hablum minannas </i>).
Dan mereka juga ditimpa dengan kemurkaan dari Allah dan ditimpa pula
oleh kemiskinan. Yang demikian itu karena mereka mengingkari ayat-ayat
Allah dan membunuh para Nabi-nabi dengan tidak benar. Yang demikian itu
karena akibat dari kedurhakaan yang mereka lakukan dan mereka adalah
orang yang melampaui batas.” ( <b>Ali Imran </b>: 112)<br />
<br />
Ayat
ini memberitakan berbagai malapetaka yang telah menimpa Bani Israil
sebagai akibat dari berbagai kedurhakaan mereka kepada Allah dan kepada
para Nabi-Nabi-Nya, sehingga mereka harus mengalami malapeteka kehinaan,
kemiskinan, dan kemurkaan dari Allah. Maka telah diberitakan oleh-Nya
bahwa jalan keluar dari segala malapetaka yang mengepung mereka itu
adalah dengan membangun kembali <i>hablum minallah </i> dan <i>hablum minan-nas. </i>
Sehingga jadilah keduanya sebagai kerangka akhlaq dalam membangun
kehidupan yang seutuhnya bagi masyarakat manusia di dunia ini. Oleh
karena itu kita harus mengerti apa sesungguhnya <i>hablum minallah </i> dan <i>hablum minan nas </i> itu, untuk mengerti kerangka <i>akhlaqul karimah </i>
(akhlaq yang mulia) dan kemudian kriterianya pula yang kita pahami dari
Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan pemahaman para Salafus Shalih.</div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
<b>PENGERTIAN <i>HABLUM MINALLAH </i> DAN <i>HABLUM MINAN-NAS </i></b></div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Kalau dimaknakan secara bahasa, <i>hablum minallah </i> itu adalah hubungan dengan Allah dan <i>hablum minan-nas </i> adalah hubungan dengan manusia. Akan tetapi dalam pengertian istilah <i>syari'ah </i> maknanya adalah sebagai berikut: </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
1). <i>Hablum minallah </i>,
maknanya ialah perjanjian dari Allah. Yaitu masuk Islam atau beriman
dengan Islam sebagai jaminan keselamatan bagi mereka di dunia dan
akherat. Atau tunduk kepada pemerintahan Muslimin dengan jaminan dari
pemerintah itu sebagaimana yang diatur oleh Syari'ah dalam perkara hak
dan kewajiban orang <i>kafir dzimmi </i> (yaitu orang kafir yang menjadi
warga negara Islam) untuk mendapatkan jaminan perlindungan hak-haknya
sebagai manusia di dalam kehidupan dunia saja, dan mendapat ancaman
adzab di akhirat. (Lihat <b><i>Tafsir At-Thabari </i></b>, <i><b>Tafsir Al-Baghawi </b></i>, dan <b><i>Tafsir Ibnu Katsir </i></b> tentang pengertian surat Ali Imran 112). </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
2). <i>Hablum minan-nas </i>,
maknanya ialah perjanjian dari kaum Mukminin dalam bentuk jaminan
keamanan bagi orang kafir dzimmi dengan membayar upeti bagi kaum
Mukminin melalui pemerintahnya untuk hidup sebagai warga negara Islam
dari kalangan minoritas non Muslim. Atau dengan bahasa lain ialah dalam
berinteraksi dengan sesama manusia, maka jaminan yang bisa dipercaya
hanyalah dari kaum Muslimin yang dibimbing oleh Syari'at Allah Ta'ala. </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Dengan demikian, <i>akhlaqul karimah </i>
dibangun di atas kerangka hubungan dengan Allah melalui perjanjian yang
diatur dalam Syari'at-Nya berkenaan dengan kewajiban menunaikan hak-hak
Allah Ta'ala dan juga kerangka hubungan dengan sesama manusia melalui
kewajiban menunaikan hak-hak sesama manusia baik yang muslim maupun yang
kafir. Dari kerangka inilah kemudian diuraikan kriteria <i>akhlaqul karimah </i>. Hak-hak Allah itu ialah mentauhidkan-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain-Nya. Yaitu menunaikan <i>tauhidullah </i> dan menjauhi <i>syirik </i>, mentaati Rasul-Nya dan menjauhi <i>bid'ah </i> (yakni penyimpangan dari ajarannya). Dan inilah sesungguhnya prinsip utama bagi <i>akhlaqul karimah </i>, yang kemudian dari prinsip ini akhlaq Rasulullah <i>shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam </i>dipuji dan disanjung oleh Allah Ta'ala dalam firman-Nya: </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
“Dan sesungguhnya engkau (hai Muhammad) di atas akhlaq yang agung.” ( <b>Al-Qalam </b>: 4) </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah <i>rahimahullah </i> menerangkan tentang ayat ini: </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
“Dan adapun akhlaq yang agung yang Allah terangkan bahwa ia itu ada pada Muhammad <i> shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam </i>, pengertiannya adalah pengamalan segenap ajaran agama ini, yaitu segenap apa yang Allah perintahkan dengan mutlak.” ( <b><i>Majmu' Fatawa </i></b> Ibnu Taimiyah jilid ke 10 halaman 658). </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Dalam pengertian yang demikian inilah akhlaq Rasulullah <i>shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam </i>sebagai
penafsiran yang sah bagi ajaran Allah yang ada di dalam Al-Qur'an,
sebagaimana hal ini dinyatakan oleh Aisyah Ummul Mu'minin <i>radliyallahu `anha </i>: </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
“Akhlaq Rasulullah itu adalah Al-Qur'an.” (HR. <b>Muslim </b>). </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Al-Imam Abi Abdillah Muhammad bin Muflih Al-Maqdisi <i>rahimahullah </i> dalam kitabnya <b><i>Al-Aadaab Asy-Syar'iyyah </i></b> menerangkan tentang pengertian daripada pernyataan A'isyah ini sebagai berikut: </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
“Maksudnya
ialah, bahwa beliau berpegang dengan adab-adab yang diajarkan oleh
Al-Qur'an, dan segenap perintah yang ada padanya dan juga segenap
larangannya, juga berpegang dengan apa yang dikandunginya dari kemuliaan
akhlaq dan kebaikan perangai serta kelembutan.” ( <b><i>Al-Aadaab Asy-Syar'iyyah </i></b>, jilid ke dua hal. 194). </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Bahkan Rasulullah <i>shallallahu `alaihi wa sallam </i>menyatakan: </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
“Sesungguhnya
seorang Mu'min itu akan bisa mencapai derajat amalan puasa dan shalat
malam dengan memiliki akhlaq yang baik.” (HR. <b>Abu Dawud </b> dalam <b><i>Sunan </i></b>nya, <i>Kitabul Adab </i> bab <i>Fi Husnil Khuluq </i> hadits ke 4798 dari A'isyah <i>radliyallahu `anha </i>). </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Al-`Allamah Abit Thayyib Muhammad Syamsul Haq Al-Adhim Abadi <i>rahimahullah </i> dalam kitabnya <b><i>Aunul Ma'bud Syarah Sunan Abi Dawud </i></b> menerangkan makna hadits tersebut di atas: </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
“Orang
Mu'min yang mempunyai akhlaq yang baik diberi keutamaan yang besar
seperti ini, karena memang orang yang puasa dan orang yang shalat malam
adalah orang-orang yang berjihad melawan hawa nafsunya. Demikian pula
orang yang akhlaqnya baik terhadap manusia, walaupun kenyataannya
manusia itu beraneka ragam tabiatnya juga tingkah laku mereka yang
berbeda-beda satu dengan lainnya, maka dengan tetap dia berakhlaq yang
baik kepada semua mereka itu, berarti dia harus berjihad melawan
berbagai hawa nafsu dari banyak orang itu. Sehingga dengan demikian,
Mu'min yang berakhlaq seperti ini mencapai keutamaan seperti yang
dicapai oleh orang yang banyak puasa sunnah dan selalu menunaikan shalat
malam. Kedudukannya sederajat dengan mereka, bahkan kadang-kadang
derajatnya lebih tinggi.” ( <b><i>Aunul Ma'bud Syarah Sunan Abi Dawud </i></b> juz 13 halaman 154). </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Juga Rasulullah <i>shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam </i>menegaskan tentang keutamaan orang Mu'min yang mempunyai akhlaq yang mulia dalam sabda beliau sebagai berikut: </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
“Sesungguhnya orang yang terbaik dari kalangan kalian adalah yang paling baik akhlaqnya.” (HR. <b>Bukhari </b> dalam <b><i>Shahih </i></b>nya <i>Kitabul Adab </i> bab <i>Husnul Khuluq was Sakha' wa Maa Yukrahu Minal Bukhli </i> hadits ke 6035 dari Abdullah bin Amr, lihat <b><i>Fathul Bari </i></b>juz 10 hal. 456). </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
<br />
<b>BEBERAPA AKHLAQ YANG TERCELA MENURUT PANDANGAN ISLAM </b></div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Setelah kita mengerti kerangka dan kriteria <i>akhlaqul karimah </i>, kita perlu mengerti pula kerangka dan kriteria <i>akhlaqudz dzamimah </i> (yakni akhlaq yang tercela). Agar kita dapat lebih dalam lagi memahami <i>akhlaqul karimah </i>,
sehingga dapat lebih mudah lagi mengamalkannya. Akhlaq yang tercela
telah dipaparkan dalam Al-Qur'an dan Al-Hadits, adalah dalam rangka
menimbulkan perasaan anti pati dalam diri kita terhadapnya. </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Adapun <i>akhlaqudz dzamimah </i>,
tumbuh dalam kerangka perbuatan kemusyrikan dan kebid'ahan dan dalam
rangka mengekor kepada hawa nafsu. Karena itu kita dapati, bahwa Islam
amat mencela perbuatan syirik, bid'ah dan mengekor kepada hawa nafsu.
Segala kerusakan akhlaq, adalah bersumber dari ketiganya. Hal ini
dinyatakan oleh Allah dan Rasul-Nya dalam Al-Qur'an dan Al-Hadits
sebagai berikut: </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
1). Syirik sebagai kedhaliman yang paling besar dan menumbuhkan mental penakut: </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
“Sesungguhnya syirik itu adalah kedhaliman yang besar.” ( <b>Luqman </b>: 13). </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Allah Ta'ala menegaskan pula tentang mental penakut pada orang yang berbuat syirik: </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
“Kami
akan memasukkan rasa takut yang dahsyat dalam hati orang-orang kafir
akibat perbuatan mereka menyekutukan Allah dengan yang lain-Nya yang
tidak diperintahkan oleh-Nya. Dan tempat kembali mereka itu adalah
neraka, sebagai tempat kembali yang sejelek-jeleknya bagi orang-orang
yang berbuat dhalim.” ( <b>Ali Imran </b>: 151). </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
2). Bid'ah sebagai sumber kesesatan dan penyimpangan agama, sebagaimana hal ini dinyatakan oleh Rasulullah <i>shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam </i>: </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
“Dan
hati-hatilah kalian dari perkara yang dibikin-bikin dalam agama, karena
semua yang dibikin-bikin itu adalah bid'ah dan semua yang bid'ah itu
adalah sesat.” (HR. <b>Abu Dawud </b>dan <b>At-Tirmidzi </b> dalam Sunan keduanya). </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
3).
Hawa nafsu, sebagai sebab terbesar terjadinya kemusyrikan dan
kebid'ahan serta segala penyimpangan lainnya. Allah Ta'ala menegaskan
tentang betapa jahatnya orang yang selalu menuruti hawa nafsunya: </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
“Tidakkah
engkau melihat orang-orang yang telah menjadikan hawa nafsunya sebagai
sesembahannya. Apakah engkau akan menjadi pembela terhadap mereka ini?
Apakah engkau menyangka bahwa kebanyakan mereka itu mendengar dan
memikirkan apa yang engkau sampaikan, mereka itu tidak lain keadaannya
seperti binatang ternak atau bahkan lebih rendah.” ( <b>Al-Furqan </b>: 43 – 44). </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Menjadikan hawa nafsu sebagai sesembahan itu maknanya ialah menuruti selera hawa nafsu itu apapun yang dimaukannya. (Lihat <b><i>Tafsir At-Thabari </i></b> tentang ayat-ayat tersebut). </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Dari
tiga akhlaq yang tercela ini, muncullah berbagai pelanggaran akhlaq,
karena dengan ketiganya disingkirkanlah otoritas agama sebagai pengatur
dan pembimbing kehidupan di dunia ini. Sehingga muncullah segala
malapetaka pada segenap aspek kehidupan ummat manusia seperti sekarang
ini. </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
<b><br /> MUTIARA-MUTIARA AKHLAQ YANG TELAH HILANG </b></div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Dalam rangka <i>otokritik </i>
(kritik kepada kalangan sendiri), tulisan ini disajikan kepada segenap
pembaca yang budiman. Sebagai upaya kita berjihad memperbaiki nasib
Ummat Islam yang semakin terpuruk dari masa ke masa dalam pergaulan universal. Imam Malik bin Anas <i>rahimahullah </i> menyatakan kemestian <i>problem solving </i> bagi ummat ini: </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
“Tidak akan menjadi baik urusan ummat ini kecuali dengan yang telah memperbaiki pendahulunya.”<br />
<br />
Pendahulu ummat ini adalah para Shahabat Nabi <i>shallallahu `alaihi wa sallam </i>.
Sedangkan yang telah memperbaiki nasib penduhulu ummat ini adalah
ketika mereka beriman dan beramal dengan bimbingan Al-Qur'an dan
As-Sunnah. Itulah yang terus kita perjuangkan dan berikut ini kita
berusaha mengenali kekurangan diri kita sendiri agar kita berpeluang
memperbaikinya. Yaitu mutiara-mutiara akhlaq yang hilang dari pergaulan
kita. Semoga dengan kita menyadari kehilangan barang berharga tersebut,
kita akan berusaha menemukannya kembali, dan mutiara itu bersinar lagi
dalam pergaulan kita. Inilah data barang hilang itu: </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
1). <b>Al-Ikhlas </b>,
yaitu kemurnian tauhid dari segala noda syirik dalam beribadah kepada
Allah Ta'ala. Noda syirik itu dengan segenap jenisnya akan merusakkan
keikhlasan kita dalam beribadah kepada-Nya. Sedangkan jenis-jenis syirik
itu adalah: </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
a). <i>Syirik akbar </i> atau syirik besar, yaitu mempersembahkan amalan ibadah kepada selain Allah disamping mempersembahkannya kepada Allah. <i>Syirik akbar </i> ini membatalkan keislaman pelakunya dan tentu membatalkan keikhlasannya pula. <i>Syirik akbar </i>
ini contohnya ialah sujud dan ruku' kepada selain Allah, berdoa kepada
selain-Nya, thawaf mengelilingi tempat yang dikeramatkan selain Ka'bah
seperti thawaf di kuburan wali dan lain-lainnya. Dan masih banyak lagi
contoh perbuatan <i>syirik akbar </i>. </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
b). <i>Syirik asghar </i>
atau syirik kecil, yaitu mempunyai niat amalan shalih selain untuk
Allah juga untuk yang selain-Nya. Atau menyandarkan diri dalam upaya
mencapai keberuntungan dan juga usaha untuk menghindarkan diri dari mara
bahaya kepada selain Allah di samping kepada Allah. Contohnya seperti <i>riya' </i>
(yakni diniatkan amalannya untuk dilihat atau dipuji orang), juga
meyakini keselamatan rumahnya dari pencuri karena ada anjing penjaga
padanya atau ada angsa yang selalu bersuara keras bila ada orang yang
tidak dikenalnya. Dan termasuk dalam katagori <i>syirik asghar </i>,
ialah bila seseorang beramal dengan amalan akhirat, tetapi dia niatkan
dengannya untuk mendapatkan kepentingan dunia. Semua itu adalah <i>syirik asghar </i> yang merusakkan keikhlasan pelakunya. Dan masih banyak lagi contoh-contoh amalan <i>syirik asghar </i> selain apa yang tersebut di atas. </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
c). <i>Syirik khafi </i>atau
syirik yang tersembunyi, yaitu amalan syirik yang tersamar pada
kebanyakan orang karena tampaknya seolah-olah perbuatan itu ikhlas untuk
Allah semata padahal ada niat sampingan yang tersembunyi untuk selain
Allah. Hal ini disadari oleh sedikit orang yang dirahmati Allah dan
segera dia bertaubat kepada-Nya untuk memurnikan kembali keihkhlasannya
yang telah dirusak oleh <i>syirik khafi </i> tersebut. Tetapi kebanyakan
orang amat sulit merasakannya dan baru dia mengerti setelah adanya
penyimpangan yang jauh dari niat ikhlasnya untuk Allah dan sulit untuk
memurnikan kembali niatnya karena telah terkait dengan kepentingan dunia
amalan ibadahnya dan hancurlah keikhlasannya untuk Allah karenanya.
Kebanyakan <i>syirik khafi </i> ini dimulai dari <i>syirik asghar </i> dan kemudian berkembang sampai pada tingkat <i>syirik akbar </i>.
Contohnya ialah seorang yang berdakwah menyeru manusia kepada agama
Allah. Tetapi diam-diam dia mempunyai agenda tertentu untuk meraih
keuntungan dunia melalui jalan dakwah. Atau orang yang berjihad di jalan
Allah, disamping niatnya untuk meraih keridlaan Allah juga mempunyai
niat lain dari kepentingan dunia. Sehingga akhirnya sampai pada tingkat
tujuannya mencapai kepentingan dunia mengalahkan niatnya untuk meraih
ridla Allah. </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Demikian
bahayanya syirik itu dalam merusakkan atau bahkan menghancurkan
samasekali keikhlasan seorang mukmin dalam beribadah atau beramal
shalih. Semakin tersembunyinya syirik itu bagi kebanyakan orang, maka
semakin besar pula bahayanya. Tetapi sayang, di hari ini semua jenis
syirik yang tiga itu telah mewabah pada kebanyakan kaum Muslimin. Bahkan
telah mendominasi kehidupan mereka. Sehingga kaum Muslimin tidak ada
lagi wibawanya di hadapan musuh-musuhnya. Karena yang muncul di
tengah-tengah kaum Muslimin adalah orang-orang <i>oportunis </i> yang
membonceng kepada kepentingan agama demi mencapai kepentingan dunia.
Sedikit sekali orang yang benar-benar ikhlas karena Allah dalam beragama
ini. Karena memang perbuatan ikhlas itu telah menjadi amalan yang amat
berat dalam kehidupan ummat ini di masa kini. Lebih jelasnya, makna
ihklas itu telah amat sulit diterapkan pada ummat ini. Karena telah
sedikit sekali orang yang mengerti makna ikhlas dengan lengkap
dikarenakan semakin malasnya ummat ini untuk belajar agama. Al-Imam Abu
Utsman Said bin Ismail <i>rahimahullah </i> telah menerangkan dengan lengkap tentang makna ikhlas yang sesungguhnya sebagai berikut: </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
“Makna
sesungguhnya keikhlasan itu ialah bila seorang Muslim dalam beramal
shalih, selalu mengabaikan penglihatan makhluk terhadap amalan itu
karena terus-menerus menumpahkan perhatian kepada penglihatan Al-Khaliq
(sang Pencipta). Dan ikhlas itu ialah bila engkau beramal shalih, hatimu
menginginkan ridla Allah semata dari amalan, ilmu serta dari perbuatan
itu. Karena engkau takut kemurkaan Allah dengan sebab ilmu yang ada
padamu dan Allah terus-menerus melihat engkau. Sehingga dengan itu akan
hilanglah dari hatimu riya'. Kemudian engkau selalu ingat berbagai
kenikmatan Allah atasmu, karena Dia telah memberimu taufiq (bimbingan)
untuk kamu memilih amalan itu sehingga hilanglah rasa ‘ujub (yakni rasa
bangga diri) dari hatimu. Dan kemudian engkau menggunakan kelembutan
dalam beramal itu sehingga hilanglah dari hatimu ketergesa-gesaan.
Karena Rasulullah <i>shallallahu `alaihi wa sallam </i>bersabda: </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
“Tidaklah
Allah jadikan kelembutan pada sesuatu kecuali akan memperindah sesuatu
itu dan tidaklah Ia mencabut kelembutan itu dari sesuatu, kecuali akan
memburukkannya.” </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Selanjutnya
Abu Utsman menerangkan: “Dan ketergesa-gesaan itu adalah sikap orang
yang mengikuti hawa nafsu, sedangkan kelembutan itu adalah sikap orang
yang mengikuti sunnah (yakni ajaran Nabi Muhammad <i>shallallahu `alaihi wa sallam </i>).
Bila engkau telah selesai menjalankan amalanmu dengan cara demikian,
hatimu terasa penuh ketakutan dari kemungkinan Allah menolak amalanmu
dan tidak menerimanya. Hal ini sebagaimana diberitakan oleh Allah Ta'ala
dalam firman-Nya: </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
“Dan
orang-orang yang bila mengerjakan suatu amalan, hati mereka akan penuh
ketakutan karena mereka yakin akan kembali ke Tuhan mereka.” ( <b>Al-Mu'minun </b>: 60). </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Kemudian
Abu Utsman menegaskan: “Barang siapa yang mengumpulkan empat perkara
ini dalam amalannya, maka sungguh dia adalah orang yang berbuat ikhlas
dalam amalannya insya Allah.” (HR. <b>Al-Baihaqi </b> dalam <b><i>Syu'abul Iman </i></b> jilid 5 halaman 348 riwayat ke 6885 – 6886) </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Empat
perkara yang merupakan ciri keikhlasan seseorang yang bisa dirasakan
oleh orang yang sedang beramal itu sendiri sebagaimana yang dijelaskan
oleh Abu Utsman Sa'ied bin Ismail tersebut di atas, bila diringkaskan
adalah sebagai berikut: </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
a). <i>Ar-Ru'yah </i>, yakni merasa yakin bahwa amalannya sedang dilihat dan diawasi oleh Allah Ta'ala. </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
b). <i>Ar-Raja' </i> , yakni mengharapkan ridla Allah semata untuk menerima amalan itu dan memberinya pahala. </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
c). <i>Ar-Rifeq, </i> yakni kelembutan dan kehati-hatian dalam menjalankan amalan itu dan tidak tergesa-gesa. </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
d). <i>Al-Khauf, </i> yakni takut kalau amalannya itu tidak diterima oleh Allah Ta'ala. </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Betapa
jarangnya kaum Muslimin yang memenuhi hatinya dengan empat perkara
tersebut ketika beramal shalih. Bahkan sebaliknya, yang diharapkan ialah
pengakuan manusia, yang ditakutinya ialah kemarahan atau pengucilan
handai taulan karib kerabat terhadapnya, cenderung kasar dan
tergesa-gesa membikin keputusan, serta penuh rasa ujub (bangga diri)
dalam beramal dan mengharapkan acungan jempol banyak orang. </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Jadi,
mutiara ikhlas telah hilang dari kita dan gantinya adalah kemunafikan
dalam bentuk sikap beragama dua muka yang berbeda antara satu muka
dengan muka yang lainnya. Tampaknya sedang beramal dengan amalan shaleh
untuk Allah, tetapi hatinya penuh agenda tersendiri untuk meraih
kedudukan di sisi manusia. Hal ini telah dikeluhkan oleh para Shahabat
Nabi di jaman Ta'biin (yaitu zaman sepeninggal Nabi Muhammad <i>shallallahu `alaihi wa sallam </i>tetapi para shahabat beliau masih hidup). Hudzaifah bin Al-Yaman <i>radhiyallahu anhu </i> menjelaskan tentang sikap dua muka orang munafiq itu, dalam riwayat berikut ini: </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Dari
Abi Yahya mengatakan: Pernah Hudzaifah ditanyai: “Apakah yang dinamakan
munafiq itu?” Beliau menjawab: “Munafiq itu adalah orang yang berbicara
tentang Islam tetapi dia tidak beramal dengannya.” (Riwayat Ibnu
Batthah Al-Ukbari dalam <b><i>Al-Ibanah Al-Kubra </i></b> jilid 2 halaman 296 riwayat ke 928). </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Ini
menunjukkan bahwa si munafiq itu ketika berbicara tentang Islam, sama
sekali tidak ada keikhlasan untuk merasa terikat dengannya sehingga
Islam hanya dibibirnya saja tetapi tidak ada realisasinya dalam
amalannya. </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Kemudian
Hudzaifah memperingatkan: “Akan datang suatu masa pada kaum Muslimin,
dimana pada waktu itu bila engkau melempar anak panah di hari Jum'at
(yaitu ketika banyak orang berkumpul di masjid untuk menunaikan
kewajiban shalat Jum'at), maka anak panah itu tidak mengena kecuali
orang kafir atau orang munafiq.” (Riwayat Ibnu Batthah Al-Ukbari dalam <b><i>Al-Ibanah Al-Kubra </i></b> jilid 1 halaman 179 riwayat ke 9). </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Yakni
mayoritas orang yang ada di masjid-masjid pada hari Jum'at itu adalah
orang-orang Islam yang telah batal keislamannya karena berbagai
kemusyrikan yang dilakukannya sehingga jadilah dia kafir karenanya. Atau
kalau tidak demikian maka yang paling ringan adalah orang Islam yang
tidak lagi mempunyai keyakinan dan keikhlasan dalam beragama sehingga
jadilah dia sebagai orang munafiq karenanya. Masyarakat Muslimin yang
telah kehilangan mutiara-mutiara akhlaq dan juga amat rendah
pengetahuannya serta pengamalannya tentang agama. Rasulullah <i>shallallahu `alaihi wa sallam </i>memberitahukan
bahwa orang munafiq itu tidak akan mempunyai perangai yang mulia dan
tidak akan pula mengerti ilmu agama. Hal ini telah diberitakan olehnya
dalam sabdanya: </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
“Dua perkara yang tidak mungkin ada pada orang munafiq, yaitu perangai yang baik dan paham agama.” (HR. <b>At-Tirmidzi </b> dalam <b><i>Sunan </i></b>nya hadits ke 2684 dari Abi Hurairah). </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Ini
menunjukkan bahwa akhlaq yang mulia akan hilang dengan hilangnya
keikhlasan dan munculnya kemunafikan. Demikian pula akan terjadi sikap
ummat Islam yang mengabaikan ilmu agama ketika tumbuh subur di kalangan
mereka mental munafiq. </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Abdullah bin Umar bin Al-Khattab <i>radhiyallahu anhuma </i>
menyatakan: “Sesungguhnya seorang Muslim masuk ke rumah penguasa dalam
keadaan masih ada Iman dan Islam pada dirinya, tetapi ketika dia keluar
dari padanya dalam keadaan tidak lagi tersisa padanya agamanya sedikit
pun.” Ditanyakan kepada beliau: “Mengapa demikian wahai Abu Abdur
Rahman?” Beliau menjawab: “Karena dia di hadapan penguasa itu berusaha
menyenangkannya dengan perkara yang dibenci oleh Allah.” (Riwayat Ibnu
Batthah Al-Ukbari dalam <b><i>Al-Ibanah Al-Kubra </i></b> jilid 2 halaman 694 riwayat ke 924). </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Demikianlah
kenyataannya, dunia politik praktis sering mendidik kaum Muslimin
melakukan basa-basi politik atau tegasnya sikap menjilat kepada penguasa
sehingga kosong dari keikhlasan. Bahkan sikap menjilat itu dilakukan
dengan menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah atau dengan tenang
menginjak-nginjak hukum Allah demi mendapatkan restu penguasa itu. Yang
demikian itu adalah kemunafikan yang menghancurkan keikhlasannya dalam
beragama. </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Pernah
pula ditanyakan kepada Abdullah bin Umar tentang orang yang menemui
penguasa dan di hadapan penguasa itu dia memuji-mujinya. Tetapi ketika
dia keluar dari tempat kediaman penguasa itu, dia mencaci-maki penguasa
tersebut. Bagaimana perbuatan orang yang demikian ini? Beliau
menjawabnya: “Kami para shahabat Nabi menganggap perbuatan yang demikian
ini di zaman Nabi <i>shallallahu `alaihi wa sallam </i>sebagai kemunafikan.” (Riwayat Ibnu Batthah Al-Ukbari dalam <b><i>Al-Ibanah Al-Kubra </i></b> jilid 2 hal. 693 – 694 riwayat ke 921). </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Semuanya telah terjadi di hadapan kita dan di masyarakat kita dan mutiara ikhlas itu memang telah hilang dari kita. </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Syaikh Abdurrahman bin Al-Hasan bin Muhammad bin Abdul Wahhab <i>rahimahumullah </i> dalam <b><i>Fathul Majid </i></b> halaman 185 jilid ke 2 menukil omongan kakeknya (yaitu Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab <i>rahimahullah </i>):
“Diperingatkan agar orang yang berdakwah menyeru manusia kepada agama
Allah harus menjaga keikhlasannya. Karena banyak orang yang tampaknya
menyeru kepada kebenaran, kemudian ternyata dia menyeru orang untuk
memuliakan si juru da'wah itu sendiri.” </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Orang-orang
yang beramal shalih tetapi mempunyai niat bercabang antara niat untuk
Allah dan juga untuk yang lain-Nya, akan berhadapan dengan pengadilan
Allah di hari Mahsyar di hari kiamat dan di sana Allah menyatakan
menolak sama sekali semua amalan yang niatnya bercabang seperti itu. Hal
ini telah diberitakan oleh Nabi Muhammad <i>shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam </i>dalam sabda beliau sebagai berikut: </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
“Sesungguhnya
manusia pertama yang akan diadili perkaranya oleh Allah di hari kiamat
adalah seorang pria yang syahid (terbunuh dalam pertempuran membela
agama Allah), kemudia orang itu didatangkan di hadapan Allah dan
kemudian diperkenalkan kepadanya segenap nikmat-Nya yang dilimpahkan
kepadanya dan dia mengakui semua nikmat itu. Kemudian ditanyakan
kepadanya: “Apa yang telah engkau amalkan dengan nikmat itu?” Dia
menjawab: “Aku berperang di jalan-Mu dan aku terbunuh sebagai syahid.”
Allah menyatakan kepadanya: “Engkau telah berdusta, akan tetapi engkau
telah berperang agar engkau dikatakan sebagai pemberani. Dan sungguh
telah dikatakan demikian.” Kemudian diperintahkan agar diseret orang
tersebut pada wajahnya sehingga dilemparkan ke neraka. Kemudian
didatangkan pula seorang yang belajar ilmu agama dan mengajarkannya dan
membaca Al-Qur'an untuk dihadapkan kepada Allah. Diperkenalkanlah
kepadanya berbagai kenikmatan-Nya kepadanya dan dia mengakui segala
limpahan kenikmatan itu dari-Nya. Allah menanyakan kepadanya: “Apa yang
engkau telah lakukan dengannya?” Orang ini pun menjawab: “Aku telah
belajar ilmu agama dan aku mengajarkannya dan aku membaca Al-Qur'an
semata-mata untuk-Mu.” Maka Allah menjawabnya: “Engkau telah berdusta,
akan tetapi engkau belajar agama agar engkau dikatakan sebagai orang
yang berilmu, dan memang telah dikatakan demikian. Dan engkau membaca
Al-Qur'an agar dikatakan sebagai ahli baca Al-Qur'an, dan memang telah
dikatakan demikian.” Maka Allah perintahkan agar orang ini diseret pada
wajahnya dan kemudian dia dilemparkan ke neraka. Didatangkan pula pada
waktu itu seorang yang dilapangkan rizkinya oleh Allah dan diberi
limpahan harta dengan segala jenisnya. Orang tersebut dihadapkan kepada
Allah dan dikenalkan kepadanya berbagai kenikmatan-Nya yang telah
dilimpahkan kepadanya, dan dia mengakuinya. Maka Allah tanyakan
kepadanya: “Apa yang telah engkau lakukan dengan berbagai kenikmatan
itu?” Diapun menjawab: “Aku tidak membiarkan satu jalan pun yang Engkau
senangi, kecuali aku selalu belanjakan hartaku padanya untuk-Mu.” Allah
menyatakan kepadanya: “Engkau telah berdusta. Engkau lakukan semua itu
adalah untuk engkau dikatakan dermawan dan memang telah dikatakan
demikian.” Kemudian diperintahkan untuk orang ini diseret pada wajahnya
sehingga dilemparkan ke neraka.” (HR. <b>Muslim </b>dalam <b><i>Shahih </i></b>nya hadits nomor 1905 dari Abi Hurairah <i>radliyallahu `anhu </i>juz 13 hlm. 44 bab <i>Man Qotala li ar-Riya'i wash Shum'ati istahaqqon-nari </i>). </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Demikianlah,
betapa celakanya orang yang beramal shalih dengan amalan-amalan yang
besar tetapi niatnya tidak ikhlas karena Allah Ta'ala bahkan niatnya
bercabang dengan berbagai niat yang lainnya. Maka “ikhlas” itu sebagai
mutiara akhlaq yang dapat ditumbuhsuburkan melalui pembekalan ilmu
Tauhid dengan mengenal Allah dan sifat-sifat-Nya serta perbuatan-Nya dan
mempersembahkan segenap amalan shalih hanya untuk Allah semata serta
membersihkan Tauhid dari segenap noda syirik. </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
2). <b>As-Shidqu </b>,
yakni kejujuran. Yaitu kejujuran dalam menyatakan iman kepada Allah dan
Rasul-Nya serta kejujuran dalam segala perkara yang diwajibkan oleh
agama kita. Kejujuran yang dimaksud di sini ialah samanya pernyataan
lisan dengan apa yang diyakini oleh hati dan sama antara keadaan
tersembunyi dengan keadaan di hadapan orang ramai. Kalau lawan daripada <i>Al-Ikhlash </i> adalah <i>An-Nifaq </i> (yakni kemunafikan), maka lawan dari <i>As-Shidqu </i> adalah <i>Al-Kadzib </i> (yakni kedustaan). <i>As-Shidqu </i> itu adalah sumber segala amalan baik, sedangkan <i>Al-Kadzib </i> itu adalah sumber segala amalan jahat. Hal ini telah dinyatakan oleh Rasulullah <i>shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam </i>dalam sabda beliau sebagai berikut: </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
“Sesungguhnya <i>As-Shidqu </i>itu
membimbing orang kepada amalan shalih dan amalan shalih membimbing
pelakunya kepada surga. Dan sesungguhnya seorang itu terus-menerus
berbuat <i>shidiq </i> (yakni jujur) sehingga ditulis di sisi Allah sebagai <i>shiddiq </i>(yakni
orang yang selalu berbuat jujur). Dan sesungguhnya dusta itu membimbing
orang kepada amalan jahat, dan sesunguhnya amalan jahat itu membimbing
pelakunya ke neraka. Dan seseorang itu terus-menerus berdusta, sehingga
ditulis di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. <b>Bukhari </b> dan <b>Muslim </b> dalam kitab <b><i>Shahih </i></b> keduanya dari Abdullah bin Mas'ud). </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Diberitakan pula oleh Rasulullah <i>shallallahu `alaihi wa alihi sallam </i>tentang ciri-ciri <i>as-shidqu </i>itu adalah ketentraman pada pelakunya dan sebaliknya ciri-ciri kedustaan itu ialah kebimbangan pada pelakunya: </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
“Tinggalkanlah apa yang meragukanmu dan berpeganglah dengan apa yang tidak meragukan kamu, karena <i>As-Shidqu </i> (kejujuran) itu menyebabkan ketentraman pada pelakunya dan dusta itu menyebabkan kebimbangan pada pelakunya.” (HR. <b>At-Tirmidzi </b> dalam <b><i>Sunan </i></b>nya dari Al-Hasan bin Ali). </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Al-`Allamah Al-Mubarakfuri <i>rahimahullah </i> menjelaskan makna hadits ini sebagai berikut:<br />
“Maknanya
ialah: Tinggalkanlah apa yang engkau ragu padanya baik dari perkataan
maupun dari perbuatan, ragu apakah ia terlarang ataukah ia tidak
terlarang, apakah ia sunnah ataukah ia bid'ah. Tinggalkanlah yang
demikian keadaannya dan condonglah kamu kepada apa yang engkau tidak
ragu padanya. Yang dimaksud dengan perintah ini ialah bahwa setiap
mukallaf hendaknya membangun keyakinan agamanya di atas keyakinan ilmiah
setelah melakukan upaya penelitian dalil untuk mencapai kepastian. Dan
hendaknya setiap orang itu di atas ilmu dalam beragama.” ( <b><i>Tuhfatul Afwadzi bi Syarah Jami'it Tirmidzi </i></b>jilid 7 hal. 221). </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Demikianlah mestinya sikap <i>shidiq </i>
dalam beragama, sehingga akan menimbulkan ketenangan di hati dalam
meyakini agamanya dan akan mantap dan penuh semangat dalam
mengamalkannya. Adapun orang-orang yang tidak mempunyai akhlaq <i>shidiq </i>
dalam beragama, dan banyak bermain-main dengan kedustaan dalam
beragama, maka sungguh dia akan hanya menimbulkan fitnah belaka dalam
mengamalkan agama. Karena pengamalannya tidak konsisten pada satu sikap,
akan tetapi mudah sekali berubah-rubah dari satu sikap kepada sikap
yang lainnya tanpa alasan yang jelas. Baru saja orang-orang
diperingatkan untuk jangan dekat-dekat dengan si fulan. Alasannya bahwa
si fulan itu membawa pemahaman yang sesat. Kemudian dalam tempo sebulan
atau dua bulan, sudah berubah lagi dengan seruan untuk mengupayakan <i>ishlah </i>(kerukunan)
kembali dengan si fulan yang dituduh sesat itu. Bila ditanyakan, apa
alasannya kok terjadi perubahan sikap yang secepat itu? Jawabnya: “Masih
menunggu keterangan Ulama'.” Sementara para pendusta yang sedang
mempermainkan ummat dengan kedustaannya, terus-menerus berpindah-pindah
dari satu Ulama' kepada Ulama' yang lainnya untuk memperoleh pembenaran
terhadap kedustaannya dengan melakukan penipuan kepada para Ulama'
tersebut. Bila mendapat jawaban dari seorang Ulama' yang tidak sesuai
dengan manuver kedustaannya, maka tentunya jawaban itu segera
disembunyikan atau tidak berselera untuk menyebarkannya. Akan tetapi
bila dia berhasil mendapatkan jawaban yang sesuai dengan hawa nafsu
kedustaannya, segeralah jawaban itu disebarluaskan ke semua pihak
disertai dengan anjuran untuk mengikuti Ulama'. Betapa celakanya ummat
ini ketika dakwah kepada sunnah (ajaran) Nabi <i>shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam </i>dijadikan
bulan-bulanan permainan kotor para pendusta. Inilah kenyataan pahit
yang sedang berlangsung di generasi kita. Dan mutiara <i>As-Shidqu </i> adalah mutiara akhlaq yang telah hilang dari kehidupan kita. Sehingga yang sedang mewabah adalah <i>Al-Kadzib </i>. </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
<i>Quo vadis </i> Ummat Islam, barangkali inilah yang sangat dikuatirkan oleh Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri <i>rahimahullah </i>
(beliau adalah Imam dari kalangan tabi'it tabi'in) sebagai mana yang
telah diceritakan oleh murid beliau yang bernama Al Faryabi rahimahullah
sebagai berikut ini: </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
“Sufyan Ats-Tsauri bila melihat orang-orang <i>An-Nabath </i>
(yakni orang-orang asli Irak tidak punya nasab dan tidak terdidik dalam
keluarga yang mulia) mencatat ilmu di majlis ilmu, wajah beliau berubah
karena tidak senang. Maka aku pun menanyakannya: “Wahai Aba Abdillah,
aku melihat engkau amat keberatan bila melihat orang-orang itu menulis
ilmu (yakni ilmu agama), mengapa?” Beliau pun menjawab: “Ilmu agama ini
dulunya ada di tangan orang-orang Arab dari kalangan orang-orang mulia.
Maka bila ilmu ini telah keluar dari tangan mereka dan berpindah tangan
kepada orang-orang <i>nabathi </i> itu dan di tangan orang-orang yang rendah budi pekertinya, maka akan rusaklah agama ini.” (Riwayat Ibnu Abdil Bar dalam <b><i>Jami' Bayanul Ilmi wa Fadl-lihi </i></b> jilid 1 hal 620 – 621, riwayat ke 1072) </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Maka untuk membangun kembali akhlaq <i>shidiq </i>
pada ummat ini, haruslah dibangkitkan keimanan mereka kepada ancaman
adzab Allah di dunia dan akhirat terhadap para pendusta. Agar orang yang
beriman itu terus-menerus mendidik dirinya untuk selalu bersikap <i>shidiq </i>. Ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits-hadits Nabi <i>shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam </i>yang
menganjurkan sikap shidiq dan mengancam orang yang selalu berdusta,
tidak akan bermanfaat bagi orang yang tidak beriman kepada kengerian
adzab Allah bagi orang yang berdusta dan tidak beriman pula kepada janji
kemuliaan dari-Nya bagi orang yang berbuat <i>shidiq </i>. </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
3. <b>Al-Amanah </b>,
yaitu menunaikan kepercayaan pihak lain kepadanya. Seseorang bila telah
dipercaya oleh satu pihak dengan satu perkara, maka orang yang
dipercaya tersebut telah mendapat beban amanah yang harus ditunaikan. </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Pihak
pemberi amanah yang paling tinggi dan paling besar adalah Allah Ta'ala.
Hal ini telah diberitakan oleh-Nya dalam Al-Qur'an surat Al-Ahzab 72: </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
“Sesungguhnya
Kami telah tawarkan amanah ini kepada langit yang tujuh dan kepada bumi
serta gunung-gunung, tetapi semuanya tidak mau menerima tawaran untuk
menunaikan amanah itu karena merasa berat untuk memikulnya. Tetapi
manusia justru menerimanya. Sesungguhnya manusia itu memang sangat
dhalim dan sangat bodoh.” ( <b>Al-Ahzab </b>: 72) </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Amanah
yang Allah tawarkan itu ialah satu ketentuan yang menyatakan: “Barang
siapa menunaikan kewajiban mentaati-Nya maka dia akan mendapatkan pahala
dari-Nya dan barang siapa yang tidak menunaikan kewajiban itu maka akan
disiksa oleh-Nya.” (Lihat <b><i>Tafsir At-Thabari </i></b> tentang ayat ini). </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Adapun
pihak yang diberi amanah yang paling mulia adalah para Nabi dan para
Rasul, sebagaimana hal ini telah diberitakan oleh Allah Ta'ala dalam
firman-Nya di Al-Qur'an surat An-Nahl 36: </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
“Dan
sungguh Kami telah utus pada setiap ummat seorang Rasul yang
mengajarkan perintah-Nya agar kalian beribadah hanya kepada Allah dan
menjauhkan diri dari para <i>thaghut </i> (yakni segala sesembahan
selain Allah). Maka sebagian manusia ada yang mendapatkan petunjuk Allah
untuk menunaikan ajaran para Rasul itu dan ada pula dari mereka telah
ditentukan atasnya kesesatan. Oleh karena itu berjalanlah kamu di muka
bumi dan lihatlah bagaimana akibatnya orang yang mendustakan ajaran para
Rasul itu.” ( <b>An-Nahl </b>: 36) </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Kemudian
setelah kedudukan para Nabi dan para Rasul itu sebagai penerima amanah
yang termulia, ialah para Ulama' dan para da'i yang menyeru manusia
kepada agama Allah. Hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah
Ta'ala dalam firman-Nya di dalam Al-Qur'an surat Fushshilat 33: </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
“Dan
siapakah yang lebih baik omongannya dari orang yang menyeru manusia
kepada agama Allah dan beramal shalih dan menyatakan: Sesungguhnya aku
termasuk dari golongan orang-orang yang tunduk kepada agama Allah.” ( <b>Fushshilat </b>: 33) </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Setelah
kedudukan para ulama' dan da'i itu, pihak termulia yang mendapat amanah
Allah adalah segenap kaum Mukminin. Hal ini sebagaimana yang
diberitakan oleh Allah Ta'ala dalam firman-Nya di dalam Al-Qur'an surat
Ali Imran 110: </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
“Kalian
adalah sebaik-baik ummat yang diciptakan untuk kebaikan bagi manusia
untuk menunaikan misi tugas kalian yaitu menyeru manusia kepada kebaikan
dan mencegah mereka dari kemungkaran dan kalian beriman kepada Allah.” (
<b>Ali Imran </b>: 110) </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Sedangkan
perkara paling mulia yang diamanahkan kepada kita adalah Islam dan
Iman. Tentang keduanyalah kita akan dimintai pertanggungjawaban di hari
kiamat kelak, yaitu sejauh mana kita menunaikan kewajiban menuntut ilmu
agama Allah dan sejauh mana kita beramal dengan ilmu tersebut. Hal ini
sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah Ta'ala dalam firman-Nya di dalam
Al-Qur'an surat Fathir 32: </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
“Kemudian
Kami amanahkan Kitab ini (yakni ilmu yang Allah turunkan kepada
Rasul-Nya, yaitu Al-Qur'an dan As-Sunnah) kepada orang-orang yang Kami
pilih. Dari mereka yang diberi amanah itu ada yang dhalim terhadap diri
mereka sendiri dan dari mereka ada yang sedang (yakni tidak dhalim dan
tidak pula lebih baik), ada pula dari mereka yang melampaui yang lainnya
dalam kebaikan dengan ijin Allah. Yang demikian itu adalah keutamaan
yang besar dari Allah.” ( <b>Fathir </b>: 32) </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Demikianlah
amanah yang termulia itu, ia datang dari pemberi amanah yang termulia,
yaitu Allah Ta'ala. Diberikan amanah itu kepada makhluq Allah termulia,
yaitu para Nabi dan para Rasul. Disampaikanlah amanah itu dari mereka
kepada orang-orang yang termulia setelah para Nabi dan para Rasul, yaitu
para ulama' dan para da'i. Dipercayakan untuk pengamalannya kepada
ummat terbaik, yaitu segenap kaum Mukminin yang menjalankan kewajiban <i>amar ma'ruf </i> dan <i>nahi munkar </i> serta beriman kepada Allah Ta'ala dengan cara yang benar menurut-Nya. </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Maka
bila amanah yang termulia ini ditunaikan dengan baik, penduduk bumi
akan hidup dalam kesejahteraan dhahir maupun batin. Akan tetapi bila
amanah ini dikhianati, maka akan terjadi malapetaka di muka bumi baik
dhahir maupun batin. Dan segala amanah yang lainnya akan dikhianati
dengan ditelantarkan segala kemestiannya, sehingga yang merajalela di
muka bumi adalah mental khianat dan pada saat itu hilanglah akhlaq
menunaikan amanah. Semua malapetaka ini telah diperingatkan oleh Nabi
kita Muhammad <i>shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam </i>dalam hadits berikut ini: </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Seorang Arab dari gunung datang ke majlis Nabi <i>shallallahu `alaihi wa sallam </i>dan bertanya: “Kapan terjadinya hari kiamat?” Maka Rasulullah <i>shallallahu `alaihi wa sallam </i>menjawab:
“Ialah bila diterlantarkannya amanah, maka tunggulah terjadinya
kiamat.” Orang itu masih bertanya lagi: “Bagaimana amanah itu dikatakan
telah diterlantarkan?” Beliau menjawab: “Bila suatu urusan diserahkan
kepada bukan ahlinya maka tunggulah terjadinya hari kiamat.” (HR. <b>Bukhari </b> dalam <b><i>Shahih </i></b>nya bab <i>Kitabul Ilmi </i> hadits ke 59 hari Abi Hurairah). </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Begitulah
bahayanya kerusakan amanah, yaitu dengan diserahkannya perkara agama
ini sebagai amanah yang termulia kepada orang-orang yang bukan ahlinya.
Rasulullah <i>shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam </i>memberitakan
tentang keadaan yang paling genting menjelang datangnya hari kiamat
ketika amanah menjaga agama Allah telah diabaikan: </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Dari
Hudzaifah bin Al-Yaman, dia menceritakan: Aku pernah bertanya kepada
Rasulullah: “Wahai Rasulallah, kapan kita meninggalkan <i>amar ma'ruf </i> dan <i>nahi munkar </i>,
padahal keduanya adalah amalan yang pokok bagi orang-orang baik?”
Beliau pun menjawab: “Apabila tampak pada kalian apa yang pernah nampak
pada Bani Israil ummat sebelum kalian.” Akupun bertanya lagi: “Apakah
yang pernah tampak pada mereka?” Beliau menjawab: “Apabila orang-orang
baik dari kalian berbasa-basi dengan orang-orang jahat dari kalian dalam
kemaksiatan, dan fiqih (yakni ilmu agama) di tangan orang-orang yang
paling jahat dari kalian (yaitu orang yang berilmu agama tetapi suka
melakukan kemaksiatan), dan negara dipimpin oleh orang-orang kerdil
pikirannya (yakni orang-orang yang lemah akal), maka ketika itulah
fitnah akan terus-menerus meliputi kalian, dan kalian akan menyerang dan
diserang.” (HR. <b>At-Thabrani </b>dalam <b><i>Al-Mu'jamul Ausath </i></b> jilid 1 hal. 51 – 52 riwayat ke 144). </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Terhadap hadits ini Al-Imam Ibnu Hajar Al-Haitsami dalam <b><i>Majma'uz Zawa'id </i></b> jilid 7 hal. 286 melemahkan sanadnya. Tetapi hadits ini diriwayatkan melalui banyak sanad sehingga menjadi <i>hasan </i>karenanya. Adapun berbagai sanad tersebut adalah sebagai berikut ini: </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Bar dari Anas bin Malik dalam <b><i>Jami' Bayanul Ilmi Wa Fadl-lih </i></b> jilid 1 dengan membawakan beberapa sanad di halaman 610 – 612, riwyat ke 1048 hingga 1050. Juga Ibnu Majah dalam <b><i>Sunan </i></b>nya dari Anas bin Malik hadits ke 4015. Al-Hafidh Abu Nu'aim Al-Asfahani meriwayatkan hadits ini dari Anas bin Malik pula dalam <b><i>Al-Hilyah </i></b> jilid 5 hal 185. Ibnu Abid Dunya meriwayatkan hadits ini dari A'isyah Ummul Mukminin dalam <i>Kitabul Amri bil Ma'ruf wan Nahyi ‘anil Munkar </i> riwayat ke 27. Abu Ja'far At-Thahawi meriwayatkan hadits ini dari Anas bin Malik dalam <b><i>Musykilul Atsar </i></b> juz 4 hal 216 riwayat ke 3658. Imam Ahmad bin Hanbal meriwayatkannya dari Anas bin Malik dalam <b><i>Musnad </i></b>beliau jilid 3 halaman 187. Al-Hindi membawakan riwayat ini dalam <b><i>Kanzul Ummal </i></b>nya
jilid 3 halaman 685 riwayat ke 8458 dan beliau menyatakan bahwa hadits
ini diriwayatkan oleh Ibnu Asakir dan Ibnu An-Najjar dari Anas bin
Malik. </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Maka
telah jelaslah bagi kita, bahwa bila amanah telah hilang dari akhlaq
ummat Islam, kondisi ummat Islam akan sangat terpuruk. Masyarakat
cenderung berfikir untuk kepentingan dirinya sendiri dan amar makruf
nahi munkar telah mandek. <i>Tawashaw bil haq watawashaw bis shabr </i>
(yakni saling menasehati kepada kebenaran dan saling menasehati kepada
kesabaran) telah ditinggalkan. Karena ummat Islam telah hilang
kepercayaan antara satu dengan yang lainnya, bahkan saling mencurigai di
antara sesamanya. Ummat Islam terkotak-kotak dalam bebagai golongan,
lengkap dengan pemahamannya masing-masing terhadap agamanya. Inilah
perpecahan yang amat dicela oleh Allah dan Rasul-Nya dan dengan sebab
ini Allah mengutuk ummat Islam sebagaimana Ia mengutuk ummat-ummat
Yahudi dan Nashara. Sehingga musuh-musuh ummat Islam menjadi berani
melecehkan dan menghinakan mereka, bahkan mereka dijadikan sebagai
bulan-bulanan kejahatan orang-orang Yahudi, Nashara dan musyrikin. </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Untuk
membangun kembali harga diri dan kewibawaan ummat Islam, haruslah
diupayakan dan dipelopori pendidikan agama bagi ummat ini dengan
menekankan pada upaya menumbuhkan kepribadian <i>al-amanah </i> bersamaan dengan kepribadian <i>al-ihkhlas </i> dan <i>as-shidiq </i>. </div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
<b>PENUTUP </b></div>
<div align="justify" style="color: #663366;">
Demikianlah
keresahanku sebagai da'i, aku kemukakan kepada pembaca sekalian sebagai
upaya pencerahan terapi penyakit ummat Islam untuk mendapat perhatian
semua pihak guna menanggulanginya lebih serius. Agar energi perjuangan
ummat Islam lebih efisien lagi karena lebih fokus pada sasarannya yang
lebih tepat. Tidak ada alasan bagi para pejuang Islam untuk pesimis
ataupun putus asa dalam menatap masa depan perjuangan ini. Estafet
perjuangan harus terus-menerus diwariskan kepada anak cucu dengan bara
api semangat perjuangan yang tak kunjung padam. Kemenangan dari Allah
pasti akan datang di suatu saat yang dikehendaki-Nya. Dia sedang
memilih, siapakah dari ummat ini yang paling pantas dilimpahi amanah
kemenangan yang agung dari Dzat Yang Maha Agung itu. Berlombalah kita
untuk memperbaiki diri agar dipilih oleh Allah Ta'ala menjadi orang yang
pantas dilimpahi amanah kemenangan dari-Nya. Kita perbaiki keikhlasan,
hiasi diri dengan kepribadian <i>As-Shidqu </i>, dan kita tumbuhkan akhlaq <i>Al-Amanah </i>pada
diri kita. Berjuanglah terus, jangan berhenti dan jangan ragu dengan
janji Allah. Fajar kemenangan akan terbit sebentar lagi.</div>
<span class="”fullpost”">
</span>fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3084079011914242869.post-60758159224924533472013-02-26T22:26:00.004-08:002013-02-26T22:26:53.392-08:00Siapa Pendusta Agama<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-Hc-ukmI0u-w/US2lb30X0jI/AAAAAAAAJ14/Ozxfkd3_9F4/s1600/1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="148" src="http://4.bp.blogspot.com/-Hc-ukmI0u-w/US2lb30X0jI/AAAAAAAAJ14/Ozxfkd3_9F4/s200/1.jpg" width="200" /></a></div>
<b>Oleh : Prof.DR.H Nasarrudin Umar, MA</b><div style="text-align: justify;">
Marilah
kita merenungkan diri sejenak di hari mubarokah dan di tempat yang suci
ini, kembali membersihkan fikiran, hati, dan perasaan kita, seraya kita
merenung apa-apa yang telah kita lakukan minggu-mingu lampau, dan
memikirkan pemandangan yang ada disekitar kita. Begitu gampangnya jika
Allah SWT akan menjemput hamba-Nya, mungkin kemarin kita menyaksikan
masih sehat, segar bugar, dan muda pula. Tidak ada yang bisa menghalangi
apabila Allah mencintai hamba-Nya ketimbang keluarganya. Kita tidak
lupa berterima kasih dan memberikan shalawat kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW, Nabi yang sungguh-sungguh sangat berjasa untuk menghantar
paerjalanan kita ini ke Shirotol Mustaqim. Semoga Allah SWT menjemput
kita dalam suasana husnul khotimah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ayat
yang saya bacakan tadi surat 107 Al Ma’un, di dalam kaiah tafsir
apabila diawali dengan kalimat bertanya, (istifham), pasti ada sesuatu
yang sangat urgen pada kehidupan umat manusia. Kebetulan surat Al Ma’un
ini dibuka dengan kalimat bertanya <i>“ Tahukah anda siapa yang mendustakan agama?”</i></div>
<div style="text-align: justify;">
Seolah-olah
Allah SWT akan menjelaskan kepada kita semua, tahukah sesungguhnya
siapa orang yang beragama, tahukah kamu siapa yang beragama secara
kamuplase, formalisme, dan tahukah kalian apa yang menjadi unsure dan
subtansi agama itu sendiri ?</div>
<div style="text-align: justify;">
Ayat berikutnya Allah menjawab <i>“Maka itulah orang yang menghardik anak yatim”</i><br />Mereka
yang tidak prihatin terhadap nasib anak yatim. Di dalam kamus bahasa
Arab pengertian al yatim adalah adanya keterputusan kasih saying antara
orang tua dan anak. Di dalam kamus itu juga disebutkan al yatim, ialah
semua orang yang membutuhkan bantuan, bahkan menurut bahasa rumah yang
ditinggalkan oleh penghuninya disebut baitul yatim (rumah yatim).</div>
<div style="text-align: justify;">
Kenapa
al yatim, yang secara hurufiyah kita artikan dengan anak yatim, karena
potensi anak itu betul-betul kita harus perhatikan, apa urgensinya,
sangat panjang dijelaskan dalam Al Qur’an beberapa surah diantaranya
surah Luqman, apabila didalam kitab-kitab Hadist.</div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah
mencontohkan bagaimana beliau mencintai anak-anak itu sendiri, jadi
seolah0olah anak itu jadi harapan masa depan, harapan bangsa, tidak
pernah melewati seorang anak, melainkan Rasulullah mengusap-ngusap
kepala anak itu. Banyak sekali ayat-ayat Al Qur’an dan Hadist yang
memerintahkan kepada orang tua untuk memperhatikan anaknya, jangan
sampai merasa al yatim. Sering kita dengar yatim secara biologis,
ditinggal wafat oleh bapaknya, demikian usul fiqih.<br />Saudara-saudara
kita yang sedang menderita di tempat pengungsian merupakan tanggung
jawab kita semua untuk mengukur apakah diri kita sudah disebut seorang
yang beragama, jangan sampai hati kita tidak tergetar melihat tayangan
televisi-televisi, dalam ruangan yang sangat sempit menghuni berjam-jam
ditempat itu sambil menunggu rumahnya kering. Bagi kita yang tidak
terkena banjir, bagi kita yang berkelebihan buktikan bahwa kita orang
yang tidak mendustakan agama. Apa bentuk keprihatinan kita terhadap
mereka, sedikit artinya buat kita mungkin besar artinya buat mereka.
“Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, Neraka bagi shalat tetapi<i>”sahun”</i>lalai, sering ompong shalatnya, dan ada juga didalam shalatnya jarang mengingat Allah SWT”</div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian
adalah rang yang selalu menampilkan orang-orang yang suka
mendemontrasikan kekayaannya di atas penderitaan orang lain. Sunguh
tidak bijaksana saat saudara-saudara yang hidup di tempat pengungsian,
tapi mendemontrasikan kemewahan. Sungguh tidak layak kalau kita
menampilkan yang berlebihan di depan mata orang yang sedang kehausan dan
kelaparan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya surat ini mengakhiri dengan <i>“dan enggan memberikan bantuan”</i><br />Sesungguhnya
mereka itu mampu memberikannya sekecil apapun. Sesederhana apapun pasti
di dalam diri kita ada sesuatu kelebihan yang di dalam diri orang lain
tidak memilikinya. Mungkin kita tidak punya harta tapi punya otot,
apakah otot yang berlebihan ini sudah kita bisa membantu mereka yang
membutuhkan tenaga itu. Mungkin hanya punya deposito, punya materi,
wujudkanlah sebagai orang yang beragama yang baik dengan cara memberi
perhatian bagi yang membutuhkan, manakala tidak maka kita tidak termasuk
orang yang beragama sejati.</div>
<div style="text-align: justify;">
Semoga
surat Al Ma’un ini dapat menggetarkan jiwa kita, dan sekaranglah
saatnya, untuk beramal, untuk memperbaiki kwalitas keagamaan kita,
sukses tidaknya keagamaan kita tidak bisa diukur dengan ibadah mahdoh
kita. Ayat-ayat yang saya bacakan tadi bahwa kwalitas keagamaan kita
tidak hanya tergantung hablum minallah, tapi juga adalah amblum
minnannas, bahkan ayat yang saya bacakan tadi itu lebih banyak ukurannya
yang berhablum minannas ketimbang hablum minallah. Kita harus sukses
sebagai abid, membangun hubungan pertikal dengan Allah SWT, tapi itu
tidak artinya kalau gagal membangun dan menjadikan diri kita sebagai
khalifah, khalifah adalah kapasitas kita untuk menjalin kerjasama
hubungan horizontal sebagai sesama makhluk bukan saja sesama manusia
tetapi juga dengan alam raya sebagai ciptaan Allah SWT. Kasih sayang apa
yang telah kita berikan sebagai hamba Allah SWT, kalau kita sebagai
orang yang beragama yang baik tidak mungkin ada kerusakan lingkingan dan
tidak mungkin ada kecemburuan sosial, ayat ini sangat penting buat kita
semua.</div>
<span class="”fullpost”">
</span>fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3084079011914242869.post-61203066673018265702013-02-26T22:19:00.001-08:002013-02-26T22:19:55.671-08:00Umar bin Khattab Modern <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-Hc-ukmI0u-w/US2lb30X0jI/AAAAAAAAJ14/Ozxfkd3_9F4/s1600/1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="148" src="http://4.bp.blogspot.com/-Hc-ukmI0u-w/US2lb30X0jI/AAAAAAAAJ14/Ozxfkd3_9F4/s200/1.jpg" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 130%;">Umar bin Khattab Modern </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 85%;"><span style="font-size: 85%;"> </span></span></div>
<div style="color: #003300; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 100%;">Wahai
engkau yang bernama pemimpin, telah engkau manfaatkankah Ramadhan, yang
baru melipat dirinya? Ataukah kau masih seperti di sebelas bulan
sebelumnya: tetap menggunakan telunjukmu untuk memerintah sekaligus
menudingkan kesalahan terhadap bawahan?</span><br />
<span style="font-family: Arial; font-size: 100%;"> Bila
demikian, betapa sia-sia Ramadhan yang berlalu, tanpa digunakan menjadi
pembelajaran kepemimpinan seperti khalifah Umar bin Khattab yang
dijuluki amirul mukminin. Semestinya, engkau pun dapat meneladani Umar,
melalui pembelajaran dari Ramadhan.<br />
Ramadhan
sesungguhnya bukan sekadar bulan beribadah: memohon ampun dan
mendapatkan maghfirah-Nya. Ramadhan seperti jalinan temali. Ujungnya
yang satu dapat menjadi anyaman ibadah antara hamba kepada Allah. Ujung
lainnya untuk mengeratkan simpulan hubungan antarmanusia. Islam
menyebutnya, <i>hablum minallah</i> dan <i>hablum minannas</i>.<br />
Dalam
konteks hubungan antarmanusia, wahai para pemimpin, di situlah engkau
belajar menjadi wakil Allah di muka bumi. Sebagai khalifah, suatu
tingkat derajat yang dimuliakan, semestinya engkau menjadikan Ramadhan
sebagai bulan pembelajaran untuk mengenal orang-orang di bawahmu.<br />
Melalui berpuasa, tak semata mengikuti perintah agama, engkau merasakan betapa menderitanya menjadi kaum <i>dhuafa</i>.
Sama seperti dirimu, mereka sesungguhnya memiliki hajat yang sama:
bagaimana mengusir lapar dari perut. Tapi, berbeda dengan dirimu, mereka
tak memiliki kemampuan untuk memiliki menu penganan bagi pengusir
lapar. Hari-hari mereka adalah kelaparan. Mereka berpuasa sepanjang masa
ketika engkau hanya berpuasa sebulan. <br />
Adakah
rasa lapar dan dahaga yang mencekik kerongkonganmu selama sebulan
meninggalkan sisa untuk sebelas bulan ke depan sehingga enggan mengambil
yang bukan hakmu? Berpuasa menjadi bulan pembelajaran bagimu untuk
tidak kembali memanipulasi angka-angka pada kuitansi.<br />
Tak
sekadar memulai hidup bersih, semestinya setelah merasakan lapar dan
dahaga, empati mengembang di dadamu. Empati itu menjadi landasan bagi
tersemainya kepedulian sosial. Bukankah empati menyebabkanmu dapat
merasakan betapa pahitnya hidup orang-orang yang tak mampu?<br />
Dengan
demikian, Ramadhan menjadi bulan pembelajaran, untuk gemar memberi.
Kekuasaan yang engkau miliki menyebabkanmu menjadi sosok yang super.
Superioritas itu tentu bukan untuk melindas orang-orang kecil di
sekelilingmu. Superioritas itu, seperti Umar bin Khattab, digunakan
untuk mengangkat kaum kecil.<br />
Bukankah
Ramadhan mengajarkanmu untuk memperbanyak sedekah, membayar zakat dan
infaq? Selama sebelas bulan, agaknya, begitu banyak rezeki yang mengalir
ke pundi-pundimu. Rezeki itu mungkin berasal dari pemberian kolega,
bahkan, tak mustahil bawahan. Melalui pembelajaran memberi sedekah,
zakat dan infaq, semestinya engkau menjadi pribadi yang memberi, bukan
meminta, untuk sebelas bulan ke depan. <br />
Ramadhan
pun bulan pembelajaran untuk menjadi bawahan. Bila sebelas bulan
sebelumnya, engkau terlena di singgasana, menunggu para bawahan melapor
kepadamu, maka jadikanlah bulan suci ini, engkau turun ke bawah:
menghampiri para bawahanmu, tak sekadar menyapa mereka, juga memahami
pikiran dan perasaan mereka.<br />
Tahukah
engkau Umar bin Khattab kerap diam-diam turun ke kampung-kampung untuk
mengetahui rakyatnya. Suatu ketika, ia mendapati seorang perempuan yang
menjerang air di kuali, sementara anaknya meraung-raung. Umar
menanyakan, mengapa anak itu mengerang. ''Karena lapar,'' sahut sang
ibu. Air yang dijerang sekadar menghibur dari rasa lapar agar sang anak
tertidur.<br />
Mengetahui hal tersebut,
Umar segera mengambil sekantung terigu dan lemak. Ia sendiri yang
menanak penganan tersebut. Ia juga yang menyuguhkannya kepada anak yang
kelaparan itu.<br />
Seperti Umar, telahkah
engkau turun dari singgasanamu, menghampiri para bawahan dan orang kecil
untuk membasuh debu di kaki mereka? Ramadhan semestinya mengajarkan
padamu untuk tidak gampang menggunakan telunjuk untuk memerintah,
bahkan, menudingkan kesalahanmu kepada bawahan tetapi menggunakan
kesepuluh jemari tanganmu untuk menyayangi bawahan? <br />
Maka,
wahai para pemimpin, telah engkau manfaatkankah Ramadhan, sebagai bulan
pembelajaran menjadi amirul mukminin? Bila engkau mampu meneladaninya,
bahkan, hingga sebelas bulan ke depan masih bersisa pembelajaran itu
padamu, maka engkaulah Umar bin Khattab di abad ini. </span></div>
<span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 85%;"><span style="font-size: 85%;">http://www.republika.co.id</span></span><br />
<span class="”fullpost”">
</span>fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3084079011914242869.post-68595522046512948772013-02-26T22:15:00.002-08:002019-12-25T19:43:04.699-08:00Naqsyabandiyah Mujaddidiyah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-q_Ymr35gTBc/XgQqcRunp4I/AAAAAAABo5k/YJLhP3PIsLcUc7X6fRy5sMHbOfH99B-OACLcBGAsYHQ/s1600/7.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="493" data-original-width="1040" height="151" src="https://1.bp.blogspot.com/-q_Ymr35gTBc/XgQqcRunp4I/AAAAAAABo5k/YJLhP3PIsLcUc7X6fRy5sMHbOfH99B-OACLcBGAsYHQ/s320/7.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="color: black; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="color: black; font-family: Times, Times New Roman, serif;">Naqsyabandiyah
merupakan salah satu tarekat sufi yang paling luas penyebaran nya, dan
terdapat banyak di wilayah Asia Muslim (meskipun sedikit di antara
orang-orang Arab) serta Turki, Bosnia-Herzegovina, dan wilayah Volga
Ural. Bermula di Bukhara pada akhir abad ke-14, Naqsyabandiyah mulai
menyebar ke daerah-daerah tetangga dunia Muslim dalam waktu seratus
tahun. Perluasannya mendapat dorongan baru dengan munculnya cabang
Mujaddidiyah, dinamai menurut nama Syekh Ahmad Sirhindi Mujaddidi Alf-i
Tsani (”Pembaru Milenium kedua”, w. 1624). Pada akhir abad ke-18, nama
ini hampir sinonim dengan tarekat tersebut di seluruh Asia Selatan,
wilayah Utsmaniyah, dan sebagian besar Asia Tengah. Ciri yang menonjol
dari Tarekat Naqsyabandiyah adalah diikutinya syari’at secara ketat,
keseriusan dalam beribadah menyebabkan penolakan terhadap musik dan
tari, serta lebih mengutamakan berdzikir dalam hati, dan
kecenderungannya semakin kuat ke arah keterlibatan dalam politik
(meskipun tidak konsisten).</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="color: black; font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: xx-small;">Sejarah<br />Kebanyakan
orang Naqsyabandiyah Mujaddidiyah dalam dua abad ini menelusuri
keturunan awal mereka melalui Ghulam Ali (Syekh Abdullah Dihlavi [m.
1824]), karena pada awal abad ke-19 India adalah pusat organisasi dan
intelektual utama dari tarekat ini. Khanaqah (pondok) milik Ghulam Ali
di Delhi menarik pengikut tidak hanya dari seluruh India, tetapi juga
dari Timur Tengah dan Asia Tengah. Hingga kini Khanaqah masih tetap
(pernah mengalami masa tidak aktif akibat perampasan Delhi oleh orang
Inggris pada tahun 1857). Namun fungsi Pan-Islami-nya sebagian besar
diwarisi oleh para wakil dan pengganti Ghulam Ali yang menetap di
tempat-tempat lain di Dunia Muslim. Yang terpenting adalah para syekh
yang tinggal di Makkah dan Madinah: kedua kota suci ini menyebarkan
Tarekat Naqsyabandiyah di banyak tanah Muslim sampai terjadinya
penaklukan Hijaz oleh kaum Wahabiyah pada 1925, yang mengakibatkan
dilarangnya seluruh aktivitas sufi. Demikianlah, Muhammad Jan Al-Makki
(w. 1852), wakil Ghulam Ali di Makkah, menerima banyak peziarah Turki
dan Basykir, yang kemudian mendirikan cabang-cabang baru Naqsyabandiyah
di kampung halamannya. Pengganti Ghulam Ali yang pertama di Khanaqah
Delhi, Abi Sa’id, melewatkan beberapa waktu di Hijaz untuk menerima
pengikut baru. Anak dan pengganti Abu Sa’id, Syekh Ahmad Sa’id, memilih
tinggal di Madinah setelah suatu peristiwa besar pada tahun 1857,
memindahkan arah</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="color: black; font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: xx-small;">Naqsyahbandiyah
India ke Hijaz untuk sementara. Ketiga putra Ahmad Sa’id sama-sama
memperoleh warisannya: dua orang pergi ke Mekkah dan menarik pengikut
dari India serta Turki di sana. Sementara yang ketiga, Muhammad Mazhhar,
tetap di Madinah dan mengelola pengikut yang terdiri dari ulama dan
pengikut dari India, Turki Daghestan, Kazan, dan Asia Tengah. Namun,
yang paling penting dari pengikut Muhammad Mazhhar adalah seorang Arab,
Muhammad Salih al-Zawawi dan murid-muridnya yang tidak merasakan
kebencian, yang umumnya ditujukan kepada Ulama Pribumi terhadap
orang-orang non Arab dalam masyarakat mereka.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="color: black; font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: xx-small;">Sebagai
guru fiqih Syafi’i, dia memiliki akses khusus terhadap orang-orang
Indonesia dan orang-orang Melayu yang berkumpul di Hijaz, serta berkat
al-Zawawi dan murid-muridnyalah Naqsyabandiyah dikenal secara serius di
Asia Tenggara. Di Pontianak di pantai barat Kalimantan, masih terdapat
berbagai jejak garis Naqsyabandiyah yang terpancar dari Hijaz ini.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="color: black; font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: xx-small;">Dorongan
yang membawa Naqsyabandiyah ke zaman modern berasal dari pengganti
Ghulam Ali yang lainnya. Maulana Khalid al-Bagdhadi (w. 1827). Beliau
mempunyai peranan yang penting di dalam perkembangan tarekat ini sehinga
keturunan dari para pengikutnya dikenal sebagai kaum Khalidiyah, dan
dia kadang-kadang dipandang sebagai “Pemburu” (Mujaddid) Islam pada abad
ke-13, sebagaimana Srihindi dipandang sebagai pemburu Milenium kedua.
Khalidiyah tidak terlalu berbeda dengan para leluhurnya Mujaddidiyah.
Yang baru adalah usaha Maulana Khalid untuk menciptakan tarekat yang
terpusat dan disiplin, terfokus pada dirinya pribadi, dengan cara ibadah
yang disebut Rabithah (”petautan”) atau konsentrasi pada citra Maulana
Khalid sebelum berdzikir. Usaha ini selanjutnya terkait dengan sikap
politik, aktivitas, yang bertujuan untuk mengamankan supremasi syari’at
dalam masyarakat Muslim dan menolak agresi Eropa. Setelah kematian
Maulana Khalid, tidak ada kepemimpinan yang terpusat, tetapi sikap
politik yang mendasari upaya tersebut tetap hidup.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="color: black; font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: xx-small;">Lahir
di Distrik Syahrazur di Kurdistan Selatan pata 1776, Maulana Khalid
melewatkan waktu sekitar satu tahun bersama Ghulam Ali di Delhi sebelum
kembali ke kampung halamannya pada 1881 dengan “wewenang lengkap dan
mutlak” sebagai wakilnya. Sebelum meninggalkan Delhi, Maulana Khalid
memberi tahu gurunya bahwa tujuan utamanya adalah untuk “mencari dunia
ini demi agama”, dari tiga tempat tinggalnya setelah itu Sulaimaniyah,
Bagdad dan Damaskus, beliau mendirikan jaringan 116 wakil, yang
masing-masing dengan tanggung jawab yang jelas batas geografisnya.
Murid-muridnya mencakup tidak hanya anggota-anggota hierarki agama
pemerintahan “Utsmaniyah”, tetapi juga sejumlah gubernur provinsi dan
tokoh militer yang sangat penting dalam memajukan wibawa Khalidiyah
adalah wakil kedua Maulana Khalid di Istambul, Abdul al-Wahhab al-Susi,
yang merekrut Makkizada Musthafa Asim, syekh al-Islam masa itu ke dalam
tarekat ini. Usaha untuk meraih pengaruh atas kebijakan Utsmaniyah yang
disiratkan oleh berbagai upaya ini tidak pernah benar-benar berhasil.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="color: black; font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: xx-small;">Namun,
terjadi semacam penyejajaran antara Khalidiyah dengan negara Utsmaniyah
pada masa pemeritahan Abdulhamid II, yang berteman dengan Khalidiyah
terkemuka di Istambul, Ahmed Ziyauddin Gumushanevi (w. 1893).
Kepentingan Gumushanevi jauh mentransendenkan yang politis: tulisannya
yang dimiliki banyak mengenai sufisme pada umumnya dan Naqsyabandiyah
pada khususnya, mewakili puncak sastra sufi Utsmaniyah besar yang
terakhir. Sebaliknya, Adbulhamid sangat ditentang oleh Syekh
Naqsyabandiyah yang menonjol lainnya, Muhamad As’ad dari Ibril wilayah
Irak Utara.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="color: black; font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: xx-small;">Pengaruh
Maulana Khalid mungkin paling nampak di kampung halamannya, Kurdistan.
Cabang Naqsyabandiyah yang beliau perkenalkan di sana sepenuhnya
memudarkan pengaruh “Qadiriyah”, yang sebelumnya merupakan tarekat
paling menonjol di wilayah Kurdistan, dan memunculkan sejumlah keluarga
sebagai pemimpin turunan tarekat itu, serta memegang kepemimpinan dalam
urusan negara Kurdistan. Hubungan keturunan Naqsyabandiyah dengan
separatisme Kurdistan, dan kemudian nasionalisme, pertama kali terlihat
dalam pemberontakan besar Kurdistan 1880 yang dipimpim oleh Ubaidillah
dari Syamdinan, yang berhasil membebaskan diri, untuk sementara,
sebagian besar orang Kurdistan Iran dari kendali Iran. Keluarga Barzani
juga mampu mendominasi ungkapan nasionalisme Irak selama beberapa puluh
tahun melalui wibawa Naqsabandiyah yang diwarisinya.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="color: black; font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: xx-small;">Khalidiyah
juga mengakar dengan cepat dan tepat di Daghestan, wilayah pegunungan
yang terletak di pertemuan Kaukasus dan Rusia Selatan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="color: black; font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: xx-small;">Wilayah
ini pertama kali diperkenalkan dengan Naqsyabandiyah pada akhir abad
ke-18, tetapi kedatangan Khalidiyah yang membuat wilayah itu menjadi
daerah Naqsyabandi semasa hidup Maulana Khalid. Penekanan ganda
Khalidiyah di Daghestan adalah penggantian hukum-kebiasaan (cotumary
law) non Islam menjadi syari’at dan perlawanan terhadap pemerintah
Rusia. Pemimpin Naqsyabandiyah pertama untuk orang Daghestan adalah
Ghazi Muhammad, yang meninggal dibunuh oleh orang Rusia pada 1832, dan
penggantinya dua tahun kemudian mengalami nasib yang sama. Sebaliknya
Syamil, yang kemudian mengambil kepemimpinan gerakan itu, mampu menahan
Rusia hingga 159, salah satu perlawanan Muslim terhadap imperialisme
Eropa yang terlama dan terkenal. Pengaruh Naqsyabandiyah di Daghestan
ternyata sulit dicabut; kaum Naqsyabandiyah aktif dalam pemberontakan
1877 oleh Daghestan dan Chechenia yang berjaya pada rentang waktu antara
runtuhnya tsar Rusia dan pembentukan pemerintahan Soviet.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="color: black; font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: xx-small;">Wilayah
populasi Muslim lain yang diperintah oleh Rusia yang ternyata menerima
Khalidiyah adalah Volga-Ural (sekarang Tatarstan dan Baskira).</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="color: black; font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: xx-small;">Wakil
Maulana Khalid di Makkah, Abdullah Makki (Erzincani), menerima seorang
murid dari Kazan, Fatsullah Menavusi; namun, yang pengaruhnya terbukti
menentukan adalah pengikut Ghumushaveni asal Basykar, Syekh Zainullah
Rasulev dari Troisk. Semula Rasulev adalah pengikut garis mujaddidiyah
yang pergi ke Bukhara, kemudian mengalihkan kesetiaanya kepada
Gumushaveni setelah berkunjung ke Istambul pada 1870. Ketika kembali,
dia mempropagandakan Khalidiyah sehingga membangkitkan permusuhan dari
para pesaingnya dan menimbulkan kecurigaan dari pihak berwenang Rusia;
hal ini mengakibatkan Rasulev dipenjara dan diasingkan. Kemudian bebas
lagi pada 1881 dia memperkukuh dan memperkuat pengikutnya sehingga
ratusan murid berada di bawah pengaruhnya; mereka tidak hanya tersebar
diwilayah Volga-Ural, tetapi juga di Kazakhstan dan Siberia. Tatkala
kematian tiba pada 1917, dia disebut sebagai “raja spiritual rakyatnya”,
dan setelah kematiannya wibawa Rasulev tetap terus bergaung sampai pada
periode Soviet: tiga kepala Direktorat Spiritual untuk kaum Muslim
Rusia Eropa dan Siberia yang berfungsi di bawah pengawasan Soviet adalah
murid-murid Rasulev.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="color: black; font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: xx-small;">Akhirnya,
Khalidiyah memastikan pula penanaman pengaruh Naqsyabandiyah secara
permanen di dunia Melayu Indonesia. Abdullah Makki mempunyai murid dari
Sumatera yaitu Ismail Minangkabawi. Setelah lama menetap di Makkah,
Minangkabawi menetap di Penyengat wilayah kepulauan Riau. Di sana, ia
memperoleh kesetiaan dari keluarga pemerintahan, yang sudah mulai
diperkenalkan pada Naqsyabandiyah oleh Duta-duta pemerintah yang dikirim
dari Madinah oleh Muhammad Mazhhar. Dia juga pergi ke Melayu hingga
Kedah, mempropagandakan Khalidiyah ke mana pun ia pergi. Namun usahanya
merupakan rintisan, dan digantikan oleh kegiatan dua Khalidiyah yang
tinggal di Makkah yaitu Khalil Hamdi Pasya dan Syekh Sulaiman Zuhdi.
Kenyataan bahwa kedua orang ini adalah pesaing, saling menuduh bahwa
yang lainnya adalah menyimpang dari prinsip Naqsyabandiyah, menyiratkan
betapa dunia Melayu Indonesia menjadi sumber pengikut yang kaya untuk
Naqsyabandiyah. Dalam jangka panjang, Sulaiman Zuhdi lebih berhasil dari
pada pesaingya, hingga Jabal Abi Qubais di Makkah, tempat dia tinggal,
dipandang sebagai sumber seluruh Tarekat Naqsyabandiyah di Asia
Tenggara. Di antara murid ini banyak yang mendirikan Khalidiyah di
berbagai tempat di Sumatera, Jawa dan Sulawesi, yang paling penting
adalah Abdil Wahab Rokan (w. 1926). Beliau dikirim dari Makkah pada
tahun 1868 dengan misi untuk menyebarkan Khalidiyah di seluruh Sumatera,
dari Aceh sampai Palembang — misi yang beliau dilaksanakan dengan
sukses besar adalah dari pesantrennya di Bab Al-Salam, Lengkat-Tinggal
menetap selama tiga tahun di Johor, dan memungkinkan dia untuk
memperluas pengaruhnya lebih jauh ke Semenanjung Malaya.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="color: black; font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: xx-small;">Praktik
Naqsyabandiyah di Dunia Melayu Indonesia sejak dini sangat berbeda
dengan adanya ritual yang disebut dengan suluk, yakni menyendiri dengan
jangka waktu yang berbeda-beda dan sebagian diiringi dengan puasa. Asal
usul praktik ini sangat berbeda dengan tradisi Naqsyabandiyah yang tidak
diketahui. Putusnya hubungan dengan Makkah akibat penaklukan Hijaz oleh
kaum Wahabiyah makin menambah ciri khas bagi kaum Naqsyabandiyah di
Melayu Indonesia.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="color: black; font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: xx-small;">Peran Politik<br />Tidak
semua perkembangan formatik yang berkenaan dengan Naqsyabandiyah
berkaitan dengan Ghulam Ali Dihlavi dan keturunannya. Salah satu
keturunan dari Ahmad Sirhindi didirikan di Syur Bazar di pinggiran Kabul
pada pertengahan abad ke-19, dan para anggota cabang ini memainkan
peranan penting dalam urusan negara Afghanistan hingga pembentukan
negara pasca Komunis pertama pada tahun 1991. Di tempat lain di Asia
Tengah, Naqsyabandiyah dari berbagai keturunan menonjol dalam
perlawanannya terhapap Rusia dan sesudahnya. Dengan demikian pertahanan
Goktepe oleh para Turkmen Akhel-Tekke diarahkan oleh seorang pengikut
Naqysabandiyah, yaitu Muhammad Ali Ihsan (Dukchi Ikhsan). Naqsyabandiyah
juga memimpin pemberontakan melawan pemerintah Cina di Xinjing pada
tahun 1863 dan 1864 dan di Shannxi serta Gunsu antara 1862 dan 1873.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="color: black; font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: xx-small;">Ciri
khas yang ditunjukan oleh kelompok Naqyabandiyah ini sering digambarkan
dalam negara modern, terutama di Turki. Namun, di Turkli perlawanan
Naqsyabandiyah terhadap sekulerisme selalu bersifat pasif (kecuali
pemberontakan Sa’id). Penggambaran peristiwa Menemen 1931 sebagai
konspirasi Naqsyabandiyah yang menyebabkan Syekh Muhammad As’ad (Mehmed
Esad) dihukum mati secara adil, sekarang diragukan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="color: black; font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: xx-small;">Sejumlah
pemimpin Naqsyabandiyah menjadi orang penting sebagai guru spiritual
dan intelektual: Mahmud Sami Ramazanoglu (w. 1984), pengganti Syekh
Muhammad As’ad. Mehmed Zahid Kotku (w.1980), keturunan spiritual dari
Gumushanevi bersama penggantinya Esad Gosan (sampai sekarang masih
hidup) dan Resit Erol (w. 1994). Kegiatan mengajar para syekh ini
beserta syekh lainnya secara alamiah memiliki pengaruh politik, namun
cenderung mengarah pada pengintegrasian Naqsyabandiyah ke dalam struktur
Republik Turki, dan bukan penolakan terhadap struktur tersebut. Penting
dicatat bahwa beberapa pemimpin Naqsyabandiyah hadir secara menonjol di
pemakaman Presiden Turki, Turgut Ozal pada 1993.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="color: black; font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: xx-small;">Kaum
Naqsyabandiyah dalam jumlah dan kekuatan intelektualnya, tidak dapat
digambarkan secara seragam dalam Dunia Islam sekarang ini.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="color: black; font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: xx-small;">Pengaruh
mereka mungkin paling kuat di Turki dan wilayah Kurdistan, dan yang
paling lemah adalah di Pakistan. Pada masa pemerintahan Soviet, pengaruh
Naqsyabandiyah sangat terasa pada gerakan “Islam bawah tahan” di
Kaukasus Asia Tengah. Namun, pada akhirnya pemerintahan Soviet tidak
diikuti perkembangan Naqsyabandiyah di permukaan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="color: black; font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: xx-small;">Berbagai Ritual dan Teknik Spiritual Naqsyabandiyah<br />Seperti
tarekat-tarekat yang lain, Tarekat Naqsyabandiyah itu pun mempunyai
sejumlah tata-cara peribadatan, teknik spiritual dan ritual tersendiri.
Memang dapat juga dikatakan bahwa Tarekat Naqsyabandiyah terdiri atas
ibadah, teknik dan ritual, sebab demikianlah makna asal dari istilah
thariqah, “jalan” atau “marga”. Hanya saja kemudian istilah itu pun
mengacu kepada perkumpulan orang-orang yang mengamalkan “jalan” tadi.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="color: black; font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: xx-small;">Naqsyabandiyah,
sebagai tarekat terorganisasi, punya sejarah dalam rentangan masa
hampir enam abad, dan penyebaran yang secara geografis meliputi tiga
benua. Maka tidaklah mengherankan apabila warna dan tata cara
Naqsyabandiyah menunjukkan aneka variasi mengikuti masa dan tempat
tumbuhnya. Adaptasi terjadi karena keadaan memang berubah, dan guru-guru
yang berbeda telah memberikan penekanan pada aspek yang berbeda dari
asas yang sama, serta para pembaharu menghapuskan pola pikir tertentu
atau amalan-amalan tertentu dan memperkenalkan sesuatu yang lain. Dalam
membaca pembahasan mengenai berbagai pikiran dasar dan ritual berikut,
hendaknya selalu diingat bahwa dalam pengamalannya sehari-hari
variasinya tidak sedikit.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="color: black; font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: xx-small;">Asas-asas<br />Penganut
Naqsyabandiyah mengenal sebelas asas Thariqah. Delapan dari asas itu
dirumuskan oleh ‘Abd al-Khaliq Ghuzdawani, sedangkan sisanya adalah
penambahan oleh Baha’ al-Din Naqsyaband. Asas-asas ini disebutkan satu
per satu dalam banyak risalah, termasuk dalam dua kitab pegangan utama
para penganut Khalidiyah, Jami al-’Ushul Fi al-’Auliya. Kitab karya
Ahmad Dhiya’ al-Din Gumusykhanawi itu dibawa pulang dari Makkah oleh
tidak sedikit jamaah haji Indonesia pada akhir abad ke-19 dan awal abad
ke-20. Kitab yang satu lagi, yaitu Tanwir al-Qulub oleh Muhammad Amin
al-Kurdi dicetak ulang di Singapura dan di Surabaya, dan masih dipakai
secara luas. Uraian dalam karya-karya ini sebagian besar mirip dengan
uraian Taj al-Din Zakarya (”Kakek” spiritual dari Yusuf Makassar)
sebagaimana dikutip Trimingham. Masing-masing asas dikenal dengan
namanya dalam bahasa Parsi (bahasa para Khwajagan dan kebanyakan
penganut Naqsyabandiyah India).</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="color: black; font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: xx-small;">Asas-asasnya ‘Abd al-Khaliq adalah:</span></span></div>
<ol style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="color: black; font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: xx-small;">
<li>Hush dar dam: “sadar sewaktu bernafas”. Suatu latihan konsentrasi:
sufi yang bersangkutan haruslah sadar setiap menarik nafas,
menghembuskan nafas, dan ketika berhenti sebentar di antara keduanya.
Perhatian pada nafas dalam keadaan sadar akan Allah, memberikan kekuatan
spiritual dan membawa orang lebih hampir kepada Allah; lupa atau kurang
perhatian berarti kematian spiritual dan membawa orang jauh dari Allah
(al-Kurdi).</li>
<li>Nazar bar qadam: “menjaga langkah”. Sewaktu berjalan, sang murid
haruslah menjaga langkah-langkahnya, sewaktu duduk memandang lurus ke
depan, demikianlah agar supaya tujuan-tujuan (ruhani)-nya tidak
dikacaukan oleh segala hal di sekelilingnya yang tidak relevan.</li>
<li>Safar dar watan: “melakukan perjalanan di tanah kelahirannya”.
Melakukan perjalanan batin, yakni meninggalkan segala bentuk
ketidaksempurnaannya sebagai manusia menuju kesadaran akan hakikatnya
sebagai makhluk yang mulia. [Atau, dengan penafsiran lain: suatu
perjalanan fisik, melintasi sekian negeri, untuk mencari mursyid yang
sejati, kepada siapa seseorang sepenuhnya pasrah dan dialah yang akan
menjadi perantaranya dengan Allah (Gumusykhanawi)].</li>
<li>Khalwat dar anjuman: “sepi di tengah keramaian”. Berbagai pengarang
memberikan bermacam tafsiran, beberapa dekat pada konsep “innerweltliche
Askese” dalam sosiologi agama Max Weber. Khalwat bermakna menyepinya
seorang pertapa, anjuman dapat berarti perkumpulan tertentu. Beberapa
orang mengartikan asas ini sebagai “menyibukkan diri dengan terus
menerus membaca dzikir tanpa memperhatikan hal-hal lainnya bahkan
sewaktu berada di tengah keramaian orang”; yang lain mengartikan sebagai
perintah untuk turut serta secara aktif dalam kehidupan bermasyarakat
sementara pada waktu yang sama hatinya tetap terpaut kepada Allah saja
dan selalu wara’. Keterlibatan banyak kaum Naqsyabandiyah secara aktif
dalam politik dilegitimasikan (dan mungkin dirangsang) dengan mengacu
kepada asas ini.</li>
<li>Yad kard: “ingat”, “menyebut”. Terus-menerus mengulangi nama Allah,
dzikir tauhid (berisi formula la ilaha illallah), atau formula dzikir
lainnya yang diberikan oleh guru seseorang, dalam hati atau dengan
lisan. Oleh sebab itu, bagi penganut Naqsyabandiyah, dzikir itu tidak
dilakukan sebatas berjamaah ataupun sendirian sehabis shalat, tetapi
harus terus-menerus, agar di dalam hati bersemayam kesadaran akan Allah
yang permanen.</li>
<li>Baz gasyt: “kembali”, ” memperbarui”. Demi mengendalikan hati supaya
tidak condong kepada hal-hal yang menyimpang (melantur), sang murid
harus membaca setelah dzikir tauhid atau ketika berhenti sebentar di
antara dua nafas, formula ilahi anta maqsudi wa ridlaka mathlubi (Ya
Tuhanku, Engkaulah tempatku memohon dan keridlaan-Mulah yang
kuharapkan). Sewaktu mengucapkan dzikir, arti dari kalimat ini haruslah
senantiasa berada di hati seseorang, untuk mengarahkan perasaannya yang
halus kepada Tuhan semata.</li>
<li>Nigah dasyt: “waspada”. Yaitu menjaga pikiran dan perasaan
terus-menerus sewaktu melakukan dzikir tauhid, untuk mencegah agar
pikiran dan perasaan tidak menyimpang dari kesadaran yang tetap akan
Tuhan, dan untuk memlihara pikiran dan perilaku seseorang agar sesuai
dengan makna kalimat tersebut. Al-Kurdi mengutip seorang guru (anonim):
“Kujaga hatiku selama sepuluh hari; kemudian hatiku menjagaku selama dua
puluh tahun.”</li>
<li>Yad dasyt: “mengingat kembali”. Penglihatan yang diberkahi: secara
langsung menangkap Zat Allah, yang berbeda dari sifat-sifat dan
nama-namanya; mengalami bahwa segalanya berasal dari Allah Yang Esa dan
beraneka ragam ciptaan terus berlanjut ke tak berhingga. Penglihatan ini
ternyata hanya mungkin dalam keadaan jadzbah: itulah derajat ruhani
tertinggi yang bisa dicapai.</li>
</span></span></ol>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="color: black; font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: xx-small;">Asas-asas Tambahan dari Baha al-Din Naqsyabandi:</span></span></div>
<ol style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="color: black; font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: xx-small;">
<li>Wuquf-i zamani: “memeriksa penggunaan waktu seseorang”. Mengamati
secara teratur bagaimana seseorang menghabiskan waktunya. (Al-Kurdi
menyarankan agar ini dikerjakan setiap dua atau tiga jam). Jika
seseorang secara terus-menerus sadar dan tenggelam dalam dzikir, dan
melakukan perbuatan terpuji, hendaklah berterimakasih kepada Allah, jika
seseorang tidak ada perhatian atau lupa atau melakukan perbuatan
berdosa, hendaklah ia meminta ampun kepada-Nya.</li>
<li>Wuquf-i ‘adadi: “memeriksa hitungan dzikir seseorang”. Dengan
hati-hati beberapa kali seseorang mengulangi kalimat dzikir (tanpa
pikirannya mengembara ke mana-mana). Dzikir itu diucapkan dalam jumlah
hitungan ganjil yang telah ditetapkan sebelumnya.</li>
<li>Wuquf-I qalbi: “menjaga hati tetap terkontrol”. Dengan membayangkan
hati seseorang (yang di dalamnya secara batin dzikir ditempatkan) berada
di hadirat Allah, maka hati itu tidak sadar akan yang lain kecuali
Allah, dan dengan demikian perhatian seseorang secara sempurna selaras
dengan dzikir dan maknanya. Taj al-Din menganjurkan untuk membayangkan
gambar hati dengan nama Allah terukir di atasnya.</li>
</span></span></ol>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="color: black; font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: xx-small;">Zikir dan Wirid<br />Teknik
dasar Naqsyabandiyah, seperti kebanyakan tarekat lainnya, adalah dzikir
yaitu berulang-ulang menyebut nama Tuhan ataupun menyatakan kalimat la
ilaha illallah. Tujuan latihan itu ialah untuk mencapai kesadaran akan
Tuhan yang lebih langsung dan permanen. Pertama sekali, Tarekat
Naqsyabandiyah membedakan dirinya dengan aliran lain dalam hal dzikir
yang lazimnya adalah dzikir diam (khafi, “tersembunyi”, atau qalbi, ”
dalam hati”), sebagai lawan dari dzikir keras (dhahri) yang lebih
disukai tarekat-tarekat lain. Kedua, jumlah hitungan dzikir yang mesti
diamalkan lebih banyak pada Tarekat Naqsyabandiyah daripada kebanyakan
tarekat lain.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="color: black; font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: xx-small;">Dzikir
dapat dilakukan baik secara berjamaah maupun sendiri-sendiri. Banyak
penganut Naqsyabandiyah lebih sering melakukan dzikir secara
sendiri-sendiri, tetapi mereka yang tinggal dekat seseorang syekh
cenderung ikut serta secara teratur dalam pertemuan-pertemuan di mana
dilakukan dzikir berjamaah. Di banyak tempat pertemuan semacam itu
dilakukan dua kali seminggu, pada malam Jum’at dan malam Selasa; di
tempat lain dilaksanakan tengah hari sekali seminggu atau dalam selang
waktu yang lebih lama lagi.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="color: black; font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: xx-small;">Dua
dzikir dasar Naqsyabandiyah, keduanya biasanya diamalkan pada pertemuan
yang sama, adalah dzikir ism al-dzat, “mengingat yang Haqiqi” dan
dzikir tauhid, ” mengingat keesaan”. Yang duluan terdiri dari pengucapan
asma Allah berulang-ulang dalam hati, ribuan kali (dihitung dengan
tasbih), sambil memusatkan perhatian kepada Tuhan semata. Dzikir Tauhid
(juga dzikir tahlil atau dzikir nafty wa itsbat) terdiri atas bacaan
perlahan disertai dengan pengaturan nafas, kalimat la ilaha illa llah,
yang dibayangkan seperti menggambar jalan (garis) melalui tubuh. Bunyi
la permulaan digambar dari daerah pusar terus ke hati sampai ke
ubun-ubun. Bunyi Ilaha turun ke kanan dan berhenti pada ujung bahu
kanan. Di situ, kata berikutnya, illa dimulai dengan turun melewati
bidang dada, sampai ke jantung, dan ke arah jantung inilah kata Allah di
hujamkan dengan sekuat tenaga. Orang membayangkan jantung itu
mendenyutkan nama Allah dan membara, memusnahkan segala kotoran.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="color: black; font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: xx-small;">Variasi
lain yang diamalkan oleh para pengikut Naqsyabandiyah yang lebih tinggi
tingkatannya adalah dzikir latha’if. Dengan dzikir ini, orang
memusatkan kesadarannya (dan membayangkan nama Allah itu bergetar dan
memancarkan panas) berturut-turut pada tujuh titik halus pada tubuh.
Titik-titik ini, lathifah (jamak latha’if), adalah qalb (hati), terletak
selebar dua jari di bawah puting susu kiri; ruh (jiwa), selebar dua
jari di atas susu kanan; sirr (nurani terdalam), selebar dua jari di
atas putting susu kanan; khafi (kedalaman tersembunyi), dua jari di atas
puting susu kanan; akhfa (kedalaman paling tersembunyi), di tengah
dada; dan nafs nathiqah (akal budi), di otak belahan pertama. Lathifah
ketujuh, kull jasad sebetulnya tidak merupakan titik tetapi luasnya
meliputi seluruh tubuh. Bila seseorang telah mencapai tingkat dzikir
yang sesuai dengan lathifah terakhir ini, seluruh tubuh akan bergetar
dalam nama Tuhan. Konsep latha’if — dibedakan dari teknik dzikir yang
didasarkan padanya — bukanlah khas Naqsyabandiyah saja tetapi terdapat
pada berbagai sistem psikologi mistik. Jumlah latha’if dan nama-namanya
bisa berbeda; kebanyakan titik-titik itu disusun berdasarkan
kehalusannya dan kaitannya dengan pengembangan spiritual.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="color: black; font-family: Times, Times New Roman, serif; font-size: xx-small;">Ternyata
latha’if pun persis serupa dengan cakra dalam teori yoga. Memang,
titik-titik itu letaknya berbeda pada tubuh, tetapi peranan dalam
psikologi dan teknik meditasi seluruhnya sama saja.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="color: black; font-family: Times, Times New Roman, serif;">Asal-usul
ketiga macam dzikir ini sukar untuk ditentukan; dua yang pertama
seluruhnya sesuai dengan asas-asas yang diletakkan oleh ‘Abd Al-Khaliq
Al-Ghujdawani, dan muntik sudah diamalkan sejak pada zamannya, atau
bahkan lebih awal. Pengenalan dzikir latha’if umumnya dalam kepustakaan
Naqsyabandiyah dihubungkan dengan nama Ahmad Sirhindi. Kelihatannya
sudah digunakan dalam Tarekat Kubrawiyah sebelumnya; jika ini benar,
maka penganut Naqsyabandiyah di Asia Tengah sebetulnya sudah mengenal
teknik tersebut sebelum dilegitimasikan oleh Ahmad Sirhindi.</span></span></div>
<span class="”fullpost”">
</span></div>
fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3084079011914242869.post-22173013792824849362013-02-17T20:53:00.002-08:002013-02-17T20:53:24.356-08:00Kumpulan Hadits Tentang Cinta <h3 class="post-title entry-title" itemprop="name">
Kumpulan Hadits Tentang Cinta
</h3>
<div class="post-header">
</div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-x8_gndoyl_Y/UFQ53ocZC8I/AAAAAAAAAEY/4IiAduOCWA0/s1600/hadits_tentang_cinta.jpg" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="http://4.bp.blogspot.com/-x8_gndoyl_Y/UFQ53ocZC8I/AAAAAAAAAEY/4IiAduOCWA0/s320/hadits_tentang_cinta.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Hadits Tentang Cinta</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Hadits adalah perkataan dan perbuatan dari Nabi Muhammad SAW. Hadits
sebagai sumber hukum dalam agama Islam memiliki kedudukan kedua pada
tingkatan sumber hukum di bawah Al-Qur'an. Berikut ini adalah beberapa
hadits yang berkaitan dengan cinta yang dirangkum dari berbagai sumber.
Semoga dengan mengetahui dan mengamalkan hadits-hadits tentang cinta
ini, kita dapat mejadi orang yang lebih baik. Wallahu A'lam Bishawab :)<br /><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3084079011914242869" name="more"></a><br /><b>1. </b>Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:<br /><br />
"Barang siapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah,
memberi karena Allah, dan tidak memberi karena Allah. Maka ia
sesungguhnya telah memperoleh kesempurnaan iman."<br /><br /><b>2.</b> Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:<br /><br />
"Sesungguhnya diantara hamba-hamba Allah itu ada beberapa orang yang
bukan nabi dan syuhada menginginkan keadaan seperti mereka, karena
kedudukannya disisi Allah."<br /><br />
Sahabat bertanya:<br />
"Ya Rasulullah, tolong kami beritahu siapa mereka?"<br /><br />
Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam menjawab:<br /><br />
"Mereka adalah satu kaum yang cinta mencintai dengan ruh Allah tanpa ada
hubungan sanak saudara, kerabat diantara mereka serta tidak ada
hubungan harta benda yang ada pada mereka. Maka, demi Allah wajah-wajah
mereka sungguh bercahaya, sedang mereka tidak takut apa-apa dikala orang
lain takut, dan mereka tidak berduka cita dikala orang lain berduka
cita." (H.R. Abu Daud)<br /><br /><b>3.</b> Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:<br /><br />
"Dan sebagian dari dari tanda-tanda kebesaran Nya adalah Dia menciptakan
pasangan–pasangan bagi kalian dari jenis kalian, agar kalian merasa
tenang pada pasangan kalian dan Dia menjadikan diantara kalian rasa
kasih sayang dan cinta. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
tanda – tanda bagi orang-orang yang berfikir." (QS. Ar-Ruum: 26)<br /><br /><b>4. </b>Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:<br /><br />
"Hiduplah sesukamu maka sesungguhnya kamu akan mati. Cintailah sesuatu
sesukamu maka sesungguhnya kamu akan berpisah. Berbuatlah sesukamu maka
sesungguhnya kamu akan bertemu dengannya." (H.R. Hakim)<br /><br /><b>5.</b> Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda yang artinya sebagai berikut:<br /><br />
"Syirik itu lebih halus dari perjalanan semut yang halus di atas batu
licin, di malam gelap gulita dan serendah – rendahnya syirik adalah
engkau mencintai seseorang karena kekurangannya dan membenci seseorang
karena ke adilannya. Bukanlah agama itu, kecuali cinta dan benci."<br /><br /><b>6.</b> Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:<br /><br />
"Sesungguhnya Allah SWT pada hari kiamat berfirman : Dimanakah orang
yang cinta mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini Aku akan
menaungi dengan menunggu-Ku dihari yang tiada naungan melainkan
naungan-Ku." (H.R. Muslim)<br /><br /><b>7. </b>Allah SWT. berfirman:<br /><br />
"Pasti akan mendapat cinta-Ku orang-orang yang cinta mencintai karena
Aku, saling kunjung mengunjungi karena Aku dan saling memberi karena
Aku." (Hadits Qudsi)<br /><br /><b>8.</b> Bahwa seseorang mengunjungi saudaranya di desa lain, lalu
Allah mengutus malaikat untuk membuntutinya. Tatkala malaikat
menemaninya malaikat berkata,<br /><br />
Kau mau kemana?<br /><br />
Ia menjawab, "Aku ingin mengujungi saudaraku di desa ini"<br />
Malaikat terus bertanya, "Apakah kamu akan memberikan sesuatu pada saudaramu?"<br />
Ia menjawab, "Tidak ada, melainkan hanya aku mencintainya karena Allah SWT"<br />
Malaikat berkata, "Sesungguhnya aku diutus Allah kepadamu, bahwa Allah
mencintaimu sebagaimana kamu mencintai orang tersebut karena-Nya". (H.R.
Muslim)<br /><br /><b>9.</b> Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:<br /><br />
"Tiga perkara, yang barang siapa memilikinya, ia dapat merasakan
manisnya iman, yaitu cinta kepada Allah dan Rasul melebihi cintanya
kepada selain keduanya, cinta kepada seseorang karena Allah dan membenci
kekafiran sebagaimana ia tidak mau dicampakan ke dalam api neraka."
(H.R. Bukhari-Muslim)<br /><br /><b>10. </b>Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:<br /><br />
"Sesungguhnya seorang muslim apabila bertemu saudaranya yang muslim,
lalu ia memegang tangannya (berjabat tangan) gugurlah dosa keduanya
sebagaimana gugurnya daun dan pohon kering jika ditiup angin kencang.
Sungguh diampuni dosa mereka berdua, meski sebanyak buih dilaut." (H.R.
Tabrani)<br /><br /><b>11. </b>Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:<br /><br />
"Cintailah kekasihmu sewajarnya saja karena bisa saja suatu saat nanti
ia akan menjadi orang yang kamu benci. Bencilah sewajarnya karena bisa
saja suatu saat nanti ia akan menjadi kekasihmu." (HR. Al-Tirmidzi)<br /><br /><b>12. </b>Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:<br /><br />
"Demi Dzat yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, kalian tidak akan
masuk surga sebelum kalian beriman. Kalian tidak akan beriman sebelum
kalian saling mencintai. Tidakkah aku tunjukkan kepada kalian mengenai
sesuatu yang ketika kalian melakukannya, maka kalian akan saling
mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian!." (HR. Muslim)<br /><br /><b>13. </b>Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:<br /><br />
"ya Allah, berilah aku rezeki cinta Mu dan cinta orang yang bermanfaat
buat ku cintanya di sisiMu. Ya Allah segala yang Engkau rezekikan
untukku diantara yang aku cintai, jadikanlah itu sebagai kekuatanku
untuk mendapatkan yang Engkau cintai. Ya Allah, apa yang Engkau
singkirkan diantara sesuatu yang aku cintai, jadikan itu kebebasan
untuku dalam segala hal yang Engkau cintai." (H R. Al-Tirmidi)<br /><br /><b>14.</b> Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:<br /><br />
"Sesungguhnya orang-orang yang saling mencintai, kamar-kamarnya di surga
nanti terlihat seperti bintang yang muncul dari timur atau bintang
barat yang berpijar. Lalu ada yang bertanya, "siapa mereka itu?",
"mereka itu adalah orang-orang yang mencintai karena Allah
'Azzawajalla." (HR. Ahmad)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<b>Hadits tentang cinta Rasulullah</b><br />
<br />
<b>1.</b> Dari anas bin malik radliyallahu'anhu bahwa Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
"Ada tiga hal yang barangsiapa memilikinya niscaya ia akan mendapatkan manisnya iman:<br />
(1). Allah ta'ala dan Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam lebih ia cintai daripada yang lainnya,<br />
(2). Mencintainya seseorang, tidaklah ia mencintainya melainkan karena Allah ta'ala,<br />
(3). Benci untuk kembali kepada kekafiran setelah Allah ta'ala
menyelamatkan darinya sebagaimana ia benci dirinya dimasukkan ke dalam
api."<br />
<br />
<b>2.</b> Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:<br />
"Tidaklah seorang hamba beriman hingga aku menjadi orang yang lebih ia
cintai daripada keluarganya, hartanya dan manusia semuanya." (HR.
Bukhori)<br />
<br />
<b>Hadits tentang cinta karena Allah</b><br />
<b><br /></b>
<br />
<b><br /></b>
<b>1. </b>Riwayat dari Abdullah bin Abbas ra, berkata, Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
"Cintailah Allah atas anugerah nikmat yang diberikan kepadamu, dan
cintailah aku karena cinta kepada Allah, dan cintailah keluargaku karena
mencintaiku." (Hr. At-Tirmidzy dan al-Hakim)<br />
<br />
<b>2.</b> Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-qclIbz8o6_M/UGRlrAecH8I/AAAAAAAAAGk/QtNlRcNbrm8/s1600/hadits-tentang-cinta-rasulullah.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="200" src="http://4.bp.blogspot.com/-qclIbz8o6_M/UGRlrAecH8I/AAAAAAAAAGk/QtNlRcNbrm8/s200/hadits-tentang-cinta-rasulullah.jpg" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Hadits tentang cinta Rasulullah</td></tr>
</tbody></table>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-teOHPlAHbL0/UGRlvqh9x7I/AAAAAAAAAGs/1vbXoqlJDmQ/s1600/hadits-tentang-cinta-karena-Allah.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="149" src="http://2.bp.blogspot.com/-teOHPlAHbL0/UGRlvqh9x7I/AAAAAAAAAGs/1vbXoqlJDmQ/s200/hadits-tentang-cinta-karena-Allah.jpg" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Hadits tentang cinta karena Allah</td></tr>
</tbody></table>
<br />
"Cintailah orang yang kamu cintai sewajarnya, boleh jadi pada suatu hari
kelak ia akan menjadi orang yang engkau benci. Dan, bencilah orang yang
kau benci sewajarnya, boleh jadi pada suatu hari kelak ia akan menjadi
orang yang engkau cintai."</div>
<span class="”fullpost”">
</span>fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3084079011914242869.post-15441249036596639242013-02-17T19:58:00.000-08:002013-02-17T19:58:23.704-08:00Cinta yang Salah<div style="text-align: justify;">
<a href="https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSH-9pYz8zNt2X8QgW4wf_jWENsSojQfyaslCgWNliApIx_488w4Q" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" border="0" class="rg_hi uh_hi" data-height="177" data-width="284" height="177" id="rg_hi" src="https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSH-9pYz8zNt2X8QgW4wf_jWENsSojQfyaslCgWNliApIx_488w4Q" style="height: 177px; width: 284px;" width="284" /></a>Oleh: <strong>Ustaz Hasan Basri Tanjung, MA</strong>.<br /><br />Suatu ketika, Baginda Rasulullah Saw pernah berpesan yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Said Al-Khudri, ”<em>Kamu
akan mengikuti sunnah (tradisi) orang-orang sebelum kamu sejengkal demi
sejengkal, sehasta demi sehasta. Sampai mereka masuk ke dalam lubang
biawak pun, kamu tetap mengikuti mereka. Kami bertanya :’Wahai
Rasulullah, apakah yang Tuan maksudkan itu adalah orang-orang Yahudi dan
Nasrani’ ? Rasul Menjawab; ’Kalau bukan mereka siapa lagi</em>?”<br />Keprihatinan
yang mendalam bagi kita orang tua yang memiliki anak remaja khususnya
dan umat Islam seluruh dunia, terhadap fenomena yang sudah merasuk dan
menggerogorti remaja Muslim, bukan hanya di Indonesia tapi juga di
berbagai belahan dunia. <br /><br />Tentu saja tidak cukup dengan
keprihatinan, tapi harus dengan aksi nyata yakni meningkatkan peranan
orang tua dan masyarakat dalam mendidikan generasi muda. <br />Setiap tanggal 14 Februari dirayakan sebagai <em>Valentine’s Day</em>
(Hari Kasih Sayang). Kasih sayang yang bermakna kebobrokan moral atau
kemaksiatan yang berbaju kasih sayang. Fenomena ini merambah luas baik
di perkotaan maupun di pedesaan. <br />Kata <em>Valentine</em>
berasal dari bahasa Latin yang berarti 'Yang Maha Perkasa', 'Yang Maha
Kuat dan Maha Kuasa'. Kata ini ditujukan kepada Nimroe dan Lupercus,
tuhan orang Romawi. <br /><br />Jadi, ketika kita meminta orang menjadi <em>to be my Valentine</em>, berarti itu sama dengan kita meminta orang menjadi 'Sang Maha Kuasa' terhadap diri kita. <br />Di sinilah mulai muncul problem akidah, yakni kemusyrikan. Karena menjadikan sesuatu sebagai <em>ilah</em> (sesembahan dan penguasa hidup) yang bertentangan dengan Tauhid (mengesakan Allah SWT). <br />Perayaan <em>Valentine’s day</em>
sendiri berasal dari perayaan ritual Lupercalia yang merupakan
rangkaian upacara penyucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Pada
hari itu, para pemuda mengundi nama-nama gadis di dalam kotak. <br /><br />Lalu
setiap pemuda mengambil nama secara acak dan nama gadis yang keluar
harus menjadi pasangannya selama setahun untuk bersenang-senang. <br />Ketika
Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara ini menjadi nuansa
Katolik dan mengganti nama gadis-gadis tersebut dengan nama Paus atau
Pastor. <br />Pada abad ke-3 Masehi, Santo Valentine (seorang
pemimpin Katolik) bersama temannya Santo Marius secara diam-diam
menentang pemerintahan Kaisar Claudius II.
Kaisar memerintahkan menangkap dan memenjarakan Valentine karena
menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah
tuhan-tuhan Romawi. <br /><br />Lalu ia dihukum gantung pada 14 Februari 269 M. Dari kejadian itulah, Paus Gelasius meresmikan 14 Februari 496 sebagai <em>Valentine’s Day </em>untuk mengenang Santo Valentine. <br />Oleh karena itu, setiap perayaan, seperti akad nikah, resepsi, acara keluarga dan sejenisnya yang mengaitkan dengan momentum <em>Valentine’s Day,</em> merupakan pengakuan akan ritual agama Romawi dan kristiani tersebut. <br />Apalagi
dijadikan sebagai justifikasi untuk melakukan kemaksiatan kolektif yang
merusak akidah dan akhlak remaja kita (pesta seks dan hura-hura). <br /><br />Bukan
berarti Islam tidak mengajarkan Kasih Sayang. Justru, kasih sayang
sendiri berasal dari nama Allah SWT. yakni Ar-Rahman dan Ar-Rahim yang
mesti menghiasi (akhlak karimah) setiap pribadi Muslim. <br />Cinta
dan kasih sayang adalah fitrah dan karunia Ilahi yang semestinya
dimuliakan dan tidak patut diekspresikan dalam bentuk kemaksiatan untuk
dan atas nama cinta. <br />Perayaan <em>Valentine’s Day</em> merupakan kejahiliyahan modern yang lebih berbahaya dibanding dengan jahiliyah Bangsa Arab dahulu yang konvensional dan lokal. <br /><br />Meniru
dan ikut-ikutan terhadap suatu budaya berarti sama saja dengan mereka.
Nabi SAW. mengingatkan hal ini jauh hari, ”Barang siapa menyerupai suatu
kaum, maka dia termasuk dari golongan mereka”. (HR. Abu Daud dan Imam
Ahmad dari Ibnu Umar). <br />Jangan kita biarkan mereka tersesat, karena kita akan bertanggung jawab kelak di hadapan Pengadilan Rabbul Jalil, Allah SWT. <br />Untuk
itu, setiap orang tua harus mengawasi dengan ketat anak-anak remajanya
pada waktu perayaan itu tiba dan bertanggung jawab menjaga keluarga dari
api neraka.(QS.66:6). <em>Allahu a’lam bish-shawab.</em>***</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : http://www.republika.co.id</div>
<span class="”fullpost”">
</span>fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3084079011914242869.post-27426222636483207872013-02-17T19:53:00.000-08:002013-02-17T19:53:05.342-08:00Kematian Sang Tunangan Membawa Maria pada Islam<span class="”fullpost”">
</span><br />
<a href="http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/ilustrasi-_121127201011-109.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="189" src="http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/ilustrasi-_121127201011-109.jpg" width="320" /></a>"Saya berkencan<br /> dengan seorang pria asal Pakistan, itu jadi kali pertama saya mengenal Islam. Dia adalah tunangan saya," ujar Maria mengawali kisahnya saat mengenal Islam. <br />Namun bukan karena pria itu, Maria memeluk Islam. Ia benar-benar tertarik pada agama rahamatan lil alamin ini. Buktinya, ia justru mantap untuk memeluk agama Islam setelah tunangannya meninggal. "Ketika dia mengunjungi saya di Arizona, dia tewas dalam kecelakaan," ujar Maria dengan raut penuh duka.<br />Sebelum mengenal pria itu dalam hidupnya, Maria merupakan seorang atheis. Ia sangat tak percaya akan eksistensi Tuhan. Agama merupakan hal asing, keimanan sangat jauh dari hatinya. Seperti halnya Maria, orang tuanya pun berpaham atheis. Dengan paham tersebut, mereka membesarkan Maria. <br /><br />"Saya dibesarkan dengan apa yang orang tua saya ajarkan, jadi saya benar-benar tidak percaya akan Tuhan. Saya benar-benar tidak percaya pada agama apapun itu," tutur Maria dalam acara "They Chose Islam" The Algerian TV via youtube.<br />Orang tua Maria berasal dari Afrika Selatan yang kemudian bermigrasi ke Boulder, Colorado AS. Adapun Maria lahir dan dibesarkan di Colorado. Acapkali membicarakan tentang agama, keluarga Maria selalu memandangnya negatif. Tak heran jika Maria tumbuh besar dengan sikap anti agama. <br />"Sebelumnya, saya benar-benar melihat agama bukanlah hal yang baik. Saya pikir agama adalah sesuatu yang menyebabkan banyak masalah, seperti perang di dunia dan segala sesuatu," ujarnya.<br />Pandangan negatif Maria pada agama berubah sudah setelah ia mengenal seorang pria asal Pakistan. Pria itu adalah tunangannya dan ia beragama Islam. "Saya berkencan dengan pria Pakistan dan itu jadi kali pertama saya mengenal Islam. Ia seorang yang baik hati. Mungkin karena ia seorang Muslim, ia benar-benar baik hati," kisah Maria mengenang. <br /><br /> Sifat baik hati si pria-lah yang pertamakali memesona Maria. Pada pertemuan pertama, Maria sama sekali tak menyangka pria yang ia cintai tersebut merupakan seorang religius. "Ketika saya bertemu tunangan saya, kita tak pernah berbicara tentang agama. <br />Saya tidak memandangnya sebagai seorang muslim atau seorang religius. Saya rasa hanya menganggapnya sebagai seorang yang mulia nan baik hati. Dia adalah salah satu orang yang sangat baik yang pernah kukenal. Ia memiliki karakter yang baik dan bersikap baik pada semua orang," kenang Maria.<br /><br />Tunangannya pun kemudian membuka pintu bagi Maria mempelajari agama Islam. Ia yang anti agama justru merasa penasaran dengan agama pasangannya. Maria seringkali berdiskusi tentang Islam dengan pasangannya. <br />Fakta-fakta tentang Islam pun kemudian dikumpulkan Maria tak hanya dari tunangannya, tapi juga dari muslimin lain yang dikenalnya. Ia bahkan membeli Alquran terjemahan bahasa Inggris kemudian rutin membacanya. "Saya lebih terbuka untuk belajar tentang Islam dan tidak berfikir bahwa hal itu adalah negatif," kata Maria.<br />Pada awalnya, Maria berfikir sifat baik pasangannya memang sudah menjadi tabiatnya. Namun setelah mempelajari Islam, ia mulai tahu bahwa sikap baik tunangannya karena menerapkan ajaran Islam. Maria terus berfikir hingga menyadari Islam lah yang membuat pria belahan jiwanya itu memiliki kualitas sifat yang sedemikian luar biasa baik. <br />Meski demikian, Maria belum memutuskan untuk memeluk Islam meski telah mempelajarinya. Banyak hal yang perlu dipertimbangkan. Kemantapan hati untuk berislam aru dirasakan Maria setelah mengalami peristiwa yang mengejutkan dan menyadihkan. Tunangannya meninggal akibat kecelakaan.<br /><br /> Maria menceritakan, saat itu ia tengah bersekolah di Arizona. Tunangannya bermaksud mengunjunginya ke Arizona. Mengendarai mobil dari Boulder ke Arizona, pria baik hati tersebut mengalami kecelakaan hingga menewaskannya. Perginya sang tunangan rupanya membuat Maria tahu makna kehidupan. <br />"Itu adalah pengalaman pertama saya tentang kematian dan itulah yang benar-benar mengilhami saya untuk melihat lebih dekat tentang Islam karena saya berfikir, ada sesuatu yang lebih penting baginya dari sekedar kematianDia dapat meninggal, seperti ini dengan sebuah alasan ataupun meski tanpa alasan, terdapat sesuatu seperti sebuah kekuatan yang lebih besar yang mendiktenya," tuturnya.<br />Dua bulan pasca kematian sang tunangan, Maria makin rajin membaca buku-buku keislaman. Hingga suatu hari, ia membuka Al-Qur'an yang menjawab segala keraguannya dan menjawab segala hikmah dibalik peristiwa yang menimpanya. Segala hal menjadi masuk akal bagi Maria. Segala hal tentang dirinya dan peristiwa menyedihkan yang menimpanya diyakininya sebagai sebuah kebenaran. Sejak itulah, akhirnya Maria memutuskan untuk bersyahadat.<br /><br />Keputusan berislam kemudian disampaikan Maria kepada teman-temannya yang muslim. Mereka pun menyarankan agar Maria menemui seorang ulama di Denver. "Saya pun berbicara dengan syaikh di Denver. Ia memastikan bahwa apa yang akan saya lakukan adalah benar-benar apa yang saya inginkan. Dia ingin memastikan bahwa saya melakukannya bukan karena seseorang, bukan karena tunangan saya. Kami membicarakan hal ini dan saya mengatakan bahwa ini untuk diriku sendiri," cerita Maria.<br />Maria pun kemudian bersyahadat dihadapan syaikh dengan dua orang teman sebagai saksi. Setelah memeluk Islam, Maria semakin banyak memiliki teman terutama dari kalangan muslim. Ia pun bersyukur dapat mengenal tunangannya. Krena melalui pria itulah hidayah datang pada Maria. <br />"Saya kira jika saya tidak bertemu dengan tunangan saya, saya tidak mungkin belajar tentang Islam seperti yang saya lakukan. Saya tidak mungkin membuat keputusan untuk memeluk agama Islam seperti yang saya lakukan. Saya pikir, kematiannya membawa saya pada keputusan yang tegas untuk berislam," tuturnya bersyukur.<br /><br />Selain itu, memeluk Islam membuat Maria merasakan lahir kembali sebagai seorang yang bersih. Ia merasa lahir kembali sebagai sosok yang berbeda. Segala hal buruk yang pernah ia lakukan serasa dihapus setelah memeluk agama rahmatan lil alamin ini. <br />Mengenai tunangannya, Maria tentu sangat merindukannya. Seringkali ia berfikir tentang pernikahan, namun ia khawatir tak dapat menemukan sosok yang tepat, sebaik tunangannya yang telah membawakannya hidayah. Ia tak berkeinginan untuk berkencan. Namun Maria berharap dapat memperoleh pasangan muslim.<br />Setelah menjadi muslimah, Maria tentu harus menghadapi keluarganya yang atheis. Awalnya, mereka tak menganggap kelutusan Maria sebagai hal yang serius. Hingga ketika bulan Ramadhan tiba, keduanya baru melihat kesungguhan Maria berislam. Mereka kagum dengan tekad putri mereka untuk menjalankan ibadah puasa eski sangat berat. <br /><br />"Saya tidak pernah benar-benar berbicara banyak tentang keislaman saya pada orang tua karena saya tahu mereka tidak benar-benar tertarik pada agama. Saya pikir, mereka menyadarinya pertama kali bahwa saya serius berislam ketika bulan Ramadhan lalu. Aku berpuasa sepanjang bulan. Itu adalah Ramadhan pertama saya dan itu benar-benar sangat sulit. Tapi saya melakukannya dan mereka menyadari, 'woah, dia serius'. Mereka baru menyadari bahwa saya sangat serius," kisah Maria.<br />Melihat kesungguhan putrinya, kedua orang tua Maria pun akhirnya menerima keputusannya berislam. Sikap keduanya pun kemudian berubah. Islamnya Maria membuat keduanya tak lagi khawatir akan putrinya. Mereka yakin putrinya berubah setelah berislam. Maria dianggap lebih dapat dipercaya dan tak akan melakukan hal-hal bodoh meski ditinggal sendirian di rumah. Maria berperilaku baik setelah memeluk agama Islam.<br />Selain orang tua, tantangan lain juga dihadapi Maria ketika memutuskan untuk berhijab. Meski ia bukanlah wanita satu-satunya yang mengenakan jilbab di AS, namun Maria merasa sangat asing dan terkucil. "Ketika pertama kali mengenakan jilbab, itu sangat sulit. Setiap orang menatapku. Ada gadis-gadis lain disini yang mengenaka hijab, tapi saya merasa saya lah satu-satunya gadis Amerika yang mengenakan jilbab," akunya.<br />Meski demikian, hal tersebut tudaklah mengurungkan niatnya menutup aurat. Ia pun kemudian justru merasa bangga karena dapat berjilbab sebagai kaum minoritas. Ia pun kini merasa jilbab adalah bagian dari dirinya sehingga tak akan mungkin dilepas. Maria merasa lebih baik tentang dirinya setelah memakai jilbab.<br /><br /> <br /><br />Sumber:http://www.republika.co.id/<br />
<br />
fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3084079011914242869.post-75688196443993121502013-02-17T19:44:00.002-08:002013-02-17T19:44:37.619-08:00Manajemen Lebah<div style="text-align: justify;">
<a href="http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/ilustrasi-_121128205501-201.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="189" src="http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/ilustrasi-_121128205501-201.jpg" width="320" /></a><strong>Oleh: Muhbib Abdul Wahab</strong><br /><br />Rasulullah SAW
mengumpamakan Muslim itu seperti lebah. "Mukmin itu bagaikan lebah. Jika
hinggap pada tanaman berbunga, ia memakan sarinya yang baik, tidak
mematahkan maupun merusak yang dihinggapinya." (HR Ahmad, Abu Syaibah,
dan Thabrani).<br /><br />Hadis di atas memberi isyarat kuat bahwa setiap
Mukmin harus belajar dari manajemen lebah. Setiap Mukmin harus selalu
mencari dan mengonsumsi makanan yang halal dan baik (halalan thayyiban)
sekaligus tidak membuat kerusakan lingkungan.<br /><br />Makanan yang halal
dan bergizi adalah sumber energi kehidupan yang penuh keberkahan,
mendatangkan manfaat, dan memacu produktivitas. Tidak merusak lingkungan
berarti bersikap harmoni pada alam, dan selalu berusaha memakmurkan dan
menyejahterakan umat manusia di muka bumi. Merusak lingkungan berarti
berakibat buruk bagi dirinya dan orang yang ada disekitarnya.<br /><br />Menurut
mufassir Tantowi Jauhari, manajemen lebah itu sungguh unik dan perlu
diteladani. Lebah itu tidak ada yang hidup egois dan individualis.
Sarangnya senantiasa bersih dan terlindung. Hidupnya selalu bersatu,
bekerjasama secara kompak dan saling melengkapi.<br /><br />Meskipun
dipimpin seekor "lebah ratu", komunitas (koloni) lebah selalu berbagi
tugas secara rapi. Ada yang membuat sarang, mencari sari madu,
mengumpulkan bahan makanan, pembuat madu, prajurit, peneliti (terutama
untuk mencari tempat baru), dan sebagainya. Semua bekerja secara
"profesional". Hasil kerjanya dipergunakan untuk kemanfaatan semua pihak
lain, terutama manusia.<br /><br />Manajemen lebah sungguh efektif dan
produktif. Satu koloni lebah yang berisi puluhan ribu lebah, mampu
menghasilkan dua sampai tiga liter madu dalam satu musim. Bukan hanya
madu, lebah juga mampu memberi manfaat lainnya. Sengatan lebah
bermanfaat untuk terapi akupuntur.<br /><br />Dengan demikian, nilai-nilai
manajemen lebah yang patut diaktualisasikan dalam kehidupan Mukmin
adalah kebersihan (lingkungan maupun makanan yang dikonsumsi), visi dan
misi yang terorganisasi secara rapi (menghasilkan produk yang
bermanfaat).<br /><br />Selain itu, lebah juga sangat menjaga kesatuan dan
kerja sama, mengikuti jalan Tuhan (ketaatan), mobilitas dan
produktivitas tinggi, hidup harmoni dengan alam (tidak merusak, tapi
justru membantu penyerbukan bunga pada suatu tanaman), dan selalu
berprinsip memberi kemanfaatan (obat dan minuman sehat) bagi orang lain.
Perhatikan (QS an-Nahl [16]: 68-69).<br /><br />Nabi SAW menegaskan ayat di
atas dengan menambahkan; “Jika engkau bergaul dengannya, ia memberimu
manfaat; jika engkau ajak bermusyawarah, ia pun memberi manfaat; jika
engkau ajak berdiskusi, ia mau memberi manfaat. Segala aktivitas
(hidupnya) memberi manfaat. Demikianlah, lebah dengan segala aktivitas
dan produknya selalu bermanfaat." (HR al-Baihaqi).<br /><br />Meneladani
manajemen lebah itu, mengharuskan setiap Mukmin untuk bersikap,
berpikir, berbuat, dan berkarya demi kemanfaatan dan kemaslahatan bagi
orang lain. Karena, sebaik-baik manusia adalah orang yang paling banyak
memberi manfaat bagi orang lain. (HR at-Thabrani).<br /><br />Jika setiap
Mukmin selalu belajar manajemen lebah, niscaya umat dan bangsa ini akan
sejahtera, dan terhindar dari perbuatan buruk seperti korupsi. <em>Wallahu a’lam.</em></div>
<div style="text-align: justify;">
<em> </em></div>
<div style="text-align: justify;">
<em>Sumber : http://www.republika.co.id </em></div>
<span class="”fullpost”">
</span>fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3084079011914242869.post-41882676937262238792013-02-17T19:39:00.001-08:002013-02-17T19:39:59.045-08:00Anak Yatim dalam Islam<span class="”fullpost”">
</span><br />
<a href="https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQvum4PTVpVTifCpiY50p1AjoATuwHouEuYcSF-o3usQcVKXdBaQA" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" border="0" class="rg_hi uh_hi" data-height="183" data-width="276" height="183" id="rg_hi" src="https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQvum4PTVpVTifCpiY50p1AjoATuwHouEuYcSF-o3usQcVKXdBaQA" style="height: 183px; width: 276px;" width="276" /></a><b><i>Definisi anak yatim</i></b><br />
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 27pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
Alloh <span>Swt</span> telah memberikan perhatian khusus kepada ciptaan-Nya yang satu ini, dia adalah manusia lemah yang di takdirkan Allah <span>Swt</span>
hidup tanpa cinta dan kasih sayang dari salah satu kedua orang tuanya,
keadaan ini tiada lain adalah sebagai cobaan dan ujian baginya juga bagi
umat seluruhnya mereka itu adalah anak-anak yatim.</div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 27pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
Islam sebagai agama <i>rahmatan lil alamin</i>
telah menjadi garda terdepan dalam memberikan perhatian, pengurusan dan
pengayoman kepada mereka, hal itu tiada lain adalah demi dan untuk
kemaslahatan mereka, banyak sekali ayat-ayat al Qur'an atau al hadits
yang mengangkat dan mengupas tema diatas secara mendetail dari mulai
balita hingga dewasa, hak dan kewajiban, tanggung jawab pribadi,
masyarakat bahkan Negara. </div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 27pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
Dalam kitab Al Yatim karya DR. Abdul Hamid As Suhaibani dikatakan definisi yatim adalah:</div>
<div dir="rtl" style="text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
من فقد أباه وهو دون البلوغ ذكرا كان أو أنثى<span dir="ltr"> </span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
<i>"Seorang anak yang kehilangan ayahnya –karena meninggal- ketika ia belum baligh atau dewasa baik itu laki-laki atau perempuan". </i></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
Dengan demikian seseorang dikatakan yatim bila:</div>
<div style="direction: ltr; margin: 0cm 0cm 0pt 9pt; text-align: justify; text-indent: -9pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
1.Ditinggal
wafat ayahnya, adapun anak yang ditinggal wafat ibu atau yang lainnya
tidaklah dikatakan yatim, begitu juga anak yang ditinggal karena
perceraian suami istri.</div>
<div style="direction: ltr; margin: 0cm 0cm 0pt 9pt; text-align: justify; text-indent: -9pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
2.Ditinggal
wafat ayahnya ketika masih dibawah usia baligh atau dewasa dengan
demikian bila ditinggal wafat ayahnya sesudah masa baligh maka tidaklah
dikatakan anak yatim.</div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 27pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
<span> Imam Malik dan yang lainnya berkata: Firman Allah</span><i><span>I</span></i><i> :" Hingga sampai dewasa"</i> (Qs. Al An Am:152) maksudnya adalah: Cukup umur dan hilangnya kebodohan serta baligh.</div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 27pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
Untuk
mengetahui seseorang sudah sampai usia baligh atau belum, dapat
diketahui dengan beberapa tanda, tanda-tanda ini telah dihimpun oleh
para ulama ahli fiqih berdasarkan imformasi yang digali dari al Qur'an
dan al Hadits, diantaranya adalah:</div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
<i>1.Seorang anak laki-laki telah berusia lima belas tahun</i>, tanda ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Ibnu Umar <span>t</span> ia berkata:</div>
<div dir="rtl" style="text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
عرضت على النبي <span dir="ltr">r</span> يوم أحد وأنا ابن أربعة عشر سنة فلم يجزني في المقاتلة</div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
<i>"Aku mengajukan diriku (untuk mengikut) perang Uhud kepada Nabi </i><i><span>r</span></i><i>, waktu itu aku seorang anak yang baru berusia empat belas tahun, akan tetapi (Nabi </i><i><span>r</span></i><i>) tidak mengizinkanku untuk ikut berperang".</i> (Bukhari-Muslim) </div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
Hadits diatas mengisahkan bahwasanya Ibnu Umar meminta izin untuk mengikuti perang bersama Rasulullah <i><span>r</span></i>dan
para shahabatnya akan tetapi permintaan itu ditolak dengan alasan ia
belum cukup umur untuk mengikuti perhelatan yang keras ini, lalu ia
mencoba mengajukan diri lagi pada tahun berikutnya dimana beliau telah
berusia diatas empat belas tahun, maka Rasulullah <i><span>r</span></i>punmengizinkannya.</div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
<i><span style="color: black;">2.Seorang anak perempuan bila telah</span></i><i> berusia sembilan tahun</i>, tanda ini didasarkan atas perkataan A'isyah radiyallahu anha ia berkata:</div>
<div dir="rtl" style="text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
إذا بلغت الجارية تسع سنين فهو امرأة<span> </span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
<i>"Jika anak perempuan telah berusia sembilan tahun maka ia adalah wanita" </i>(HR. Ahmad)</div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
Tanda ini didasarkan bahwasanya A'isyah dinikahi oleh Rasulullah <span>e</span>
dalam usia tujuh tahun akan tetapi tetap bersama ayahnya Abu Bakr
hingga usia sembilan tahun setelah itu baru bersama Rasulullah <span>e</span> .</div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
<i>3.Telah tumbuh bulu-bulu di badannya baik diatas kemaluan atau selainnya,</i>
Tanda diatas berdasarkan hadits yang menceritakan perang Bani Quraidhoh
dimana semua laki-laki yang sudah sampai usia baligh di beri hukuman
mati karena melanggar perjanjian damai bersama Rasulullah <span>r</span>
dan kaum muslimin, untuk membedakan orang yang sudah baligh atau belum
pada kaum itu adalah dengan tumbuhnya rambut atau bulu-buluan diatas
kemaluan. Selain itu Imam Ahmad dan Imam Ishak rahimahumullah mengatakan
bahwa ciri baligh seseorang salah satunya adalah dengan tumbuh
bulu-bulu diatas kemaluan.</div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
<i>4.Mimpi bersetubuh</i></div>
<div dir="rtl" style="text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
رفع القلم عن ثلاث عن المجنون حتى يفيق, وعن النائم حتى يستيقظ, وعن الصبي حتى يحتلم</div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
<i>"Diangkat
qolam dari tiga orang: Dari orang gila hingga sembuh, dari orang tidur
hingga bangun, dari anak kecil hingga mimpi keluar air mani </i> (HR. Abu Daud)</div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
<i>5.Mengalami mansturbasi atau datang bulan bagi perempuan</i></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
Tanda yang ke empat ini berdasarkan analisa hadits Rasulullah <span>e</span>
yang menyebutkan bahwa wanita yang haid atau nifas dilarang
melaksanakan sholat karena keluar darah dari kemaluannya, dengan
demikian wanita yang telah mengalami haid telah diwajibkan kepadanya
sholat karena sudah baligh. A'isyah r.a berkata:</div>
<div dir="rtl" style="text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
كنا نحيض على عهد رسول الله <span dir="ltr">r</span> فنؤمر بقضاء الصوم ولا نؤمر قضاء الصلاة <span dir="ltr"> </span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
<i>"Kami haid di masa Rasulullah </i><i><span>r</span></i><i> maka kami diperintahkan mengqodho saum dan tidak diperintahkan mengqodho sholat" </i>(HR.Bukhari-Muslim)</div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
</div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
<b><i>Keutamaan mengurus anak yatim</i></b></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
Mengurus atau menjaga serta mengayomi anak yatim memiliki berbagai keutamaan, diantaranya:</div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
a.Allah <span>I</span>
akan menyelamatkan ia dari berbagai kesusahan di hari kiamat serta
diberikan kegembiraan dikala manusia yang lainnya mengalami kesulitan.
Allah <span>I</span> berfirman:</div>
<div dir="rtl" style="text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
ويطعمون
الطعام على حبه مسكينا ويتيما وأسيرا ............ إنا نخاف من ربنا يوما
عبوسا قمطريرا, فوقاهم الله شر ذلك اليوم ولقاهم نضرة وسرورا</div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
<i>"Dan
mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak
yatim dan orang yang ditawan……. Sesungguhnya kami takut akan siksa Tuhan
kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh
kesulitan, Maka Allah memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan
memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati" </i>(Qs. Al Insan: 8-11)</div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
b.Pengurus anak yatim akan bersama Rasulullah <span>r</span> tinggal dalam surga, hal ini sebagaimana sabda beliau:</div>
<div dir="rtl" style="text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span dir="ltr"> </span>أنا وكافل اليتيم في الجنة كهاتين وأشار بأصبعيه يعني السبابة والوسطى الترمذي<span dir="ltr"> </span><span dir="ltr"> </span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
<i>"Aku
dan yang mengurus anak yatim di surga seperti ini, beliau memberikan
isyarat dengan kedua jarinya yaitu jari telunjuk dan jari kelingking"</i> (HR. At Tirmidzi)</div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
c.Melembutkan hati yang keras, hal ini sebagaimana hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah <span>t</span> ia berkata:</div>
<div dir="rtl" style="text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
أن رجلا شكا إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم قسوة قلبه فقال امسح رأس اليتيم وأطعم المسكين</div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
<i>"Sesungguhnya seseorang datang mengadu kepada Rasullah </i><i><span>r</span></i><i> atas keras hati yang dialaminya, beliau bersabda: Usaplah kepala anak yatim dan beri makanlah orang-orang miskin".</i> (HR. Ahmad)</div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
<b> </b></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
<b><i>Hak-hak anak yatim</i></b></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
a.Mengurusi dan menggauli mereka dengan baik, Allah <span>I</span> berfirman:</div>
<div dir="rtl" style="text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
ويسألونك عن اليتامى قل إصلاح لهم خير وإن تخالطوهم فإخوانكم</div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
<i>"Dan
mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakanlah: Mengurus
urusan mereka secara patut adalah baik dan jika kalian menggauli mereka,
maka mereka adalah saudaramu".</i> (Qs. Al Baqoroh:220)</div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
b.Menjaga
harta mereka hingga baligh, kemudian menyerahkannya ketika mereka sudah
mencapai usia nikah atau baligh. Imam Malik dan yang lainnya berkata:
Allah <span>I</span> berfirman:</div>
<div dir="rtl" style="text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
وابتلوا
اليتامى حتى إذا بلغوا النكاح فإن آنستم منهم رشدا فادفعوا إليهم أموالهم
ولا تأكلوها إسرافا وبدارا أن يكبروا ومن كان غنيا فليستعفف ومن كان فقيرا
فليأكل بالمعروف إذا دفعتم إليهم أموالهم فأشهدوا عليهم وكفى بالله حسيبا</div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
<i>"Dan
ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian
jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta),
maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya, dan janganlah kamu makan
harta anak yatim lebih dari batas kepatutan (dan janganlah kamu)
tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. Barangsiapa
(diantara pemelihara itu mampu, maka hendaklah ia menahan diri (dari
memakan harta anak yatim itu) dan barangsiapa miskin, bolehlah ia makan
harta itu menurut yang patut. Kemudian apabila kamu menyerahkan harta
kepada mereka, maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang
penyerahan itu) bagi mereka, dan cukuplah Allah sebagai pengawas (atas
persaksian itu)".</i><i><span dir="rtl"> </span></i>(Qs.An Nisa:6)</div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
<b> </b></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
<b><i>Ancaman bagi orang yang mengabaikan hak-hak anak yatim</i></b></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
a.Orang
yang mengabaikan hak-hak anak yatim baik dengan cara menzaliminya atau
tidak mengurusinya adalah pendusta terhadap agama, Allah <span>I</span> berfirman:</div>
<div dir="rtl" style="text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
أرأيت الذي يكذب بالدين, فذلك الذي يدع اليتيم</div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
<i>"Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim".</i>(Qs. Al Maa'un:1-2 )</div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
Imam
Ibnu Katsir rahimahullah berkata: Menghardik anak yatim adalah dengan
cara, memaksanya, menzalimi haknya, tidak memberi makanan dan tidak
berbuat baik kepadanya.</div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
b.Orang yang memakan harta anak yatim secara zalim termasuk salah satu dosa besar, Rasulullah <span>r</span> bersabda:</div>
<div dir="rtl" style="text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
اجتنبوا
السبع الموبقات قالوا: يا رسول الله وما هن؟ قال: الشرك بالله, والسحر,
وقتل النفس التي حرم الله إلا بالحق, وأكل الربا, وأكل مال اليتيم, والتولي
يوم الزحف, وقذف المحصنات الغافلات المؤمنات</div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
<i><span dir="rtl"> </span></i><i>"Jauhilah
oleh kalian tujuh dosa yang menghancurkan (amal sholeh), mereka
bertanya: Wahai Rasulullah dosa apakah itu? Beliau menjawab:
Mempersekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah
kecuali dengan hak, memakan riba, <b>memakan harta anak yatim, </b>lari dari medan perang, menuding zina perempuan mukmin yang terjaga".</i> (HR.Bukhari-Muslim)</div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
c.Orang
yang memakan harta anak yatim dengan cara zalim adalah bagaikan orang
yang menelan api dan Allah akan dimasukkannya ke dalam neraka, Allah <span>I</span> berfirman:</div>
<div dir="rtl" style="text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
إن الذين يأكلون أموال اليتامى ظلما, إنما يأكلون في بطونهم نارا وسيصلونها سعيرا</div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
<i>"Sesungguhnya
orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya
mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk kedalam
api yang menyala-nyala (neraka). </i>(Qs.An Nisa:10). <i>Wallahu A'lam</i></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
Semoga pembahasan yang singkat ini bisa menggugah hati kita untuk bisa lebih mengasihi dan menyayangi mereka.</div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
</div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;">
Sumber : http://www.islamcocg.com</div>
fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3084079011914242869.post-22607737852947787372013-02-17T19:35:00.000-08:002013-02-17T19:35:18.834-08:00Santuni Anak Yatim<div style="text-align: justify;">
<a href="https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQ3bfHcGhfR24lL32ZMtH0OP4Ur9hjZCHoWjBg0leK7evPP9QFV" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" border="0" class="rg_hi uh_hi" data-height="194" data-width="259" height="194" id="rg_hi" src="https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQ3bfHcGhfR24lL32ZMtH0OP4Ur9hjZCHoWjBg0leK7evPP9QFV" style="height: 194px; width: 259px;" width="259" /></a>Dari Sahl bin Sa’ad <em>radhiallahu ‘anhu</em> dia berkata: Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda,</div>
<div style="font-size: 18px; text-align: justify;">
« أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِى الْجَنَّةِ هكَذَا » وأشار بالسبابة والوسطى وفرج بينهما شيئاً</div>
<div style="text-align: justify;">
“<em>Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga
seperti ini”, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam, serta agak merenggangkan keduanya</em><a href="http://manisnyaiman.com/keutamaan-menyantuni-anak-yatim/#_ftn1">[1]</a>.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan dan pahala orang
yang meyantuni anak yatim, sehingga imam Bukhari mencantumkan hadits
ini dalam bab: keutamaan orang yang mengasuh anak yatim.</div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa faidah penting yang terkandung dalam hadits ini:</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Makna hadits ini: orang yang menyantuni anak yatim di dunia akan
menempati kedudukan yang tinggi di surga dekat dengan kedudukan
Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em><a href="http://manisnyaiman.com/keutamaan-menyantuni-anak-yatim/#_ftn2">[2]</a>.</li>
<li>Arti “menanggung anak yatim” adalah mengurusi dan memperhatikan
semua keperluan hidupnya, seperti nafkah (makan dan minum), pakaian,
mengasuh dan mendidiknya dengan pendidikan Islam yang benar<a href="http://manisnyaiman.com/keutamaan-menyantuni-anak-yatim/#_ftn3">[3]</a>.</li>
<li>Yang dimaksud dengan anak yatim adalah seorang anak yang ditinggal oleh ayahnya sebelum anak itu mencapai usia dewasa<a href="http://manisnyaiman.com/keutamaan-menyantuni-anak-yatim/#_ftn4">[4]</a>.</li>
<li>Keutamaan dalam hadits ini belaku bagi orang yang meyantuni anak
yatim dari harta orang itu sendiri atau harta anak yatim tersebut jika
orang itu benar-benar yang mendapat kepercayaan untuk itu<a href="http://manisnyaiman.com/keutamaan-menyantuni-anak-yatim/#_ftn5">[5]</a>.</li>
<li>Demikian pula, keutamaan ini berlaku bagi orang yang meyantuni anak
yatim yang punya hubungan keluarga dengannya atau anak yatim yang sama
sekali tidak punya hubungan keluarga dengannya<a href="http://manisnyaiman.com/keutamaan-menyantuni-anak-yatim/#_ftn6">[6]</a>.</li>
<li>Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan mengasuh
anak yatim, yang ini sering terjadi dalam kasus “anak angkat”, karena
ketidakpahaman sebagian dari kaum muslimin terhadap hukum-hukum dalam
syariat Islam, di antaranya:</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
1. Larangan menisbatkan anak angkat/anak asuh kepada selain ayah kandungnya, berdasarkan firman Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em>:</div>
<div style="font-size: 18px; text-align: justify;">
{ادْعُوهُمْ لِآَبَائِهِمْ
هُوَ أَقْسَطُ عِنْدَ اللَّهِ فَإِنْ لَمْ تَعْلَمُوا آَبَاءَهُمْ
فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ وَمَوَالِيكُمْ}</div>
<div style="text-align: justify;">
“<em>Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama
bapak-bapak (kandung) mereka; itulah yang lebih adil di sisi Allah, dan
jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggilah mereka
sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu</em>” (QS al-Ahzaab: 5).</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Anak angkat/anak asuh tidak berhak mendapatkan warisan dari orang
tua yang mengasuhnya, berbeda dengan kebiasaan di zaman Jahiliyah yang
menganggap anak angkat seperti anak kandung yang berhak mendapatkan
warisan ketika orang tua angkatnya meninggal dunia<a href="http://manisnyaiman.com/keutamaan-menyantuni-anak-yatim/#_ftn7">[7]</a>.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Anak angkat/anak asuh bukanlah <em>mahram</em><a href="http://manisnyaiman.com/keutamaan-menyantuni-anak-yatim/#_ftn8">[8]</a>,
sehingga wajib bagi orang tua yang mengasuhnya maupun anak-anak kandung
mereka untuk memakai hijab yang menutupi aurat di depan anak tersebut,
sebagaimana ketika mereka di depan orang lain yang bukan <em>mahram</em>, berbeda dengan kebiasaan di masa Jahiliyah.</div>
<div style="font-size: 18px; text-align: justify;">
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين</div>
<div style="text-align: justify;">
Kota Kendari, 12 Muharram 1433 H</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : http://muslim.or.id</div>
<span class="”fullpost”">
</span>fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3084079011914242869.post-9049281061228619922013-01-27T22:43:00.000-08:002013-01-27T22:43:11.375-08:00Detik-2 Maulid Nabi Muhammad SAW<div style="text-align: justify;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-Fir9gj4X7H8/TxjMxotKTvI/AAAAAAAAAUw/nvu55W5c7GQ/s1600/Optimized-MUHAMMAD+SAW.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="202" id="il_fi" src="http://1.bp.blogspot.com/-Fir9gj4X7H8/TxjMxotKTvI/AAAAAAAAAUw/nvu55W5c7GQ/s320/Optimized-MUHAMMAD+SAW.jpg" style="padding-bottom: 8px; padding-right: 8px; padding-top: 8px;" width="320" /></a><span style="font-size: small;">Al-Imam Syihabuddin Ahmad bin Hajar Al-Haitami
Asy-Syafi’i di kitabnya An-Ni’matul Kubraa ‘Alal ‘Aalam hal. 61 telah
menyebutkan ; </span><br /><span style="font-size: small;">Bahwa sesungguhnya pada bulan kesembilan kehamilan
Sayyidah Aminah (bulan Rabi’ul Awwal), saat hari-hari kelahiran Baginda
Nabi Muhammad sudah semakin dekat, Allah SWT semakin melimpahkan
berbagai macam anugerahnya kepada Sayyidah Aminah, mulai malam tanggal
satu hingga malam tanggal 12 Bulan Rabi’ul Awwal malam kelahiran Baginda
Rasulullah Muhammad SAW; </span><br /><br /><span style="font-size: small;"> Pada malam tanggal 1 Allah SWT
melimpahkan segala kedamaian dan ketentraman yang luar biasa kepada
Sayyidah Aminah, sehingga Beliau merasakan ketenangan dan kesejukan jiwa
yang belum pernah dirasakan sebelumnya. </span><br /><span style="font-size: small;"> Pada malam tanggal 2
datang seruan berita gembira kepadanya bahwa sebentar lagi dirinya akan
mendapati anugerah agung yang luar biasa dari Allah SWT.</span><br /><span style="font-size: small;"> Pada malam
tanggal 3 datang seruan memanggil kepadanya…”Wahai Aminah, sudah dekat
saatnya Engkau akan melahirkan Nabi Agung Rasulullah Muhammad SAW yang
senantiasa memuji dan bersyukur kepada Allah SWT”. </span><br /><br /><span style="font-size: small;"> Pada malam tanggal 4 Sayyidah Aminah mendengar beraneka ragam tasbih para malaikat secara nyata dan sangat jelas sekali. </span><br /><span style="font-size: small;"> Pada malam tanggal 5 Sayyidah Aminah mimpi bertemu dengan Nabiyyullah Ibrahim AS Khalilullah. </span><br /><span style="font-size: small;"> Pada malam tanggal 6 Sayyidah Aminah melihat cahaya Rasulullah SAW memenuhi segala penjuru alam semesta. </span><br /><span style="font-size: small;">
Pada malam tanggal 7 Sayyidah Aminah melihat para malaikat silih
berganti saling berdatangan mengunjungi kediamannya membawa kabar
gembira, sehingga kebahagiaan dan kedamaiannya semakin memuncak. </span><br /><span style="font-size: small;">
Pada malam tanggal 8 Sayyidah Aminah mendengar seruan memanggil
dimana-mana, suara tersebut sangat jelas mengumandangkan….”Berbahagialah
wahai seluruh penghuni alam semesta, telah dekat saat kelahiran Nabi
Agung Kekasih Allah SWT Pencipta alam semesta..” </span><br /><span style="font-size: small;"> Pada malam tanggal
9 Allah SWT semakin mengucurkan limpahan Belas Kasih Sayangnya kepada
Sayyidah Aminah, sehingga tidak ada sedikitpun rasa sedih, susah atau
sakit dalam diri dan jiwa Sayyidah Aminah. </span><br /><span style="font-size: small;"> Pada malam tanggal 10
Sayyidah Aminah melihat tanah Khoif dan Mina ikut bergembira ria
menyambut kelahiran Baginda Nabi Muhammad SAW . </span><br /><span style="font-size: small;"> Pada malam tanggal
11 Sayyidah Aminah melihat seluruh penghuni langit dan bumi ikut bersuka
cita menyongsong kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW. </span><br /><span style="font-size: small;"> Maka, pada
malam 12 Bulan Rabi’ul Awwal, langit dalam keadaan cerah tanpa ada
mendung sedikitpun, saat itu Sayyid Abdul Muthalib sedang bermunajat
kepada Allah SWT di sekitar Ka’bah, dan Sayyidah Aminah sendirian di
rumah, tanpa ada seorangpun yang menemaninya, tiba-tiba Beliau Sayyidah
Aminah melihat tiang rumahnya terbelah, dan perlahanan-lahan muncul
empat wanita yang sangat anggun nan cantik jelita dan diliputi cahaya
yang memancar berkemilauan serta semerbak harum wewangian memenuhi
seluruh ruangan. Tiba-tiba wanita pertama datang dan berkata kepada
Sayyidah Aminah; </span><br /><span style="font-size: small;"> ………”Sungguh, berbahagialah engkau wahai Aminah.
Tidak ada di dunia ini wanita yang mendapati kemuliaan dan keberuntungan
seperti engkau. Sebentar lagi engkau akan melahirkan Nabi Agung
junjungan alam semesta Baginda Nabi Muhammad SAW. Kenalilah olehmu
sesungguhnya aku ini adalah Hawwa’ Ibunda seluruh umat manusia. Aku
diperintahkan Allah SWT untuk menemanimu…. </span><br /><span style="font-size: small;"> Kemudian Ibu Hawwa’
duduk di samping kanan Sayyidah Aminah. Dan mendekat lagi wanita yang
kedua kepada Sayyidah Aminah untuk menyampaikan kabar gembira kepadanya;
</span><br /><span style="font-size: small;"> ………”Sungguh, berbahagialah engkau wahai Aminah. Tidak ada di dunia
ini wanita yang mendapati kemuliaan dan keberuntungan seperti engkau.
Sebentar lagi engkau akan melahirkan Baginda Nabi Muhammad SAW, seorang
Nabi Agung yang dianugerahi Allah SWT kesucian yang sempurna pada diri
dan kepribadiannya. Nabi Agung yang ilmunya sebagai sumber seluruh
ilmunya para Nabi dan para kekasihnya Allah SWT. Nabi Agung yang
cahayanya meliputi seluruh alam. Dan ketahuilah olehmu wahai Aminah,
sesungguhnya aku ini adalah Sarah istri Nabiyyullah Ibrahim As, aku
diperintahkan Allah SWT untuk menemanimu.” </span><br /><span style="font-size: small;"> Kemudian Sayyidah Sarah
duduk di sebelah kiri Sayyidah Aminah. Maka, wanita ketigapun kemudian
mendekat dan menyampaikan berita gembira kepadanya; </span><br /><span style="font-size: small;"> ………”Sungguh,
berbahagialah engkau wahai Aminah. Tidak ada di dunia ini wanita yang
mendapati kemuliaan dan keberuntungan seperti engkau. Sebentar lagi
engkau akan melahirkan Nabi Agung Baginda Nabi Muhammad SAW Kekasih
Allah SWT yang paling agung, dan insan sempurna yang paling utama
mendapati pujian dari Allah SWT dan dari seluruh makhuk-Nya. Perlu
engkau ketahui sesungguhnya aku adalah Asiyah binti Muzahim yang
diperintahkan Allah SWT untuk menemanimu”. </span><br /><span style="font-size: small;"> Kemudian sayyidah Asiyah
binti Muzahim tersebut duduk di belakang Sayyidah Aminah. Sejenak
Sayyidah Aminah semakin kagum, karena wanita yang ke empat adalah lebih
anggun berwibawa dan memiliki kecantikan luar biasa. Kemudian mendekat
kepada Sayyidah Aminah untuk menyampaikan kabar gembira; </span><br /><span style="font-size: small;">
………”Sungguh, berbahagialah engkau wahai Aminah. Tidak ada di dunia ini
wanita yang mendapati kemuliaan dan keberuntungan seperti engkau.
Sebentar lagi engkau akan melahirkan Nabi Agung Baginda Nabi Muhammad
SAW yang dianugerahi Allah SWT berbagai macam mukjizat yang sangat agung
dan sangat luar biasa, Beliaulah junjungan seluruh penghuni langit dan
bumi, hanya untuk Beliau semata segala bentuk Sholawat (Rahmat Ta’dhim)
Allah SWT dan Salam Sejahtera-Nya yang sempurna. Ketahuilah olehmu wahai
Aminah, sesungguhnya aku adalah Maryam Ibunda Nabiyyullah Isa AS. Kami
semua ditugaskan Allah SWT untuk menemanimu demi menyambut kehadiran
Baginda Rasulullah Muhammad SAW. </span><br /><span style="font-size: small;"> Kemudian Sayyidah Maryam Ibunda
Nabiyyullah Isa AS duduk mendekatkan diri di depan Sayyidah Aminah.
Maka, keempat wanita suci mulia nan agung di sisi Allah SWT tersebut
kemudian merapat dan mengelilingi diri Ibunda Rasulullah Muhammad SAW
Sayyidah Aminah Binti Wahab, sehingga Ibunda Rasulullah SAW semakin
memuncak rasa kedamaian dan kebahagiaan dalam jiwanya. Kebahagiaan dan
keindahan yang dialami oleh Ibunda Rasulullah SAW saat itu, tidak bisa
terlukiskan dengan kata-kata. Dan peristiwa demi peristiwa yang sangat
agung, semakin Allah SWT limpahkan demi penghormatan besar kepada
Baginda Rasulullah Muhammad SAW.</span><br /><span style="font-size: small;"> Keajaiban berikutnya adalah
Sayyidah Aminah melihat sekelompok demi sekelompok manusia bercahaya
saling berdatangan silih berganti memasuki ruangan Sayyidah Aminah dan
mereka memanjatkan puja puji dan tasbih kepada Allah SWT dengan berbagai
macam bahasa yang berbeda-beda. </span><br /><span style="font-size: small;"> Detik berikutnya adalah Sayyidah
Aminah melihat atap rumahnya terbuka dan terlihat oleh Beliau berbagai
macam bintang-bintang di angkasa raya yang sangat indah berkilauan yang
saling berterbangan di langit ke segenap penjuru angkasa yang sangat
cerah dipenuhi cahaya. </span><br /><span style="font-size: small;"> Maka, detik berikutnya adalah Allah SWT
perintahkan kepada Malaikat Ridlwan penjaga sorga agar mengomando semua
bidadari sorga supaya berdandan rapi cantik jelita dan memakai segala
macam bentuk perhiasan kain sutera dengan bermahkotakan emas, intan
permata yang gemerlapan dan menebarkan wewangian sorga yang harum
semerbak ke segala arah demi menyambut kedatangan Baginda Nabi Muhammad
SAW. </span><br /><span style="font-size: small;"> Selanjutnya, Allah SWT limpahkan mandat khusus kepada Malaikat
Jibril AS untuk mengemban tugas agung dalam momen yang paling agung dan
bersejarah bagi seluruh makhluk Allah SWT, Firman Allah SWT kepadanya; </span><br /><br /><span style="font-size: small;">
يا جبريل صف راح الأرواح في أقداح الشراب يا جبربل انشر سجادات القرب
والوصال لصاحب النور والرفعة والإتصال يا جبريل مر مالكا أن يغلق أبواب
النيران يا جبريل قل لرضوان أن يفتح أبواب الجنان يا جبريل البس حلة
الرضوان يا جبريل اهبط إلى الأرض بالملائكة الصافين والمقربين والكروبيين
والحافين يا جبريل ناد في السموات والأرض في طولها والعرض قد آن أوان
اجتماع المحب بالمحبوب والطالب بالمطلوب </span><br /><span style="font-size: small;"> Yang artinya kurang lebih; </span><br /><br /><span style="font-size: small;">
“Hai Jibril, serukanlah kepada seluruh arwah suci para Nabi, para Rasul
dan para Wali agar berkumpul berbaris rapi menyambut kedatangan Nabi
Agung Muhammad SAW. Hai Jibril, bentangkanlah hamparan kemuliaan dan
keagungan derajat Al-Qurb dan Al-Wishal kepada Nabi Agung Muhammad SAW
yang memiliki Nur dan Maqam luhur di Sisi-Ku. Hai Jibril, perintahkanlah
kepada Malik agar menutup semua pintu neraka. Hai Jibril,
perintahkanlah kepada Ridlwan agar membuka seluruh pintu sorga. Hai
Jibril, pakailah olehmu Hullah Ar-Ridlwan (pakaian khusus yang diliputi
Keridloan-Ku) demi menyambut Kekasih-Ku Nabi Agung Muhammad SAW. Hai
Jibril, turunlah ke bumi dengan membawa seluruh pasukan malaikat, para
Malaikat Muqarrabin, para Malaikat Karubiyyin, para Malaikat yang selalu
mengelilingi ‘Arasy, suruh mereka semua turun ke bumi dan berbaris rapi
demi memuliakan dan mengagungkan kedatangan Kekasih-Ku Nabi Agung
Muhammad SAW. Hai Jibril, kumandangkanlah seruan di seluruh penjuru
langit hingga lapis ke tujuh dan di segenap penjuru bumi hingga lapisan
paling dalam, beritakan kepada seluruh makhluk-Ku bahwa sesungguhnya
…Sekarang telah tiba saatnya kedatangan Nabi akhir zaman, Nabi Agung
kekasih Allah SWT, Baginda Nabi Muhammad SAW …………. </span><br /><br /><span style="font-size: small;"> Kemudian
seketika itu pula Malaikat Jibril AS secepat kilat langsung melaksanakan
seluruh mandat khusus dan agung dari Allah SWT tersebut. Serentak
Beliau bawa seluruh pasukan malaikat turun ke bumi hingga memenuhi
seluruh gunung-gunung Makkah dan berbaris rapi meliputi seluruh tanah
suci Makkah. Sayap-sayap mereka terlihat laksana mega-mega putih
berkilauan memenuhi angkasa. Dan saat itu pula seluruh hewan-hewan yang
ada di segenap penjuru di bumi, di lautan dan di angkasa bersuka cita
demi menyambut kedatangan Baginda Nabi Muhammad SAW. </span><br /><br /><span style="font-size: small;"> Ibunda Rasulullah SAW Sayyidah Aminah berkata;</span><br /><br /><span style="font-size: small;">
"Saat itu pula, dengan ijin Allah SWT, bisa terlihat jelas olehku
gedung-gedung yang ada di Syiria dan Palestina. Aku juga melihat tiga
pilar bendera yang dibawa oleh para malaikat. Yang satu ditancapkan di
jagad timur, yang satu ditancapkan di jagad barat dan yang satunya lagi
di atas Ka’bah Baitullah. "Dalam keadaan yang dipenuhi oleh misteri
segala keajaiban yang sedemikian rupa, seketika pula datang serombongan
burung-burung bercahaya yang indah memenuhi ruanganku, datang silih
berganti. Paruh dan sayapnya adalah berupa mutiara zamrud dan yaqut
yang indah sekali. Burung-burung tersebut menebarkan berbagai macam
mutiara dan permata yang beraneka ragam indahnya di ruanganku. Setelah
itu mereka serentak memanjatkan puja puji dan tasbih kepada Allah SWT.
Dan aku lihat pula para malaikat datang bergerombolan dan silih berganti
sambil membawa mabkharah (tempat dupa) berupa emas merah dan emas putih
yang berisikan dupa-dupa wewangian sorga yang semerbak harum baunya
memenuhi seluruh jagad raya, sambil bergemuruh suara mereka mengucapkan
sholawat dan salam kepada Nabi Agung Rasulullah Muhammad SAW. Seketika
itu pula aku lihat bulan terbelah di atasku laksana qubah, dan
bintang-bintang gemerlapan berjajar rapi di atas kepalaku laksana mata
rantai emas intan permata. Dan tiba-tiba telah ada di sisiku secangkir
minuman putih bening melebihi susu. Seketika aku meminumnya, dan terasa
nikmat sekali, kelezatan manisnya melebihi gula dan madu, dan
kesejukkannya melebihi salju (es). Maka seketika lepaslah segala
dahagaku. Sangat terasa nikmat, segar dan lezat sekali yang belum pernah
aku rasakan sebelumnya. Seketika cahaya yang luar biasa meliputi
diriku. Kemudian, datanglah burung putih berkilauan cahaya mendekati dan
mengusapkan sayapnya pada diriku. Saat itulah tanda-tanda kelahiran
mulai aku rasakan dan aku bersandar pada para wanita yang ada di
sekelilingku. Seketika lahirlah Nabi Agung akhir zaman, Kekasih Allah
SWT yang sempurna, Rasulullah Muhammad SAW, dan saya tidak melihat
kecuali hanya sinar cahaya yang sangat agung. Tidak lama kemudian, aku
melihat putraku (Rasulullah Muhammad SAW) telah berada di sampingku
terselimuti dengan sutera putih di atas hamparan sutera hijau dalam
keadaan sujud mengiba ke hadirat Allah SWT dengan mengangkat jari
telunjuknya. Dan saya mendengar Beliau Rasulullah SAW mengucapkan ; </span><br /><span style="font-size: small;"> ألله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا </span><br /><br /><span style="font-size: small;">
……….”Allah Maha Besar dengan segala Keagungan-Nya, Segala Puji bagi
Allah atas segala anugerah-Nya, Maha Suci Allah kekal abadi
selama-lamanya………” </span><br /><span style="font-size: small;"> Pada saat itulah semakin memuncak kegembiraan
seluruh penghuni alam semesta. Para Malaikat, Para Nabi, Para Wali, Para
bidadari sorga, seluruh makhluk-makhluk Allah SWT yang ada di daratan,
di lautan di angkasa dan bahkan bumi, laut, udara, bintang-bintang,
bulan, matahari, langit, kursiy dan Arasy, seluruhnya benar-benar
meluapkan kegembiraan dan memuncakkan Sholawat Ta’dhim kepada Kekasih
Allah SWT, Nabi Akhir Zaman, Baginda Rasulullah Muhammad SAW. Dan bahkan
Ka’bah Baitullah ikut bergetar selama 3 hari berturut-turut karena
bahagia dan bangga menyambut kelahiran Baginda Nabi Muhammad SAW. </span><br /><span style="font-size: small;"> Sebagaimana yang telah disebutkan dalam Maulid Ad-diba’iy Lil Imam Abdur Rahman Ad-Diba’iy hal 192 dan 193 ; </span><br /><br /><span style="font-size: small;"> فاهتز العرش طربا واستبشارا وازداد الكرسي هيبة ووقارا وامتلأت السموات أنوارا وضجت الملائكة تهليلا وتمجيدا واستغفارا </span><br /><span style="font-size: small;"> Yang artinya kurang lebih; </span><br /><br /><span style="font-size: small;">
“Sesungguhnya (pada saat kelahiran Baginda Nabi Muhammad SAW), ‘Arasy
seketika gentar hebat luar biasa meluapkan kebahagiaan dan
kegembiraannya, dan Kursiy juga semakin tambah kewibawaan dan
keagungannya, dan seluruh langit dipenuhi cahaya yang bersinar terang
dan para malaikat seluruhnya serentak bergemuruh memanjatkan tahlil,
tamjid dan istighfar kepada Allah SWT dengan mengucapkan; </span><br /><span style="font-size: small;"> سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله أكبر أستغفر الله </span><br /><span style="font-size: small;"> Yang artinya kurang lebih; </span><br /><span style="font-size: small;">
“Maha Suci Allah, Segala puji bagi Allah, Tidak ada Tuhan kecuali
Allah, Allah Maha Besar, saya beristighfar (memohon ampun) kepada Allah
SWT..” </span><br /><br /><span style="font-size: small;"> Sesungguhnya dengan keagungan Beliau Baginda Rasulullah
Muhammad SAW di sisi Allah SWT, maka Allah SWT telah memerintahkan
kepada para malaikat-Nya yang agung yakni Malaikat Jibril, Malaikat
Muqarrabin, Malaikat Karubiyyin, Malaikat yang selalu mengelilingi Arasy
dan lainnya agar serentak berdiri pada saat detik-detik kelahiran
Baginda Nabi Muhammad SAW dengan memanjatkan Tasbih, Tahmid, Tahlil,
Takbir, dan Istighfar kepada Allah SWT. </span><br /><span style="font-size: small;"> Semua fenomena
keajaiban-keajaiban agung yang terjadi pada saat detik-detik kelahiran
Baginda Nabi Muhammad SAW yang diwujudkan oleh Allah SWT, semata-mata
hanya menunjukkan kepada semua makhluk-makhluknya Allah SWT bahwa
Baginda Nabi Muhammad SAW adalah makhluk yang paling dicintai-Nya,
makhluk yang paling agung dan mulia derajatnya di sisi-Nya. </span><br /><br /><span style="font-size: small;"> Dan
riwayat-riwayat semua yang tersebutkan di atas, bukan sekedar cerita
belaka, namun telah kami nukil data-datanya dari kitab-kitab para ulama
ahlussunnah waljama’ah yang sangat akurat dan otentik. Diantaranya
adalah Kitab Al-Hawi Lil Fatawi yang dikarang oleh Al-Imam Asy-Syaikh
Jalaluddin Abdur Rahman As-Suyuthi yang telah mengarang tidak kurang
dari 600 kitab yang dijadikan marja’ (pedoman) bagi para ulama
ahlussunnah waljama’ah dalam penetapan hukum-hukum syariat Islam. Bahkan
para ulama ahlussunnah waljama’ah telah sepakat menjuluki Beliau dengan
gelar ‘Jalaaluddiin’ yakni sebagai pilar keagungan agama Islam. </span><br /><br /><span style="font-size: small;">
Bukan hanya dari kitab Beliau saja kami menukil, namun juga dari
kitab-kitab para ulama ahlussunnah waljama’ah lainnya yang juga telah
disepakati dan dijadikan sebagai sumber pedoman oleh para ulama.
Diantaranya adalah Kitab Dalailun Nubuwwah Lil Imam Al-Baihaqi, Kitab
Dalailun Nubuwwah Lil Imam Abu Na’im Al-Ashfahaniy, Kitab An-Ni’matul
Kubra ‘Alal ‘Aalam Lil Imam Syihabuddin Ahmad Ibnu Hajar Al-Haitami,
Kitab Sabiilul Iddikar Lil Imam Quthbul Ghouts Wad-Da’wah Wal-Irsyad
Al-Habib Abdullah bin ‘Alawi Al-Haddad, Kitab Al-Ghurar Lil Imam
Al-Habib Muhammad bin Ali bin Alawiy Khird Ba Alawiy Al-Husainiy, Kitab
Asy-Syifa’ Lil Imam Al-Qadli ‘Iyadl Abul Faidl Al-Yahshabiy, Kitab
As-Siirah An-Nabawiyyah Lil Imam As-Sayyid Asy-Syaikh Ahmad bin Zaini
Dahlan Al-Hasaniy, Kitab Hujjatullah ‘Alal ‘Aalamin Lis Syaikh Yusuf bin
Ismail An-Nabhaniy…dan kitab-kitab lainya yang mu’tamad dan mu’tabar
(diakui dan dijadikan pedoman oleh para ulama).</span><br /><br /><span style="font-size: small;"> Sumber : http://www.buntetpesantren.org</span></div>
<span class="”fullpost”">
</span>fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3084079011914242869.post-86512495013884638782013-01-27T22:08:00.000-08:002013-01-27T22:08:15.847-08:0021 Alasan Melaksanakan Maulid Nabi<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-wlHFuqf6FNo/UQYVvzpC03I/AAAAAAAAJxk/3c_GeSaNyhs/s1600/tipe-gambar-gif.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-wlHFuqf6FNo/UQYVvzpC03I/AAAAAAAAJxk/3c_GeSaNyhs/s1600/tipe-gambar-gif.gif" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="text_exposed_show">Yang pertama merayakan Maulid Nabi SAW adalah shahibul Maulid sendiri,
yaitu Nabi SAW, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shahih yang
diriwayatkan Muslim bahwa, ketika ditanya mengapa berpuasa di hari
Senin, beliau menjawab, “Itu adalah hari kelahiranku.” Ini nash yang
paling nyata yang menunjukkan bahwa memperingati Maulid Nabi adalah
sesuatu yang dibolehkan syara’.<br /> <br /> Banyak dalil yang bisa kita jadikan sebagai dasar untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.<br /> <br />
PERTAMA, peringatan Maulid Nabi SAW adalah ungkapan kegembiraan dan
kesenangan dengan beliau. Bahkan orang kafir saja mendapatkan manfaat
dengan kegembiraan itu (Ketika Tsuwaibah, budak perempuan Abu Lahab,
paman Nabi, menyampaikan berita gembira tentang kelahiran sang Cahaya
Alam Semesta itu, Abu Lahab pun memerdekakannya. Sebagai tanda suka
cita. Dan karena kegembiraannya, kelak di alam baqa’ siksa atas dirinya
diringankan setiap hari Senin tiba. Demikianlah rahmat Allah terhadap
siapa pun yang bergembira atas kelahiran Nabi, termasuk juga terhadap
orang kafir sekalipun. Maka jika kepada seorang yang kafir pun Allah
merahmati, karena kegembiraannya atas kelahiran sang Nabi, bagaimanakah
kiranya anugerah Allah bagi umatnya, yang iman selalu ada di hatinya? —)<br /> <br />
KEDUA, beliau sendiri mengagungkan hari kelahirannya dan bersyukur
kepada Allah pada hari itu atas nikmat-Nya yang terbesar kepadanya.<br /> <br />
KETIGA, gembira dengan Rasulullah SAW adalah perintah Al-Quran. Allah
SWT berfirman, “Katakanlah, ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya,
hendaklah dengan itu mereka bergembira’.” (QS Yunus: 58).<br /> <br /> Jadi,
Allah SWT menyuruh kita untuk bergembira dengan rahmat-Nya, sedangkan
Nabi SAW merupakan rahmat yang terbesar, sebagaimana tersebut dalam
Al-Quran, “Dan tidaklah Kami mengutusmu melainkan sebagai rahmat bagi
semesta alam.” (QS Al-Anbiya’: 107).<br /> <br /> KEEMPAT, Nabi SAW
memperhatikan kaitan antara waktu dan kejadian-kejadian keagamaan yang
besar yang telah lewat. Apabila datang waktu ketika peristiwa itu
terjadi, itu merupakan kesempatan untuk mengingatnya dan mengagungkan
harinya.<br /> <br /> KELIMA, peringatan Maulid Nabi SAW mendorong orang
untuk membaca shalawat, dan shalawat itu diperintahkan oleh Allah
Ta’ala, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk
Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuknya dan
ucapkanlah salam sejahtera kepadanya.” (QS Al-Ahzab: 56).<br /> <br /> Apa
saja yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu yang dituntut oleh
syara’, berarti hal itu juga dituntut oleh syara’. Berapa banyak manfaat
dan anugerah yang diperoleh dengan membacakan salam kepadanya.<br /> <br />
KEENAM, dalam peringatan Maulid disebut tentang kelahiran beliau,
mukjizat-mukjizatnya, sirahnya, dan pengenalan tentang pribadi beliau.
Bukankah kita diperintahkan untuk mengenalnya serta dituntut untuk
meneladaninya, mengikuti perbuatannya, dan mengimani mukjizatnya.
Kitab-kitab Maulid menyampaikan semuanya dengan lengkap.<br /> <br />
KETUJUH, peringatan Maulid merupakan ungkapan membalas jasa beliau
dengan menunaikan sebagian kewajiban kita kepada beliau dengan
menjelaskan sifat-sifatnya yang sempurna dan akhlaqnya yang utama.<br /> <br />
Dulu, di masa Nabi, para penyair datang kepada beliau melantunkan
qashidah-qashidah yang memujinya. Nabi ridha (senang) dengan apa yang
mereka lakukan dan memberikan balasan kepada mereka dengan
kebaikan-kebaikan. Jika beliau ridha dengan orang yang memujinya,
bagaimana beliau tidak ridha dengan orang yang mengumpulkan keterangan
tentang perangai-perangai beliau yang mulia. Hal itu juga mendekatkan
diri kita kepada beliau, yakni dengan manarik kecintaannya dan
keridhaannya.<br /> <br /> KEDELAPAN, mengenal perangai beliau,
mukjizat-mukjizatnya, dan irhash-nya (kejadian-kejadian luar biasa yang
Allah berikan pada diri seorang rasul sebelum diangkat menjadi rasul),
menimbulkan iman yang sempurna kepadanya dan menambah kecintaan
terhadapnya.<br /> <br /> Manusia itu diciptakan menyukai hal-hal yang
indah, baik fisik (tubuh) maupun akhlaq, ilmu maupun amal, keadaan
maupun keyakinan. Dalam hal ini tidak ada yang lebih indah, lebih
sempurna, dan lebih utama dibandingkan akhlaq dan perangai Nabi.
Menambah kecintaan dan menyempurnakan iman adalah dua hal yang dituntut
oleh syara’. Maka, apa saja yang memunculkannya juga merupakan tuntutan
agama.<br /> <br /> KESEMBILAN, mengagungkan Nabi SAW itu disyariatkan. Dan
bahagia dengan hari kelahiran beliau dengan menampakkan kegembiraan,
membuat jamuan, berkumpul untuk pengingat beliau, serta memuliakan
orang-orang fakir, adalah tampilan pengagungan, kegembiraan, dan rasa
syukur yang paling nyata.<br /> <br /> KESEPULUH, dalam ucapan Nabi SAW
tentang keutamaan hari Jum’at, disebutkan bahwa salah satu di antaranya
adalah, “Pada hari itu Adam diciptakan.” Hal itu menunjukkan
dimuliakan-nya waktu ketika seorang nabi dilahirkan. Maka bagaimana
dengan hari dilahirkannya nabi yang paling utama dan rasul yang paling
mulia?<br /> <br /> KESEBELAS, peringatan Maulid adalah perkara yang
dipandang bagus oleh para ulama dan kaum muslimin di semua negeri dan
telah dilakukan di semua tempat. Karena itu, ia dituntut oleh syara’,
berdasarkan qaidah yang diambil dari hadits yang diriwayatkan Abdullah
bin Mas’ud, “Apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin, ia pun baik di
sisi Allah; dan apa yang dipandang buruk oleh kaum muslimin, ia pun
buruk di sisi Allah.”<br /> <br /> KEDUA BELAS, dalam peringatan Maulid
tercakup berkumpulnya umat, dzikir, sedekah, dan pengagungan kepada Nabi
SAW. Semua itu hal-hal yang dituntut oleh syara’ dan terpuji.<br /> <br />
KETIGA BELAS, Allah SWT berfirman, “Dan semua kisah dari rasul-rasul,
Kami ceritakan kepadamu, yang dengannya Kami teguhkan hatimu.” (QS Hud:
120). Dari ayat ini nyatalah bahwa hikmah dikisahkannya para rasul
adalah untuk meneguhkan hati Nabi. Tidak diragukan lagi bahwa saat ini
kita pun butuh untuk meneguhkan hati kita dengan berita-berita tentang
beliau, lebih dari kebutuhan beliau akan kisah para nabi sebelumnya.<br /> <br />
KEEMPAT BELAS, tidak semua yang tidak pernah dilakukan para salaf dan
tidak ada di awal Islam berarti bid’ah yang munkar dan buruk, yang haram
untuk dilakukan dan wajib untuk ditentang. Melainkan apa yang “baru”
itu (yang belum pernah dilakukan) harus dinilai berdasarkan dalil-dalil
syara’.<br /> <br /> KELIMA BELAS, tidak semua bid’ah itu diharamkan. Jika
haram, niscaya haramlah pengumpulan Al-Quran, yang dilakukan Abu Bakar,
Umur, dan Zaid, dan penulisannya di mushaf-mushaf karena khawatir hilang
dengan wafatnya para sahabat yang hafal Al-Quran. Haram pula apa yang
dilakukan Umar ketika mengumpulkan orang untuk mengikuti seorang imam
ketika melakukan shalat Tarawih, padahal ia mengatakan, “Sebaik-baik
bid’ah adalah ini.” Banyak lagi perbuatan baik yang sangat dibutuhkan
umat akan dikatakan bid’ah yang haram apabila semua bid’ah itu
diharamkan.<br /> <br /> KEENAM BELAS, peringatan Maulid Nabi, meskipun
tidak ada di zaman Rasulullah SAW, sehingga merupakan bid’ah, adalah
bid’ah hasanah (bid’ah yang baik), karena ia tercakup di dalam
dalil-dalil syara’ dan kaidah-kaidah kulliyyah (yang bersifat global).<br /> <br />
Jadi, peringatan Maulid itu bid’ah jika kita hanya memandang bentuknya,
bukan perincian-perincian amalan yang terdapat di dalamnya (sebagaimana
terdapat dalam dalil kedua belas), karena amalan-amalan itu juga ada di
masa Nabi.<br /> <br /> KETUJUH BELAS, semua yang tidak ada pada awal masa
Islam dalam bentuknya tetapi perincian-perincinan amalnya ada, juga
dituntut oleh syara’. Karena apa yang tersusun dari hal-hal yang berasal
dari syara’, pun dituntut oleh syara’.<br /> <br /> KEDELAPAN BELAS, Imam
Asy-Syafi’i mengatakan, “Apa-apa yang baru (yang belum ada atau
dilakukan di masa Nabi SAW) dan bertentangan dengan Kitabullah, sunnah,
ijmak, atau sumber lain yang dijadikan pegangan, adalah bid’ah yang
sesat. Adapun suatu kebaikan yang baru dan tidak bertentangan dengan
yang tersebut itu, adalah terpuji.”<br /> <br /> KESEMBILAN BELAS, setiap
kebaikan yang tercakup dalam dalil-dalil syar’i dan tidak dimaksudkan
untuk menyalahi syariat dan tidak pula mengandung suatu kemungkaran, itu
termasuk ajaran agama.<br /> <br /> KEDUA PULUH, memperingati Maulid Nabi
SAW berarti menghidupkan ingatan (kenangan) tentang Rasulullah, dan itu
menurut kita disyariatkan dalam Islam. Sebagaimana yang Anda lihat,
sebagian besar amaliah haji pun menghidupkan ingatan tentang
peristiwa-peristiwa terpuji yang telah lalu.<br /> <br /> KEDUA PULUH SATU,
semua yang disebutkan sebelumnya tentang dibolehkannya secara syariat
peringatan Maulid Nabi SAW hanyalah pada peringatan-peringatan yang
tidak disertai perbuatan-perbuatan mungkar yang tercela, yang wajib
ditentang.<br /> <br /> Adapun jika peringatan Maulid mengandung hal-hal
yang disertai sesuatu yang wajib diingkari, seperti bercampurnya
laki-laki dan perempuan, dilakukannya perbuatan-perbuatan yang
terlarang, dan banyaknya pemborosan dan perbuatan-perbuatan lain yang
tak diridhai shahthul Maulid, tak diragukan lagi bahwa itu diharamkan.
Tetapi keharamannya itu bukan pada peringatan Maulidnya itu sendiri,
melainkan pada hal-hal yang terlarang tersebut. [infokito]</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span class="text_exposed_show">Sumber : http://www.buntetpesantren.org</span><span class="”fullpost”">
</span>fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3084079011914242869.post-40289232503983251902013-01-27T21:51:00.000-08:002013-01-27T21:51:24.539-08:00Semangat Maulid Nabi dan Solidaritas Sosial<div style="text-align: justify;">
<a href="http://madrowi.files.wordpress.com/2011/02/muhammad_saw.jpg?w=529" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="muhammad_saw" border="0" class="alignright size-full wp-image-782" src="http://madrowi.files.wordpress.com/2011/02/muhammad_saw.jpg?w=529" title="muhammad_saw" /></a>Bagi umat Islam Indonesia, momentum Maulid Nabi Muhammad SAW menjadi
renungan mendalam untuk meneladani kembali jejak-jejak Nabi Muhammad
dalam mendakwahkan Islam kepada alam semesta. Jejak-jejak Nabi Muhammad
adalah jejak <em>rahmatan lil’alamin</em>, rahmat bagi alam semesta, sehingga kehadiran Cniscaya menjadi rahmat bagi semesta raya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Meneladani Nabi Muhammad adalah dengan merealisasikan spirit <em>rahmatan lil’alamin</em>
yang telah ditancapkan Nabi pada 14 abad yang lalu. Di mana pun kaum
muslim berada, semangat itu harus semakin membara sebagai wujud
kecintaan terhadap Nabi Muhammad. Cinta kepada Nabi Muhammad adalah
manifestasi cinta kepada rasa kemanusiaan, keadilan, kesetaraan dan
keberpihakan sosial.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam karya terbarunya yang bernas, <em>The Great Transformation</em> (2006),
Karen Amstrong melihat bahwa asal mula prinsip keberagamaan yang
dibangun para guru bijak zaman aksial (900-200 SM) adalah komitmen
berbela rasa. Agama adalah berbela rasa, mengedepankan cinta, keadilan,
kemanusiaan, kesederajatan dan melampaui egoisme dan egosentrisme.</div>
<div style="text-align: justify;">
Prinsip
dasar agama guru bijak zaman aksial ini kemudian dikembangkan oleh para
nabi dan filsuf kemudian hari menjadi agama-agama formal: Islam,
Kristen, Yahudi, Hindu, Budha, Sikh, Konghucu dan lainnya. Para guru
bijak dulu tidak memandang apa keyakinan seseorang, tetapi bagaimana
kontribusi seseorang dalam berbela rasa terhadap berbagai tindak
kekerasan, peperangan, intoleransi beragama dan dehumanisasi kehidupan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan
kata lain, agama hadir sebagai kerangka inspirasi kritik terhadap
berbagai praktik kemungkaran sosial yang melanda umat manusia. Semangat
ini dalam keberagamaan dewasa ini, menurut Said Aqil Siraj dalam bukunya
<em>Tasawuf sebagai Kritik Sosial</em> (2006), membuka peluang ihwal
kontribusi Islam, khususnya tasawuf, dalam membangun kebudayaan dan
peradaban umat manusia. Sejak awal, menurut Said, Islam lahir di tengah
tradisi besar imperium dunia: Persia dan Romawi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kehadiran Islam tidak ingin mengubur kuasa dua adidaya dunia tersebut. Islam hadir menawarkan konsep peradaban yang <em>rahmatan lil’alamin</em>,
memberi rahmat kepada seluruh semesta. Berarti, Islam mengedepankan
keadilan, kesederajatan dan kemanusiaan. Siapa yang menghalangi prinsip
tersebut, perlu diajak dialog secara damai, tidak diperangi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau
diajak damai ternyata ingkar, bahkan menawarkan angkara murka, baru
Islam mengizinkan umatnya untuk bertahan diri. Bukan berperang untuk
saling membunuh. Konsep perdamaian (<em>as-salam</em>) inilah yang dijalankan Nabi Muhammad mendakwahkan Islam kepada seluruh semesta.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di Mekah selama 13 tahun, Nabi Muhammad bersosialisasi kepada warga dengan menawarkan prinsip teologi <em>la ilaha illallah</em>,
tiada Tuhan selain Allah. Di samping secara teologi menegaskan tiada
Tuhan yang absolut kecuali Allah, pernyataan keimanan tersebut juga
memberikan dampak sosial politik, yakni penolakan terhadap berbagai
bentuk perbudakan, penjajahan dan intimidasi yang melanggar kebebasan
dan hak asasi manusia.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam pandangan Islam, manusia dibangun
atas dasar kebersamaan, kebebasan dan persamaan derajat. Demikian juga
ketika di Madinah yang masyarakatnya multikompleks. Ada suku Aus,
Khazraj, Qoinuqo’, Quraidlah dan Bani Nadlir. Penduduknya pun bermacam
agama; ada Islam, Yahudi dan sebagian kecil Kristen Najran. Islam
sendiri ada yang migran (muhajirin) dan penduduk lokal (ansor).</div>
<div style="text-align: justify;">
Pola
keberagamaan dan persaudaraan yang sejak awal dibangun Nabi Muhammad di
tengah masyarakat yang heterogen adalah mengedepankan uswah hasanah,
pola moralitas dan keteladanan yang baik. ”Aku diutus untuk untuk
menyempurnakan moralitas kemanusiaan yang luhur,” kata Nabi Muhammad.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pendekatan
moralitas menuntut umatnya untuk selalu menjadi uswah atau teladan yang
baik bagi lingkungannya. Sejak awal eksistensinya di Mekh, Islam selalu
akomodatif, kreatif dan terkadang defensif atas nilai-nilai negatif
dari luar. Metode uswah hasanah adalah gerakan beragama yang bersifat <em>soft-power</em>, yakni menjunjung tinggi keteladanan, moralitas, pembelaan atas kaum <em>mustadh’afin</em> dan penegakan hak asasi manusia.</div>
<div style="text-align: justify;">
Metode
inilah kemudian yang melahirkan Piagam Madinah, sebuah dekralasi negara
yang sangat demokratis, modern, bahkan terlalu modern untuk ukuran
geografis-sosiologis waktu itu. Dalam piagam ini Nabi Muhammad
menjabarkan ihwal negara, demokrasi, politik, hukum, ekonomi, kebudayaan
dan peradaban manusia. Komitmen yang dilakukan Nabi Muhammad,
sebagaimana zaman aksial, adalah membela rasa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Islam hadir membela
kaum marginal, kaum perempuan, kaum budak dan lainnya. Sebagaiman zaman
aksial, Nabi Muhammad tidak membedakan antara Islam, Yahudi dan
Kristen. ”Barang siapa membunuh nonmuslim, dia akan berhadapan dengan
saya”, tegas Nabi Muhammad. Islam hadir sebagai rahmat bagi semua, bukan
saja bagi umatnya yang secara formal beragama Islam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kritik Sosial</div>
<div style="text-align: justify;">
Spirit
agama sebagai inspirasi kritik sosial sekarang tidak lagi tampak.
Masing-masing agama mengklaim diri paling suci, paling benar. Yang
terjadi kemudian saling benci, saling hujat, hingga saling teror dan
saling bunuh. Sejarah telah mewartakan bahwa pembunuhan atas nama agama
menjadi tren gerakan fundamentalisme secara global. Ajaran-ajaran agama
dibaptis untuk membakar semangat berperang, mengobarkan api kekerasan
dan kekejaman.</div>
<div style="text-align: justify;">
Gerakan-gerakan ini dalam penjelasan Amstrong di
zaman aksial disebut telah membunuh agama sendiri. Mereka sesungguhnya
mengakhiri masa kejeniusan dan kegemilangan nilai agama mereka. Agama
mereka diruntuhkan sendiri. Agama gagal membela rasa, justru membela
kuasa dan angkara murka.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tasawuf berpotensi besar sebagai etika
pembebasan di tengah krisis keberagamaan. Tasawuf memberikan pemahaman
yang tertanam dalam hati dan terpancar dalam tindakan nyata akan membuka
celah pemikiran yang menyentuh hati dan memberikan injeksi gerakan di
masyarakat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan mengutip pendapat Ibnu ‘Arab, Said menandaskan
bahwa manusia perlu mengembangkan potensi yang disebut ”al-khayal”,
suatu potensi daya dan kekuatan substansial yang mengejawantahkan diri
secara hakiki namun faktual. Potensi ini bergerak menuju pengungkapan
diri dalam dunia inderawi yang bersifat abadi dan azali. Inilah pusat
eksistensi dan pusat spiritual manusia.</div>
<div style="text-align: justify;">
Jika manusia keluar dari
pusat eksistensinya maka, dalam bahasa Martin Heideggar, akan mengalami
keruntuhan eksistensi diri. Semakin kuat pusat eksistensinya, potensi
diri dalam menggali inspirasi dan menggagas kritik sosial akan semakin
tajam. Keberagamaannya dalam membela rasa, membela kaum lemah, membela
kaum terpinggirkan dan lainnya, akan semakin tinggi guna menggapai
kemaslahatan bagi seluruh semesta.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Sumber : http://www.solopos.com<span class="”fullpost”">
</span>fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3084079011914242869.post-4190037812565541462013-01-27T21:28:00.004-08:002013-01-27T21:28:58.786-08:00KH Abdul Wahid HasyimBanyak orang sering salah anggapan ketika mengira <strong>KH Abdul Wahid Hasyim</strong>, putera pendiri NU <em>KH Hasyim Asy’ari</em>,
adalah Menteri Agama Republik Indonesia yang pertama. Sejatinya
ayahanda KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini adalah Menteri Agama
ketiga.
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://madrowi.files.wordpress.com/2011/04/wahid-hasyim.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;" target="_blank" title="kh a wahid hasyim tokoh persatuan umat beragama"><img alt="kh a wahid hasyim tokoh persatuan umat beragama" class="alignright size-full wp-image-1363" src="http://madrowi.files.wordpress.com/2011/04/wahid-hasyim.jpg?w=529" title="kh a wahid hasyim tokoh persatuan umat beragama" /></a>Hanya saja, karena KH A. Wahid Hasyim
adalah tokoh termuda dari 9 tokoh nasional yang menandatangani Piagam
Jakarta, terlebih sebagai satu-satunya wakil dari kalangan santri
tradisional, maka orang sering mengang-gapnya sebagai Menteri Agama
pertama. <span id="more-1361"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Demikian dinyatakan oleh Ibu Nyai <em>Hj. Aisyah Hamid Baidlowi</em> dalam tausiyahnya pada acara <em>Majlis Sholawat Gus Dur</em>,
di Masjid al-Munawwaroh Pesantren Ciganjur Jakarta, Ahad (10/4).
Menurut Nyai Aisyah, KH A. Wahid Hasyim berhasil menjembatani
perdebatan sengit antara kubu nasionalis yang menginginkan bentuk
Negara Kesatuan, dan kubu Islam yang menginginkan bentuk negara
berdasarkan syariat Islam.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ini kemudian diartikan oleh banyak
orang, bahwa Kiai Wahid, adalah tokoh peletak dasar kerukunan beragama
di republik ini. Memang generasi sekarang tidak terlalu banyak yang
mengenal <em>KH A Wahid Hasyim</em> ini. namun Beliau adalah tokoh
penting dalam kehidupan beragama di negeri ini,” tutur Aisyah yang
merupakan puteri KH A. Wahid Hasyim di hadapan ratusan jamaah sholawat
Gus Dur.</div>
<div style="text-align: justify;">
Lebih
lanjut Aisyah menjelaskan, Kiai Wahid juga berhasil membuktikan bahwa
NU mampu menjadi bagian besar dan penting dalam perjalanan Republik
Indonesia. Baik ketika NU menjadi orga- nisasi kemasyarakatan maupun
ketika menjadi partai politik.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Karena penghormatan terhadap jasa-jasa
beliau inilah, dan juga untuk lebih mengenalkan kembali sosok KH A
Wahid Hasyim kepada generasi muda, maka panitia peringatan <strong>Seabad KH A Wahid Hasyim</strong> menggelar berbagai acara di berbagai tempat untuk berbagai kalangan,” kata nyai Aisyah, mantan Anggota DPR RI ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
Acara puncak peringatan Seabad KH A Wahid Hasyim akan digelar dalam bentuk <em>Istighotsah</em> Akbar pada tanggal 2 Juni 2011di masjid At-Tien, Taman Mini Indonesia Indah Jakarta. [<a href="http://www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news_view&news_id=28217" target="_blank" title="Aisyah Hamid Baidhowi: Kiai Wahid Peletak Dasar Kerukunan Beragama ">nu-online</a>]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: bold;">KH. Abdul Wahid Hasyim</span> adalah
pahlawan nasional, salah seorang anggota BPUPKI dan perumus Pancasila
dan merupakan Menteri Agama tiga kabinet (Kabinet Hatta, Kabinet Natsir,
dan Kabinet Sukiman).<br /><br />Mantan Ketua Tanfidiyyah PBNU (1948) dan
Pemimpin dan pengasuh kedua Pesantren Tebuireng (1947 – 1950) ini,
merupakan reformis dunia pendidikan pesantren dan pendidikan Islam
Indonesia. Ia dikenal juga sebagai pendiri IAIN (sekarang UIN).<br /><br /><span style="color: #ff9900; font-weight: bold;">Kelahiran Wahid Hasyim</span><br /><br />KH.
Abdul Wahid Hasyim adalah putra dari pasangan KH. M. Hasyim
Asy’ari-Nyai Nafiqah binti Kiai Ilyas (Madiun) yang di lahirkan pada
Jum’at legi, 5 Rabi’ul Awal 1333 H./1 Juni 1914 M. Ayahandanya semula
memberinya nama Muhammad Asy’ari, diambil dari nama kakeknya. Namun,
namanya kemudian diganti menjadi Abdul Wahid, diambil dari nama
datuknya. Dia anak kelima dan anak laki-laki pertama dari 10 bersaudara.<br /><br /><span style="color: #ff9900; font-weight: bold;">Menuntut Ilmu</span><br /><br />Sejak
kecil Abdul Wahid sudah masuk Madrasah Tebuireng dan sudah lulus pada
usia yang sangat belia, 12 tahun. Selama bersekolah, ia giat mempelajari
ilmu-ilmu kesustraan dan budaya Arab secara outodidak. Dia juga
mempunyai hobi membaca yang sangat kuat. Dalam sehari, dia membaca
minimal lima jam. Dia juga hafal banyak syair Arab yang kemudian disusun
menjadi sebuah buku.<br /><span class="fullpost"><br />Ketika berusia 13
tahun, Abdul Wahid mulai melakukan pengembaraan mencari ilmu. Awalnya ia
belajar di Pondok Siwalan, Panji, Sidoarjo. Di sana ia mondok mulai
awal Ramadhan hingga tanggal 25 Ramadhan (hanya 25 hari). Setelah itu
pindah ke Pesantren Lirboyo, Kediri, sebuah pesantren yang didirikan
oleh KH. Abdul Karim, teman dan sekaligus murid ayahnya. Antara umur 13
dan 15 tahun, pemuda Wahid menjadi Santri Kelana, pindah dari satu
pesantren ke pesantren lainnya. Tahun 1929 dia kembali ke pesantren
Tebuireng.<br /><br />Ketika kembali ke Tebuireng, umurnya baru mencapai 15
tahun dan baru mengenal huruf latin. Dengan mengenal huruf latin,
semangat belajarnya semakin bertambah. Ia belajar ilmu bumi, bahasa
asing, matematika, dll. Dia juga berlangganan koran dan majalah, baik
yang berbahasa Indonesia maupun Arab.<br />Pemuda Abdul Wahid mulai
belajar Bahasa Belanda ketika berlangganan majalah tiga bahasa, ”Sumber
Pengetahuan” Bandung. Tetapi dia hanya mengambil dua bahasa saja, yaitu
Bahasa Arab dan Belanda. Setelah itu dia mulai belajar Bahasa Inggris.<br /><br />Pada
tahun 1932, ketika umurnya baru 18 tahun, Abdul Wahid pergi ke tanah
suci Mekkah bersama sepupunya, Muhammad Ilyas. Selain menjalankan ibadah
haji, mereka berdua juga memperdalam ilmu pengetahuan seperti nahwu,
shorof, fiqh, tafsir, dan hadis. Abdul Wahid menetap di tanah suci
selama 2 tahun.<br /><br /><span style="color: #ff9900; font-weight: bold;">Memimpin Pondok Pesantren Tebuireng</span><br /><br />Sepulang
dari tanah suci, KH. Abdul Wahid (biasa dipanggil KH. Wahid Hasyim)
bukan hanya membantu ayahnya mengajar di pesantren, tapi juga terjun ke
tengah-tengah masyarakat. Ketika usianya menginjak 20-an tahun, Kiai
Wahid mulai membantu ayahnya menyusun kurikulum pesantren, menulis surat
balasan dari para ulama atas nama ayahnya dalam Bahasa Arab, mewakili
sang ayah dalam berbagai pertemuan dengan para tokoh.<br /><br />Bahkan
ketika ayahnya sakit, ia menggantikan membaca kitab Shahih Bukhari,
yakni pengajian tahunan yang diikuti oleh para ulama dari berbagai
penjuru tanah Jawa dan Madura.<br /><br />Dengan bekal keilmuan yang cukup,
pengalaman yang luas serta wawasan global yang dimilikinya, Kiai Wahid
mulai melakukan terobosan-terobosan besar di Tebuireng. Awalnya dia
mengusulkan untuk merubah sistem klasikal dengan sistem tutorial, serta
memasukkan materi pelajaran umum ke pesantren.<br /><br />Usul ini ditolak
oleh ayahnya, karena khawatir akan menimbulkan masalah antar sesama
pimpinan pesantren. Namun pada tahun 1935, usulan Kiai Wahid tentang
pendirian Madrasah Nidzamiyah, dimana 70% kurikulumnya berisi materi
pelajaran umum, diterima oleh sang ayah.<br /><br />Madrasah Nidzamiyah
bertempat di serambi masjid Tebuireng. Siswa pertamanya berjumlah 29
orang, termasuk adiknya sendiri, Abdul Karim Hasyim. Dalam bidang
bahasa, selain materi pelajaran Bahasa Arab, di Madrasah Nidzamiyah juga
diberi pelajaran Bahasa Inggris dan Belanda.<br /><br />Untuk melengkapi
khazanah keilmuan santri, pada tahun 1936, Kiai Wahid mendirikan Ikatan
Pelajar Islam yang kemudian diikuti dengan pendirian taman bacaan
(perpustakaan) yang menyediakan lebih dari seribu judul buku.<br /><br />Perpustakaan
Tebuireng juga berlangganan majalah seperti Panji Islam, Dewan Islam,
Berita Nahdlatul Ulama, Adil, Nurul Iman, Penyebar Semangat, Panji
Pustaka, Pujangga Baru, dan lain sebagainya. Langkah ini merupakan
terobosan besar yang—saat itu—belum pernah dilakukan pesantren manapun
di Indonesia.<br /><br />Pada tahun 1947, ketika sang ayah meningal dunia,
Kiai Wahid terpilih secara aklamasi sebagai pengasuh Tebuireng. Pilihan
ini berdasarkan kesepakatan musyawarah keluarga Bani Hasyim dan Ulama NU
Kabupaten Jombang. Terpilihnya Kiai Wahid sebenarnya sekadar
”formalisasi”, karena kenyataannya beliau sudah lama ikut membantu sang
ayah mengelola Tebuireng.<br /><br />Pada tahun 1950, Kiai Wahid diangkat
menjadi Menteri Agama dan pindah ke Jakarta. Keluarga Kiai Wahid tinggal
di Jl. Jawa (kini Jl. HOS Cokroaminoto) No. 112, dan selanjutnya pada
tahun 1952 pindah ke Taman Matraman Barat no. 8, di dekat Masjid Jami’
Matraman.<br /><br /><span style="color: #ff9900; font-weight: bold;">Pernikahan KH. Abdul Wahid Hasyim</span><br /><br />Pada
hari Jumat, 10 Syawal 1356 H./1936 M., Kiai Wahid menikah dengan
Munawaroh (lebih dikenal dengan nama Sholichah), putri KH. Bisyri
Sansuri (Denanyar Jombang). Ada peristiwa menarik dalam prosesi
pernikahan ini. Mempelai lelaki hanya berangkat seorang diri ke
Denanyar. Kiai Wahid datang hanya memakai baju lengan pendek dan
bersarung. Tidak ada yang mengiringinya. Bukan tidak ada yang mau
mengantar, akan tetapi Kiai Wahid sendiri yang meninggalkan para
pengiringnya di belakang.<br /><br />Dari pernikahan itu, pasangan
Wahid-Sholichah dikaruniai enam orang putra-putri, yaitu Abdurrahman,
Aisyah, Salahuddin, Umar, Lily Khodijah, dan Muhammad Hasyim.<br /><br /><span style="color: #ff9900; font-weight: bold;">Masuk NU</span><br /><br />Di
tengah-tengah kesibukannya mengelola Tebuireng, Kiai Wahid aktif
menjadi pengurus NU (1938). Karier di NU dimulai dari bawah. Mula-mula
menjadi Sekertaris NU Ranting Cukir, kemudian tahun 1938 terpilih
sebagai Ketua Cabang NU Kabupaten Jombang.<br /><br />Lalu tahun 1940 masuk
kepengurusan PBNU bagian ma’arif (pendidikan). Di tubuh Ma’arif NU, Kiai
Wahid mengembangkan dan melakukan reorganisasi terhadap
madrasah-madrasah NU di seluruh Indonesia. Kiai Wahid juga giat
mengembangkan tradisi tulis-menulis di kalangan NU, dengan menerbitkan
Majalah Suluh Nahdlatul Ulama. Beliau juga aktif menulis di Suara NU dan
Berita NU. Tahun 1946 Kiai Wahid terpilih sebagai Ketua Tanfidiyyah
PBNU menggantikan Kiai Achmad Shiddiq yang meninggal dunia.<br /><br /><span style="color: #ff9900; font-weight: bold;">Mendirikan Masyumi</span><br /><br />Pada
bulan November 1947, Wahid Hasyim bersama M. Natsir menjadi pelopor
pelaksanaan Kongres Umat Islam Indonesia yang diselenggarakan di
Jogjakarta. Dalam kongres itu diputuskan pendirian Majelis Syuro
Muslimin Indonesia (Masyumi), sebagai satu-satunya partai politik Islam
di Indonesia. Ketua umumnya adalah ayahnya sendiri, Kiai Hasyim Asy’ari.
Namun Kiai Hasyim melimpahkan semua tugasnya kepada Wahid Hasyim.<br /><br />Dia
dalam Masyumi tergabung tokoh-tokoh Islam nasional, seperti KH. Wahab
Hasbullah, KH. Bagus Hadikusumo, KH. Abdul Halim, KH. Ahmad Sanusi, KH.
Zainul Arifin, Mohammad Roem, dr. Sukiman, H. Agus Salim, Prawoto
Mangkusasmito, Anwar Cokroaminoto, Mohammad Natsir, dan lain-lain.<br /><br />Sejak
awal tahun 1950-an, NU keluar dari Masyumi dan mendirikan partai
sendiri. Kiai Wahid terpilih sebagai Ketua Umum Partai NU. Keputusan ini
diambil dalam Kongres ke-19 NU di Palembang (26-April-1 Mei 1952).
Secara pribadi, Kiai Wahid tidak setuju NU keluar dari Masyumi. Akan
tetapi karena sudah menjadi keputusan bersama, maka Kiai Wahid
menghormatinya. Hubungan Kiai Wahid dengan tokoh-tokoh Masyumi tetap
terjalin baik.<br /><br /><span style="color: #ff9900; font-weight: bold;">Pahlawan Nasional</span><br /><br />Pada
tahun 1939, NU masuk menjadi anggota Majelis Islam A'la Indonesia
(MIAI), sebuah federasi partai dan ormas Islam di Indonesia. Setelah
masuknya NU, dilakukan reorganisasi dan saat itulah Kiai Wahid terpilih
menjadi ketua MIAI, dalam Kongres tanggal 14-15 September 1940 di
Surabaya.<br /><br />Di bawah kepemimpinan Kiai Wahid, MIAI melakukan
tuntutan kepada pemerintah Kolonial Belanda untuk mencabut status Guru
Ordonantie tahun 1925 yang sangat membatasi aktivitas guru-guru agama.
Bersama GAPI (Gabungan Partai Politik Indonesia) dan PVPN (Asosiasi
Pegawai Pemerintah), MIAI juga membentuk Kongres Rakyat Indonesia
sebagai komite Nsional yang menuntut Indonesia berparlemen.<br /><br />Menjelang
pecahnya Perang Dunia ke-II, pemerintah Belanda mewajibkan donor darah
serta berencana membentuk milisi sipil Indonesia sebagai persiapan
menghadapi Perang Dunia. Sebagai ketua MIAI, Wahid Hasyim menolak
keputusan itu.<br /><br />Ketika pemerintah Jepang membentuk Chuuo Sangi In,
semacam DPR ala Jepang, Kiai Wahid dipercaya menjadi anggotanya bersama
tokoh-tokoh pergerakan nasional lainnya, seperti Ir. Soekarno, Dr.
Mohammad Hatta, Mr. Sartono, M. Yamin, Ki Hajat Dewantara, Iskandar
Dinata, Dr. Soepomo, dan lain-lain. Melalui jabatan ini, Kiai Wahid
berhasil meyakinkan Jepang untuk membentuk sebuah Badan Jawatan Agama
guna menghimpun para ulama.<br /><br />Pada tahun 1942, Pemerintah Jepang
menangkap Hadratusy Sayeikh Kiai Hasyim Asy'ari dan menahannya di
Surabaya. Wahid Hasyim berupaya membebaskannya dengan melakukan
lobi-lobi politik. Hasilnya, pada bulan Agustus 1944, Kiai Hasyim
Asy'ari dibebaskan. Sebagai kompensasinya, Pemerintah Jepang menawarinya
menjadi ketua Shumubucho, Kepala Jawatan Agama Pusat. Kiai Hasyim
menerima tawaran itu, tetapi karena alasan usia dan tidak ingin
meninggalkan Tebuireng, maka tugasnya dilimpahkan kepada Kiai Wahid.<br /><br />Bersama
para pemimpin pergerakan nasional (seperti Soekarno dan Hatta), Wahid
Hasyim memanfaatkan jabatannya untuk persiapan kemerdekaan RI. Dia
membentuk Kementerian Agama, lalu membujuk Jepang untuk memberikan
latihan militer khusus kepada para santri, serta mendirikan barisan
pertahanan rakyat secara mandiri. Inilah cikal-bakal terbentuknya laskar
Hizbullah dan Sabilillah yang, bersama PETA, menjadi embrio lahirnya
Tentara Nasional Indonesia (TNI).<br /><br />Pada tanggal 29 April 1945,
pemerintah Jepang membentuk Dokuritsu Zyunbi Tyooisakai atau Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), dan Wahid
Hasyim menjadi salah satu anggotanya. Dia merupakan tokoh termuda dari
sembilan tokoh nasional yang menandatangani Piagam Jakarta, sebuah
piagam yang melahirkan proklamasi dan konstitusi negara. Dia berhasil
menjembatani perdebatan sengit antara kubu nasionalis yang menginginkan
bentuk Negara Kesatuan, dan kubu Islam yang menginginkan bentuk negara
berdasarkan syariat Islam. Saat itu ia juga menjadi penasihat Panglima
Besar Jenderal Soedirman.<br /><br />Di dalam kabinet pertama yang dibentuk
Presiden Sukarno (September 1945), Kiai Wahid ditunjuk menjadi Menteri
Negara. Demikian juga dalam Kabinet Sjahrir tahun 1946. Ketika KNIP
dibentuk, Wahid Hasyim menjadi salah seorang anggotanya mewakili Masyumi
dan meningkat menjadi anggota BPKNIP tahun 1946.<br /><br />Setelah terjadi
penyerahan kedaulatan RI dan berdirinya RIS, dalam Kabinet Hatta tahun
1950 dia diangkat menjadi Menteri Agama. Jabatan Menteri Agama terus
dipercayakan kepadanya selama tiga kali kabinet, yakni Kabinet Hatta,
Natsir, dan Kabinet Sukiman.<br />Selama menjabat sebagai Menteri Agama
RI, Kiai Wahid mengeluarkan tiga keputusan yang sangat mepengaruhi
sistem pendidikan Indonesia di masa kini, yaitu :<br /><br />1. Mengeluarkan
Peraturan Pemerintah tertanggal 20 Januari 1950, yang mewajibkan
pendidikan dan pengajaran agama di lingkungan sekolah umum, baik negeri
maupun swasta.<br />2. Mendirikan Sekolah Guru dan Hakim Agama di Malang, Banda-Aceh, Bandung, Bukittinggi, dan Yogyakarta.<br />3.
Mendirikan Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) di Tanjungpinang,
Banda-Aceh, Padang, Jakarta, Banjarmasin, Tanjungkarang, Bandung,
Pamekasan, dan Salatiga.<br /><br />Jasa lainnya ialah pendirian Sekolah
Tinggi Islam di Jakarta (tahun 1944), yang pengasuhannya ditangani oleh
KH. Kahar Muzakkir. Lalu pada tahun 1950 memutuskan pendirian Perguruan
Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) yang kini menjadi IAIN/UIN/STAIN,
serta mendirikan wadah Panitia Haji Indonesia (PHI). Kiai Wahid juga
memberikan ide kepada Presiden Soekarno untuk mendirikan masjid Istiqlal
sebagai masjid negara.<br /><br /><span style="color: #ff9900; font-weight: bold;">Musibah di Cimindi</span><br /><br />Hari
itu, Sabtu 18 April 1953, Kiai Wahid bermaksud pergi ke Sumedang untuk
menghadiri rapat NU. Kiai Wahid ditemani tiga orang, yakni sopirnya dari
harian Pemandangan, rekannya Argo Sutjipto, dan putera sulungnya
Abdurrahman Ad-Dakhil (Gus Dur). Kiai Wahid duduk di jok belakang
bersama Argo Sutjipto. Daerah di sekitar Cimahi waktu itu diguyur hujan
lebat sehingga jalan menjadi licin. Lalu lintas cukup ramai.<br /><br />Sekitar
pukul 13.00, ketika memasuki Cimindi, sebuah daerah antara
Cimahi-Bandung, mobil yang ditumpangi Kiai Wahid selip dan sopirnya
tidak bisa menguasai kendaraan. Di belakangnya banyak iringan-iringan
mobil. Sedangkan dari arah depan, sebuah truk yang melaju kencang
terpaksa berhenti begitu melihat ada mobil zig-zag. Karena mobil
Chevrolet itu melaju cukup kencang, bagian belakangnya membentur badan
truk dengan kerasnya. Ketika terjadi benturan, Kiai Wahid dan Argo
Sutjipto terlempar ke bawah truk yang sudah berhenti itu. Keduanya luka
parah. Kiai Wahid terluka bagian kening, mata, pipi, dan bagian
lehernya. Sedangkan sang sopir dan Gus Dur tidak cedera sedikit pun.
Mobilnya hanya rusak bagian belakang dan masih bisa berjalan seperti
semula.<br /><br />Kiai Hasyim dan Argo Sutjipto kemudian dibawa ke Rumah
Sakit Boromeus Bandung. Sejak mengalami kecelakaan, keduanya tidak
sadarkan diri. Keesokan harinya, Ahad, 19 April 1953 pukul 10.30, KH.
Abdul Wahid Hasyim dipanggil ke hadirat Allah Swt. dalam usia 39 tahun.
Beberapa jam kemudian, tepatnya pukul 18.00 Argo Sutjipto menyusul
menghadap Sang Khalik. Inna liLlahi wa Inna ilayhi Raji’un.<br /><br />Jenazah
Kiai Wahid kemudian dibawa ke Jakarta, lalu diterbangkan ke Surabaya,
dan selanjutnya dibawa ke Jombang untuk disemayamkan di pemakaman
keluarga Pesantren Tebuireng. Atas jasa-jasanya beliau juga dianugerahi
gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah.</span> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : http://madrowi.wordpress.com</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span class="”fullpost”">
</span>fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3084079011914242869.post-32916486740685780692013-01-20T21:42:00.004-08:002013-01-20T21:42:56.990-08:00Budidaya Selada<a href="http://idcapricornus.files.wordpress.com/2011/07/3.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="130" id="il_fi" src="http://idcapricornus.files.wordpress.com/2011/07/3.jpg" style="padding-bottom: 8px; padding-right: 8px; padding-top: 8px;" width="200" /></a>Deskripsi
<div style="text-align: justify;">
Jenis yang banyak diusahakan di dataran rendah ialah selada daun.
Jenis ini begitu toleran terhadap dataran rendah sampai di daerah yang
sepanas dan serendah Jakarta pun masih subur dan bagus pertumbuhannya.
Selada daun memiliki daun yang berwama hijau segar, tepinya bergerigi
atau berombak, dan lebih enak dimakan mentah. Varietas selada daun yang
baik antara lain new york, imperial, great lakes, dan pennlake.</div>
<div style="text-align: justify;">
Manfaat</div>
<div style="text-align: justify;">
Selada (Lactuca sativa) memiliki penampilan yang menarik. Ada yang
berwama hijau segar dan ada juga yang berwama merah. Selain sebagai
sayuran, daun selada yang agak keriting ini sering dijadikan penghias
hidangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Syarat Tumbuh</div>
<div style="text-align: justify;">
Selada yang ditanam di dataran rendah cenderung lebih cepat berbunga
dan berbiji. Suhu optimal bagi pertumbuhan selada ialah antara 15-25°C.
Jenis tanah yang disukai selada ialah lempung berdebu, lempung berpasir,
dan tanah yang masih mengandung humus. Meskipun demikian, selada masih
toleran terhadap tanah-tanah yang miskin hara asalkan diberi pengairan
dan pupuk organik yang memadai. Sebaiknya tanah tersebut bereaksi
netral. Jika tanah asam, daun selada menjadi kuning. Oleh karena itu,
untuk tanah yang asam sebaiknya dilakukan pengapuran terlebih dahulu
sebelum penanaman.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pedoman Budidaya</div>
<div style="text-align: justify;">
Benih Selada diperbanyak dengan biji. Bijinya, yang’ kecil diperoleh
dari tanaman yang dibiarkan berbunga dan bertiuah. Setelah tua tanaman
dipetik dan diambil bijinya. Namun, sekarang benih selada banyak dijual
di toko pertanian. Khusus untuk benih selada hibrida lebih baik dibeli
di toko. Hal ini bertujuan agar produksi dan mutu produksinya tetap
prima. Untuk satu hektar lahan dibutuhkan sekitar 250 g benih. Umumnya
benih selada disemai terlebih dahulu: Penanaman langsung dapat saja
dilakukan, namun lebih baik kalau disemaikan lebih dahulu. Penyemaian
dapat dilakukan di dalam kotak ataupun di lahan. Bila di lahan lakukan
pengolahan tanah hingga gembur. Tambahkan pasir dan pupuk kandang.
Taburkan bibit secara merata. Lalu tutupi dengan lapisan tanah
tipis-tipis. Setelah berumur sekitar 3 minggu bibit siap dipindahkan ke
lahan. Penanaman Tanah yang hendak ditanami diolah dahulu. Tanah
dicangkul sedalam 20 cm. Balu-batu kecil maupun besar dikeluarkan dari
lahan. tanah yang mengeras atau berbungkah dihaluskan. Ini penting
karena perakaran tanaman selada yang kecil dan dangkal sulit menembus
lapisan tanah yang keras. Selada ditanam dalam bedengan-bedengan. Lebar
bedengan 1-1,2 m dengan tinggi permukaan tanah sekitar 20 cm. Panjang
bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan. Antarbedengan dibuat parit
kecil tempat mengatur kelebihan atau kekurangan air. Sedang jarak tanam
yang digunakan adalah 20 x 25 cm.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pemeliharaan</div>
<div style="text-align: justify;">
Pemeliharaan Ketika tanaman berumur 2 minggu sudah harus dilakukan
penyiangan. Hal ini karena perakaran selada dangkal sehingga kurang
mampu bersaing dengan tanaman lain dalam menyerap hara. Penyiangan juga
berfungsi untuk menekan serangan hama-penyakit. Interval pengerjaannya
adalah seminggu sekali. Pengairan pada tanaman selada patut mendapat
perhatian. Apalagi di dataran rendah di mana udara lebih panas dan
sering kekurangan air. Kebutuhan air mutlak dipenuhi pada awal
pcnanaman, saat penyiangan pertama (umur 2 minggu), dan ketika tanaman
berumur sebulan. Bila hujan tidak turun, lakukan penyiraman dengan
gcmbor atau melewatkan air melalui parit pengairan. Jaga pula agar parit
pengairan mampu melewatkan kelebihan air di saat turun hujan lebat.
Pemupukan Kebutuhan pupuk kandang untuk tanaman selada adalah 10 ton/ha.
Pupuk ini dicampurkan di permukaan areal tanam. Selain pvpuk kandang,
tambahkan juga pupuk kimia terutama Urea. Dosis yang dibcrikan ialah
Urea 200 kg, TSP 100 kg, dan KCI 100 kg ger hektar. Pupuk diberikan
dalam aluran di kiri-kanan tanaman. Pemberiannya dilakukan saat
penanaman.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hama dan Penyakit</div>
<div style="text-align: justify;">
Tanaman selada sering menjadi sasaran kutu daun. Akibat serangan hama
ini daun mengerut dan mengering karena kurang cairan. Jika tanaman muda
yang diserang maka pertumbuhan tanaman tidak sempurna atau kerdil.
Insektisida yang biasa digunakan untuk mengendalikan kutu- ini antara
lain Diazinon; Bayrusil, atau Orthene 75 SP. Semprotkan dengan dosis 2
cc/l air. Hama thrips cukup merisaukan petani selada. Ciri serangan
thrips ialah daun menguning, mengering, dan tcrakhir tanaman mati. Hama
ini dapat dikendalikan dengan Tamarot 200 EC, Bayrusil 250 EC, atau
Tokuthion 500 EC dengan dosis 2 ml/l air. Penyakit yang sering ditemui
di lahan selada ialah busuk batang. Gejalanya ditandai oleh batang yang
melunak dan berlendir. Penyebabnya ialah cendawan Rhizoctonia solani.
Bila menyerang tanaman di persemaian, sering mengakibatkan busuk akar.
Saat kondisi lahan lembap serangan penyakit bisa menghebat, Untuk
pencegahannya, kebersihan lahan harus dijaga dan kelembapan lahan
dikurangi. Dapat pula dilakukan penyemprotan fungisida Maneb atau
Dithane M 45 dengan dosiss 2 g/l.</div>
<div style="text-align: justify;">
Panen dan Pasca Panen</div>
<div style="text-align: justify;">
Selada dapat dipanen ketika berumur 2-3 bulan setelah tanam. Namun,
bisa saja kurang dari umur tersebut tanaman sudah layak konsumsi, jadi
bisa dipanen lebih cepat. Cara panen selada dengan memotong bagian
tanaman di atas permukaan tanah. Bisa juga dengan mencabut semua bagian
termasuk akar. Setelah akar dicuci, daun-daun yang rusak dibuang.
Kelompokkan selada berdasar ukuran. Yang besar dengan yang besar dan
yang kecil dengan yarrg kecil. Selada ini harus segera dipasarkan karena
tak tahan panas dan penguapan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : <a href="http://www.iptek.net.id/">http://www.iptek.net.id</a></div>
<span class="”fullpost”">
</span>fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3084079011914242869.post-14566539316249452822013-01-20T20:01:00.000-08:002013-01-20T20:01:29.897-08:00Teknik Budidaya Sayuran Secara Hidroponik<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://idcapricornus.files.wordpress.com/2011/07/3.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="208" id="il_fi" src="http://idcapricornus.files.wordpress.com/2011/07/3.jpg" style="padding-bottom: 8px; padding-right: 8px; padding-top: 8px;" width="320" /></a>Istilah hidroponik berasal dari istilah Yunani yaitu hidro yang berarti
air dan ponos berarti kerja. Hidroponik adalah istilah yang digunakan
untuk menjelaskan cara bercocok tanam tanpa tanah tetapi menggunakan air
atau bahan porous lainnya dengan pemberian unsur hara terkendali yang
berisi unsur-unsur esensial yang dibutuhkan tanaman. Dilontarkan pertama
kali oleh W.A. Setchell dari University of California, sehubungan
dengan keberhasilan W.F. Gericke dari university yang sama, dalam
pengembangan teknik bercocok tanam dengan air sebagai medium tanam.
</div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan media tumbuh yang digunakan, hidroponik dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
1 <strong>Kultur Air</strong>. Teknik ini telah lama dikenal,
yaitu sejak pertengahan abad ke-15 oleh bangsa Aztec. Dalam metode ini
tanaman ditumbuhkan pada media tertentu yang di bagian dasar terdapat
larutan yang mengandung hara makro dan mikro, sehingga ujung akar
tanaman akan menyentuh larutan yang mengandung nutrisi tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
2 <strong>Kultur Agregat</strong>. Media tanam berupa kerikil,
pasir, arang sekam padi (kuntan), dan lain-lain yang harus disterilkan
terlebih dahulu sebelum digunakan. Pemberian hara dengan cara mengairi
media tanam atau dengan cara menyiapkan larutan hara dalam tangki atau
drum, lalu dialirkan ke tanaman melalui selang plastik.</div>
<div style="text-align: justify;">
3 <strong>Nutrient Film Technique</strong>. Pada cara ini
tanaman dipelihara dalam selokan panjang yang sempit, terbuat dari
lempengan logam tipis tahan karat. Di dalam saluran tersebut dialiri air
yang mengandung larutan hara. Maka di sekitar akar akan terbentuk film
(lapisan tipis) sebagai makanan tanaman tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
Faktor-faktor Penting dalam Budidaya Hidroponik:</div>
<div style="text-align: justify;">
1. <strong></strong><strong><span style="text-decoration: underline;">Unsur Hara</span></strong>.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pemberian larutan hara yang teratur sangatlah penting pada
hidroponik, karena media hanya berfungsi sebagai penopang tanaman dan
sarana meneruskan larutan atau air yang berlebihan.Hara tersedia bagi
tanaman pada pH 5.5 – 7.5 tetapi yang terbaik adalah 6.5, karena pada
kondisi ini unsur hara dalam keadaan tersedia bagi tanaman. Unsur hara
makro dibutuhkan dalam jumlah besar dan konsentrasinya dalam larutan
relatif tinggi. Termasuk unsur hara makro adalah N, P, K, Ca, Mg, dan S.
Unsur hara mikro hanya diperlukan dalam konsentrasi yang rendah, yang
meliputi unsur Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, dan Cl.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kebutuhan tanaman akan unsur hara berbeda-beda menurut tingkat
pertumbuhannya dan jenis tanaman (Jones, 1991).Larutan hara dibuat
dengan cara melarutkan garam-garam pupuk dalam air. Berbagai garam jenis
pupuk dapat digunakan untuk larutan hara, pemilihannya biasanya atas
harga dan kelarutan garam pupuk tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. <strong></strong><strong><span style="text-decoration: underline;">Media Tanam Hidroponik</span></strong>.</div>
<div style="text-align: justify;">
Jenis media tanam yang digunakan sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Media yang baik membuat unsur hara
tetap tersedia, kelembaban terjamin dan drainase baik. Media yang
digunakan harus dapat menyediakan air, zat hara dan oksigen serta tidak
mengandung zat yang beracun bagi tanaman. Bahan-bahan yang biasa
digunakan sebagai media tanam dalam hidroponik antara lain pasir,
kerikil, pecahan batu bata, arang sekam, spons, dan sebagainya. Bahan
yang digunakan sebagai media tumbuh akan mempengaruhi sifat lingkungan
media.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tingkat suhu, aerasi dan kelembaban media akan berlainan antara media
yang satu dengan media yang lain, sesuai dengan bahan yang digunakan
sebagai media. Arang sekam (kuntan) adalah sekam bakar yang berwarna
hitam yang dihasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna, dan telah
banyak digunakan sabagai media tanam secara komersial pada sistem
hidroponik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Komposisi arang sekam paling banyak ditempati oleh SiO2 yaitu 52% dan
C sebanyak 31%. Komponen lainnya adalah Fe2O3, K2O, MgO, CaO, MnO, dan
Cu dalam jumlah relatif kecil serta bahan organik. Karakteristik lain
adalah sangat ringan, kasar sehingga sirkulasi udara tinggi karena
banyak pori, kapasitas menahan air yang tinggi, warnanya yang hitam
dapat mengabsorbsi sinar matahari secara efektif, pH tinggi (8.5 – 9.0),
serta dapat menghilangkan pengaruh penyakit khususnya bakteri dan
gulma.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. <strong></strong><strong><span style="text-decoration: underline;">Oksigen</span></strong>.</div>
<div style="text-align: justify;">
Keberadaan Oksigen dalam sistem hidroponik sangat penting. Rendahnya
oksigen menyebabkan permeabilitas membran sel menurun, sehingga dinding
sel makin sukar untuk ditembus, Akibatnya tanaman akan kekurangan air.
Hal ini dapat menjelaskan mengapa tanaman akan layu pada kondisi tanah
yang tergenang. Tingkat oksigen di dalam pori-pori media mempengaruhi
perkembangan rambut akar.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pemberian oksigen ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti:
memberikan gelembung-gelembung udara pada larutan (kultur air),
penggantian larutan hara yang berulang-ulang, mencuci atau mengabuti
akar yang terekspose dalam larutan hara dan memberikan lubang ventilasi
pada tempat penanaman untuk kultur agregat.</div>
<div style="text-align: justify;">
4. <strong></strong><strong><span style="text-decoration: underline;">Air</span></strong>.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kualitas air yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman secara hidroponik
mempunyai tingkat salinitas yang tidak melebihi 2500 ppm, atau
mempunyai nilai EC tidak lebih dari 6,0 mmhos/cm serta tidak mengandung
logam-logam berat dalam jumlah besar karena dapat meracuni tanaman.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Keuntungan dan Kendala Hidroponik</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa kelebihan bertanam secara hidroponik adalah produksi tanaman
persatuan luas lebih banyak, tanaman tumbuh lebih cepat, pemakaian
pupuk lebih hemat, pemakaian air lebih efisien, tenaga kerja yng
diperlukan lebih sedikit, lingkungan kerja lebih bersih, kontrol air,
hara dan pH lebih teliti, masalah hama dan penyakit tanaman dapat
dikurangi serta dapat menanam tanaman di lokasi yang tidak mungkin/sulit
ditanami seperti di lingkungan tanah yang miskin hara dan berbatu atau
di garasi (dalam ruangan lain) dengan tambahan lampu. Sedangkan
kelemahannya adalah ketersediaan dan pemeliharaan perangkat hidroponik
agak sulit, memerlukan keterampilan khusus untuk menimbang dan meramu
bahan kimia serta investasi awal yang mahal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Teknik Budidaya</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
A. <strong>Media</strong>.</div>
<div style="text-align: justify;">
Media hidroponik yang baik memiliki pH yang netral atau antara 5.5
-6.5. Selain itu media harus porous dan dapat mempertahankan kelembaban.
Media yang digunakan dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan tahap
pertumbuhan tanaman :</div>
<div style="text-align: justify;">
1. <strong></strong><strong>Media untuk persemaian atau pembibitan</strong>.
Untuk persemaian dapat digunkan media berupa pasir halus, arang sekam
atau rockwool. Pasir halus sering digunakan karena mudah diperoleh dan
harganya murah, namun kurang dapat menahan air dan tidak terdapat
nutrisi di dalamnya. Media yang biasa digunakan adalah campuran arang
sekam dan serbuk gergaji atau serbuk sabut kelapa.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. <strong></strong><strong>Media untuk tanaman dewasa</strong>.
Media untuk tanaman dewasa hampir sama dengan media semai, yaitu pasir
agak kasar, arang sekam, rockwool dan lain-lain. Media yang ideal adalah
arang sekam. Keuntungannya adalah kebersihan dan sterilitas media lebih
terjamin bebas dari kotoran maupun organisme yang dapat mengganggu
seperti cacing, kutu dan sebagainya yang dapt hidup dalam pasir. Media
arang sekam bersifat lebih ringan namun lebih mudah hancur,
penggunaannya hanya dapat untuk dua kali pemakaian. Arang sekam dapat
dibeli di toko-toko pertanian atau membuat sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
B. <strong>Benih</strong>.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pemilihan benih sangat penting karena produktivitas tanaman
teranganutng dari keunggulan benih yang dipilih. Periksa label kemasan
benih, yaitu tanggal kadaluarsa, persentase tumbuh dan kemurnian benih.
Pemilihan komoditas yang akan ditanam diperhitungkan masak-masak
mengenai harga dan pemasarannya. Contoh sayuran eksklusif yang mempunyai
nilai jual di atas rat-rata adalah tomat Recento, ketimun Jepang,
Melon, parika, selada, kailan, melon dan lain-lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
C. <strong>Peralatan Budidaya Hidroponi</strong><strong>k</strong>.</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li> Wadah semai, bisa menggunakan pot plastik, polybag kecil, bak
plastik, nampan semai, atau kotak kayu (Wadah tanaman dewasa, umumnya
digunakan polybag berukuran 30-40 cm dengan lobang secukupnya untuk
mengalirkan kelebihan air saat penyiraman).</li>
<li>Kertas tissu/koran basah untuk menjaga kelembaban.</li>
<li>Ayakan pasir untuk mengayak media semai.</li>
<li>Handsprayer untuk penyiraman.</li>
<li>Centong pengaduk media, pinset untuk mengambil bibit dari wadah semai.</li>
<li>Polybag ukuran 5 kg untuk penanaman transplant, benang rami (seperti
yang sering digunakan tukang bangunan) untuk mengikat tanaman, dan
ember penyiram.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
D. <strong>Pelaksanaan</strong>.</div>
<div style="text-align: justify;">
1. <strong></strong><strong>Persiapan media semai</strong>. Sebelum melakukan persemaian, sempuran media semai diaduk dahulu secara merata.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. <strong></strong><strong>Persemaian tanaman</strong>.</div>
<div style="text-align: justify;">
a. <strong></strong><strong>Persemaian benih besar</strong>. Untuk
benih yang berukuran besar seperti benih melon dan ketimun, sebaiknya
dilakukan perendaman di dala air hangat kuku selama 2-3 jam dan langsung
ditanamkan dalam wadah semai yang berisi media dan telah disiram dengan
air. Benih diletakkan dengan pinset secara horisontal 4-5 mm dibawah
permukaan media. Transplanting bibit dari wadah semai ke wadah yang
lebih besar dapat dilakukan ketika tinggi bibit sekitar 12-15 cm (28-30
hari setelah semai).</div>
<div style="text-align: justify;">
b. <strong></strong><strong>Persemaian benih kecil</strong>. Untuk
benih berukuran kecil seperti tomat, cabai, terong dan sebagainya cara
persemaiannya berbeda dengan benih besar. Pertama siapkan wadah semai
dengan media setebal 5-7 cm. Di tempat terpisah tuangkan benih yang
dicampurkan dengan pasir kering steril secukupnya dan diaduk merata.
Benih yang telah tercampur dengan pasir ditebarkan di atas permukaan
media semai secara merata, kemudian ditutup dengan media semai
tipis-tipis (3-5 mm). Setelah itu permukaan wadah semai ditutup dengan
kertas tisu yang telah dibasahi dengan handsprayer kemudian simpan di
tempat gelap dan aman.Wadah semai sebaiknya dikenakan sinar matahari tip
pagi selama 1-2 jam agar perkecambahan tumbuh dengan baik dan sehat.
Setelah benih mulai berkecambah, kertas tisu dibuang. Setelah bibit
mencapai tinggi 2-3 cm dipindahkan ke dalam pot/polybag pembibitan.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. <strong></strong><strong>Perlakuan semai</strong>. Bibit kecil
yang telah berkecambah di dalam wadah semai perlu disirami dengan air
biasa. Penyiraman jangan berlebih, karena dapat menyebabkan serangan
penyakit busuk.</div>
<div style="text-align: justify;">
4. <strong></strong><strong>Pembibitan</strong>. Setalah bibit
berumur 15-17 hari (bibit yang berasal dari benih kecil) perlu
dipindahkan dari wadah semai ke pot/polybag pembibitan agar dapat tumbuh
dengan baik. Caranya adalah dengan mencabut kecambah di wadah semai
(umur 3-4 minggu setelah semai) secara hati-hati dengan tangan agar akar
tidak rusak kemudian tanam pada lubang tanam yang telah dibuat pada
pot/polybag pembibitan.</div>
<div style="text-align: justify;">
5. <strong></strong><strong>Transplanting/pindah tanam</strong>.
Sebelum dilakukan pindah tanam, perlu dilakukan persiapan media tanam,
yaitu dengan mengisikan media tanam ke polybag. Sebaiknya pengisian
dilakukan di dekat lokasi penanaman di dalam green house agar sterilitas
media tetap terjaga. Setelah wadah tanam siap dan dibuatkan lubang
tanam, maka transplanting siap dilakukan. Transplanting dilakukan dengan
membalikkan pot pembibitan secara perlahan-lahan dan menahan
permukaannya dengan jemari tangan (bibit dijepit diantara jari telunjuk
dan jari tengah). Jika pada pembibitan digunakan polybag, maka cara
transplanting bisa dilakukan dengan memotong/menggunting dasar polybag
secara horisontal.</div>
<div style="text-align: justify;">
6. <strong></strong><strong>Penyiraman</strong>. Penyiraman dilakukan
secara kontinu, dengan indikator apabila media tumbuh dipegang dengan
tangan terasa kering. Meida tanam hidroponik bersifat kering sehingga
penyiraman tanaman jangan sampai terlambat. Jenis dan cara penyiraman
adalah sebagai berikut:</div>
<div style="text-align: justify;">
a. <strong></strong><strong>Penyiraman manual</strong>. Penyiraman dilakukan dengan handsprayer, gembor/emprat atau gayung. Cara penyiramannya adalah sebagai berikut :</div>
<div style="text-align: justify;">
1) <strong></strong><strong>Pada masa persemaian</strong>. Cara
penyiraman untuk benih berukuran kecil cukup dengan handsprayer 4-5 kali
sehari untuk menjaga kelembaban media. Untuk benih berukuran besar
digunakan gembor/emprat berlubang halus atau tree sprayer.</div>
<div style="text-align: justify;">
2) <strong></strong><strong>Pada masa pembibitan</strong>. Penyiraman dilakukan dengan gembor dilakukan sebanyak 5-6 kali sehari dan ditambahkan larutan encer hara.</div>
<div style="text-align: justify;">
3) <strong></strong><strong>Pada masa pertumbuhan dan produksi</strong>. Penyiraman dilakukan dengan memeberikan 1.5-2.5 l larutan encer hara setiap harinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
b. <strong></strong><strong>Penyiraman otomatis</strong>. Penyiraman
dapat dilakukan dengan Sprinkle Irrigation System dan Drip Irrigation
System, yaitu sistem penyiraman semprot dan tetes . Sumber tenaga
berasal dari pompa.</div>
<div style="text-align: justify;">
7. <strong></strong><strong>Perawatan Tanaman</strong>. Perawatan tanaman yang perlu dilakukan antara lain adalah :</div>
<div style="text-align: justify;">
a. <strong></strong><strong>Pemangkasan</strong>. Pemangkasan
dilakukan untuk membuang cabang yang tidak dikehendaki, tunas air, atau
cabang yang terkena serangan penyakit. Pemangkasan dilakukan untuk
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Misal pada tomat recento
hanya dipelihara satu batang utama untuk produksi.</div>
<div style="text-align: justify;">
b. <strong></strong><strong>Pengikatan</strong>. Tanaman yang telah
berada di wadah tanam selama 7 hari memerlukan penopang agar dapat
berdiri tegak sehingga tanaman dapat tumbuh rapi dan teratur. Penopang
tersebut diberikan dengan cara mengikat tanaman dengan tali (benang
rami).</div>
<div style="text-align: justify;">
c. <strong></strong><strong>Penjarangan bunga (pada sayuran buah)</strong>.
Penjarangan bunga perlu dilakukan agar pertumbuhan buah sama besar.
Namun hasil penelitian penjarangan bunga pada ketimun Gherkin tidak
menunjukkan hasil yang berbeda dengan perlakuan tanpa penjarangan bunga.</div>
<div style="text-align: justify;">
d. <strong></strong><strong>Pengendalian hama dan penyakit. </strong>Pengendalian dapat dilakukan baik secara manual maupun dengan pestisida.</div>
<div style="text-align: justify;">
8. <strong></strong><strong>Panen dan Pasca panen</strong>.</div>
<div style="text-align: justify;">
a. <strong></strong><strong>Pemanenan</strong>. Dalam pemanenan perlu
diperhatikan cara pengambilan buah/ hasil panen agar diperoleh mutu
yang baik, misalnya dengan menggunakan alat bantu pisau atau gunting
panen. Cara panen yang benar dan hati-hati akan mencegah kerusakan
tanaman yang dapat mengganggu produksi berikutnya. Kriteria panen
masing-masing jenis sayuran berlainan satu sama lainnya dan tergantung
dari pasar. Makin besar buah belum tentu makin mahal/laku, malah
termasuk kriteria buah afkir sehingga waktu panen yang tepat dan
pengawasan pada proses produksi perlu diperhatikan.</div>
<div style="text-align: justify;">
b. <strong></strong><strong>Penanganan pasca panen</strong>.
Pemasaran produk hasil budidaya hidroponik sangat dipengaruhi oleh
perlakuan pasca panen. Standar harga penjualan produksi tergantung dari
menarik atau tidaknya produk yang dihasilkan, terutama dilihat dari
penampilan produk (bentuk, warna, dan ukuran). Perlakuan pasca panen
sangat penting karena kualitas produk tidak semata-mata dari hasil
produksi saja, melainkan sangat tegantung dan ditentukan oleh penanganan
pasca panen, kemasan, sistem penyusunan, metode pengangkutam maupun
selektivitas produk. Kerusakan produk dapat dikurangai dengan penanganan
pasca panen yang tepat sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai
tambah pada produk yang dijual.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : </div>
fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3084079011914242869.post-76564776908662821762013-01-17T19:58:00.001-08:002013-01-17T19:58:19.076-08:00Bekal Abadi menuju Kampung Akherat<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: right;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-fsvzroAtHBc/Tym_Ahmw6WI/AAAAAAAAApA/RqubfMy3T2E/s1600/khutbah-jumat.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="http://1.bp.blogspot.com/-fsvzroAtHBc/Tym_Ahmw6WI/AAAAAAAAApA/RqubfMy3T2E/s200/khutbah-jumat.jpg" width="200" /></a>إنَّ الحَمْدَ لله، نَحْمَدُه، ونستعينُه، ونستغفرُهُ، ونعوذُ به مِن
شُرُورِ أنفُسِنَا، وَمِنْ سيئاتِ <span style="font-size: small;">أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِه الله فَلا
مُضِلَّ لَهُ، ومن يُضْلِلْ، فَلا هَادِي لَهُأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.<br />اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدًى
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ<br />يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا
وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ
إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا
* يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ
يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا</span></div>
<span style="font-size: small;"> <br /><a href="http://www.danilsetiawan.com/">Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,</a><br />
Waktu mengalir begitu cepat. Menit demi menit yang tak terasa, jam demi
jam yang seperti berkejaran, lalu bergantilah hari demi hari, hingga
kini kita berada di hari Jum'at. Maka patutlah kita bersyukur kepada
Allah SWT, Rabb yang telah menganugerahkan semua nikmat. Nikmat Iman,
Islam, dan juga fisik yang sehat yang dengannya kita mampu menghadiri
shalat Jum'at.<br /><br />
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,<br />
Jum'at adalah hari yang agung. Dalam terminologi hadits, Jum'at disebut
sebagai Sayyidul Ayyam: rajanya hari. Hari Jum'at adalah hari terbaik,
di mana pada hari itu Adam diciptakan, dimasukkan surga serta
dikeluarkan darinya. Dan kiamat tidak akan terjadi kecuali pada hari
Jum'at. Dalam riwayat yang lain kita mengetahui bahwa keistimewaan hari
Jum'at adalah karena banyaknya keutamaan pada hari itu. Diantaranya
adalah waktu yang mustajabah, diantaranya ketika khatib duduk diantara
dua khutbah, diampuninya dosa dengan shalat Jum'at, dan juga keutamaan
membaca surat Al-Kahfi pada hari ini.<br /><br />
من قرأ سورة الكهف في يوم الجمعة أضاء له النور ما بين الجمعتين<br /><br />
Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum'at, memancarlah cahaya
baginya antara dua Jum'at (HR. Baihaqi, dihasankan Al-Albani)<br /><br />
Ketika Al-Qur'an atau hadits menyebutkan hari, maka yang dimaksudkan
adalah hari menurut perhitungan qamariyah atau kalender hijriyah. Yaitu
dimulai matahari terbenam, hingga matahari terbenam esok harinya. Atau
dari Maghrib ke Maghrib. Bukan dari tengah malam seperti dalam kalender
masehi.<br /><br />
Maka membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum'at berarti waktunya terbentang
antara Maghrib pada Kamis malam Jum'at hingga Jum'at sore sesaat
sebelum Maghrib. Artinya, bagi kita yang belum sempat membacanya, masih
ada kesempatan untuk hari ini hingga sore nanti.<br /><br /><a href="http://www.danilsetiawan.com/"><i>Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,</i></a><br />
Dalam surat Al-Kahfi tersebut, ada sebuah ayat yang menunjukkan
perbekalan abadi menuju akhirat, sekaligus mengingatkan kita dari
ketertipuan dunia. Dalam kesempatan yang mulia ini, marilah kita
mentadabburinya bersama, dalam rangka meningkatkan ketaqwaan kita kepada
Allah SWT.<br /><br />
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ
الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا<br /><br />
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi
amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi
Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. (QS. Al-Kahfi : 46)<br /><br />
Ayat 46 dari surat Al-Kahfi ini menunjukkan kepada kita, mengingatkan
bahwa sesungguhnya harta dan anak adalah perhiasan dunia. Keduanya bukan
segala-galanya. Namun betapa banyak orang yang tertipu oleh harta.
Merasa bahwa harta adalah hal yang paling berharga, yang mampu menjamin
masa depan dan kemuliaan. Hingga banyak orang yang terjerumus dalam dosa
karena memburu harta dengan cara yang haram. Atau tertipu dengan harta
yang telah diperolehnya hingga ia tak lagi mempedulikan Allah yang Maha
Pemberi rezeki. Syukur tidak ada, justru kufur yang dipelihara. Maka
Al-Qur'an pun menunjukkan kesudahan orang-orang seperti Qarun, yang
takabur dengan hartanya. Kekayaannya yang sangat besar, hingga kunci
istananya tak mampu dipikul unta justru membuat ia celaka. Qarun beserta
hartanya akhirnya ditelan bumi. Barangkali dari sinilah, orang-orang
ketika menemukan harta dari dalam tanah menyebutnya sebagai harta karun.<br /><br />
Demikian pula dengan anak. Mereka adalah perhiasan dunia. Seperti harta,
di satu sisi ia bisa berbuah surga jika dicari dengan cara halal,
disyukuri, ditunaikan kewajiban zakat dan dipakai memperjuangkan agama
Allah. Anak merupakan potensi besar bagi manusia untuk mendapatkan
pahala. Mulai dari pahala mendidik, memberi nafkah, hingga potensi amal
jariyah yang pahalanya takkan terputus kematian kita ketika ia menjadi
anak shalih dan mendoakan kita sebagai buah pendidikan islami yang
dterimanya.<br /><br />
Namun di sisi lain, sebagai "ziinah" (perhiasan), anak juga bisa
mencelakakan. Itulah saat di mana anak hanya dibangga-banggakan sebagai
penerus keturunan, tanpa disertai pendidikan Islam hingga kemudian ia
menjadi anak durhaka atau malah orangtua yang terseret ke dalam
kecelakaan karena anaknya. Misalnya jika demi anak kemudian orangtua
menempuh jalan haram dalam memenuhi keinginannya. Atau membanggakan anak
laki-laki hingga seakan-akan menjadi harapan tertinggi dalam kehidupan.<br /><br />
Pada periode Makkiyah ada seorang bernama 'Uqbah bin Abi Mu'aith yang
memusuhi Rasulullah. Ia menyebut Rasulullah sebagai "abtar" (orang yang
terputus) karena semua anak laki-laki Rasulullah wafat di saat kecil.
Namun ternyata, sampai hari ini nama Muhammad terus dikumandangkan tanpa
putus meskipun semua putra beliau wafat di waktu kecil. Justru Uqbah
lah yang menjadi "abtar" (terputus), baik dari rahmat maupun dari
kenangan sejarah.<br /><br />
Dalam ayat yang lain disebutkan bahwa anak takkan bermanfaat kecuali bagi orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.<br /><br />
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ * إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ<br /><br />
(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali
orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, (QS.
Asy-Syu'ara : 88-89)<br /><br />
Maka harta dan anak, pada awalnya ia adalah netral. Bisa menjadi sarana
ke surga, namun juga bisa menyeret ke neraka ketika kita tidak pandai
mengelolanya.<br /><br />
Jama'ah Jum'at yang dirahmati Allah,<br />
Penggalan kedua ayat 46 dari surat Al-Kahfi itulah yang sangat menarik.
Bahwa jauh di atas perhatian kita kepada perhiasan dunia berupa harta
dan anak-anak, menyibukkan diri dengannya, atau khawatir terhadap
keturunan kita, semestinya kita mengutamakan Al-Baqiyatus Shalihah.<br /><br />
وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا<br /><br />
tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya
di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. (QS. Al-Kahfi :
46)<br /><br />
Apa itu Al-Baqiyatus Shalihah? Secara bahasa artinya adaah amal-amal
yang kekal lagi baik, mengekalkan pelakunya berada dalam surga. Amal apa
yang dimaksud? Ustman bin Affan dan sahabat lainnya menjelaskan bahwa
yang dimaksud dengan Al-Baqiyatus Shalihah adalah lima kalimat dzikir:<br /><br />
سبحان الله والحمد لله، ولا إله إلا الله، والله أكبر, ولا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم<br /><br />
Maha suci Allah,<br />
Segala puji bagi Allah<br />
Tiada Ilah kecuali Allah<br />
Allah Maha Besar<br />
Tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah<br /><br />
Maka berzikir kepada Allah dengan memperbanyak membaca lima kalimat di
atas, merupakan amal yang akan mengekalkan pelakunya di dalam surga
hingga pantas menjadi harapan.<br /><br /><a href="http://www.danilsetiawan.com/"><u>Jama'ah Jum'at yang dirahmati Allah,</u></a><br />
Sa'id bin Jubair mengungkapkan penjelasan lain mengenai Al-Baqiyatus
Shalihah. Bahwa Al-Baqiyatus Shalihah itu tidak lain adalah shalat lima
waktu. Maka mereka yang menjaga dan mendirikan shalat lima waktu, dengan
berjamaah, niscaya menjadi amal yang akan mengekalkannya di dalam surga
yang abadi.<br /><br />
Ibnu Abbas juga menyampaikan bahwa Al-Baqiyatus Shalihah adalah ucapan
yang baik. Entah itu zikir maupun dakwa. Entah itu mengajak kepada yang
baik atau mencegah dari yang salah.<br /><br />
Sedangkan pendapat yang lebih umum yang kemudian dipilih Ibnu Jarir
adalah yang mengatakan bahwa Al-Baqiyatus Shalihah adalah amal shalih
secara umum. Ia meliputi ibadah mahdhah seperti shalat lima waktu, bisa
berbentuk amal lisan seperti zikir khususnya lima kalimat di atas, bisa
pula ucapan yang baik, dakwah dan segala amal yang bisa dikategorikan
ibadah; baik khas maupun ammah.<br /><br />
Maka hendaklah kita, seiring dengan nasehat khatib di setiap Jum'at
untuk meningkatkan taqwa, kita berupaya memperbanyak amal kesalihan,
meningkatkan keimanan, mempertebal keyakinan, menebar manfaat bagi
sesama, berinvestasi sebanyak-banyaknya Al-Baqiyatus Shalihah.<br /><br />
وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ<br /><br />
KHUTBAH KEDUA<br /><br />
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ
لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ<br />
أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.<br />
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ<br />
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا
* يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ
يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا<br /><br /><br />
اللَّهُمَّ صَلِّ وسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا
صَلَّيْتَ وسَلّمْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ،
وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِيْنَ، وَعَنْ سَائِرِ
الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنْ المُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ إِلَى
يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ.<br /><br />
اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ
تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِيْنَا
وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْمًا.<br />
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.<br /><br />
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَانًا
صَادِقًا ذَاكِرًا، وَقَلْبًا خَاشِعًا مُنِيْبًا، وَعَمَلاً صَالِحًا
زَاكِيًا، وَعِلْمًا نَافِعًا رَافِعًا، وَإِيْمَانًا رَاسِخًا ثَابِتًا،
وَيَقِيْنًا صَادِقًا خَالِصًا، وَرِزْقًا حَلاَلاًَ طَيِّبًا وَاسِعًا،
يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.<br />
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ
صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ
الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ.<br /><br />
اللَّهُمَّ رَبَّنَا احْفَظْ أَوْطَانَنَا وَأَعِزَّ سُلْطَانَنَا
وَأَيِّدْهُ بِالْحَقِّ وَأَيِّدْ بِهِ الْحَقَّ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ<br />
اللَّهُمَّ رَبَّنَا اسْقِنَا مِنْ فَيْضِكَ الْمِدْرَارِ، وَاجْعَلْنَا
مِنَ الذَّاكِرِيْنَ لَكَ في اللَيْلِ وَالنَّهَارِ، الْمُسْتَغْفِرِيْنَ
لَكَ بِالْعَشِيِّ وَالأَسْحَارِ<br />
اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا
مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوْعِنَا
وكُلِّ أَرزَاقِنَا يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.<br />
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.<br />
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ.<br />
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ.<br />
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ
قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ.<br /></span></div>
<span style="font-size: small;">
عِبَادَ اللهِ :إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ
وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ</span><span class="”fullpost”">
</span>fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3084079011914242869.post-34932944192208831942013-01-17T19:50:00.000-08:002013-01-17T19:50:49.799-08:00Musabab Kelapangan Hati<span style="font-size: small;">Hadirin sholat jum’at yang kami hormati.</span><div style="text-align: justify;">
<a href="http://cdn.khotbahjumat.com/wp-content/uploads/2012/12/Wasiat-Untuk-Suami-dan-Istri-570x300.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Wasiat Untuk Suami dan Istri" border="0" class="attachment-archive-thumb wp-post-image" height="105" src="http://cdn.khotbahjumat.com/wp-content/uploads/2012/12/Wasiat-Untuk-Suami-dan-Istri-570x300.jpg" style="background-color: #fcfcfc; border-color: rgb(200, 200, 194);" title="Wasiat Untuk Suami dan Istri" width="200" /></a><span style="font-size: small;"> Hiruk pikuk kehidupan manusia dengan segala aktifitas yang terus bergulir tanpa henti adalah yang sering menimbulkan hambatan yang melahirkan berbagai macam problema dan permasalahan bagi manusia di muka bumi ini, dan kadang pada akhirnya menimbulkan perasaan yang tidak tenang, ada yang terasa sempit dan menyebabkan seseorang hilang rasa tenang dan bahagia di dalam kehidupannya. </span></div>
<span style="font-size: small;">Karena itulah kelapangan dada dan ketenangan hati merupakan salah satu nikmat dan merupakan dambaan setiap insan yang ingin hidup di dunia dalam keadaaan baik dan penuh anugrah serta kebarokahan dari Allah. <br /></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Sungguh di dalam syriat islam telah diterangkan oleh Allah sebab-sebab yang menyebabkan seorang hamba memiliki hati yang lapang dan bersinar dan akhirnya dada seorang hamba menjadi lapang, sunguh Allah telah menyebutkan hal ini sebagai nikmat yang besar yang Allah ingatkan kepada NabiNya bahwa itu adalah anugrah dan nikmat yang diberikan kepadanya,Allah berfirman: </span></div>
<span style="font-size: small;">أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ </span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">“Bukankah aku telah melapangkan dadamu(wahai rosul/muhamad)” (QS. Al insyiroh:1) </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Yaitu bukankah Kami telah membuat di dalamnya lapang, terus bercahaya dan bersinar penuh dengan ketenangan dan kesejukan dan ini adalah nikmat yang sangat agung dan luar biasa karena pentingnya nikmat ini dalam kehidupan, bahkan ini adalah permohonan Nabi Musa kepada Allah setelah beliau diangkat menjadi rosul yang diutus menuju Fir’aun, beliau berdoa yang diterangkan dalam surat Thaha: </span></div>
<span style="font-size: small;">قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي (25) وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي (26 <br /><br />“Wahai tuhanku, lapangkanlah dadaku dan jadikanlah perkaraku menjadi mudah” <br /><br />Maka kita bisa memahami besarnya nikmat ini, dan Alqur’an serta Sunah menjelaskan sejumlah sebab yang mengantarkan hamba kedalam ketenangan hati kelapangannya dan bersinarnya hati tersebut, diantaranya Allah berfirman: <br />أَفَمَن شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلإِسْلامِ فَهُوَ عَلَى نُورٍ مِّن رَّبِّه <br />“Bukankah seseorang yang yang hatinya lapang di dalam menerima islam maka hati itu terus menerus berada dalam cahaya dari robbnya.” (QS. Zumar: 22) <br />Juga firmanNya: <br />فَمَن يُرِدِ اللَّهُ أَن يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلإِسْلاَمِ وَمَن يُرِدْ أَن يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاء كَذَلِكَ يَجْعَلُ اللَّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُون </span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">“Barang siapa yang dikehendaki Allah mendapat petunjuk maka Allah melapangkan dadanya menerima islam, dan barang siapa yang Allah kehendaki kesesatan maka Allah akan menjadilkan hatinya berat dan sempit seakan-akan seolah dia mendaki langit, dan demikianlah Allah menjadikan kehinaan kepada orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Al-An’am: 125) </span><br /><span style="font-size: small;">Maka keimanan adalah sebab yang dengannya hati seseorang hamba menjadi lapang dan bersinar, kalau Ia beriman dengan keimanan yang yang benar kepada Allah, beriman akan adanya Allah, RububiyahNya, UluhiyahNya, nama-nama dan sifat-sifatNya dan beriman pula kepada para rasulNya, kitab-kitabNya,para nabiNya dan hari akhir dan juga pada takdir berupa takdir buruk atau jelek dan dia menjaga keimanannya di atas tauhid.</span></div>
<span style="font-size: small;"> Allah berfirman: <br />قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ <br /><br />“katakan, sesungguhnya sholatku ibadahku,hidupku dan matiku semuanya milik Allah penguasa alam semesta” (Q.s: Al an’am 162) <br />Menunjukan bahwasanya kebahagiaan ialah ketika hati hanya terfokus kepada Yang Maha satu Dialah Allah pencipta langit dan bumi, maka dengan keimanan padanya akan tercipta ketengan dan ketentraman dan kesejukan, cahaya sekaligus petunjuk yang senantiasa menerangi kehidupannya.<br /> Allah berfirman: <br />الَّذِينَ آمَنُواْ وَلَمْ يَلْبِسُواْ إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ أُوْلَئِكَ لَهُمُ الأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ <br />“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur keimanannya dengan kedholiman maka mereka akan mendapat ketenangan dan dia termasuk orang-orang yang mendapatkan petunjuk.” (Q.s Al-An’am: 82) <br /><br />Kedholiman di sini berarti kesyirikan dan telah sah keterangan dari rosulullah tentangnya. <br /></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Dari sini kita memahami bahwasanya kesyirikan menyebabkan ketidak amanan dalam kehidupan dunia, dengan kesyirikan kehidupan hamba akan tidak terarah, serta akan menghancurkan,sekaligus menodai sehingga menyebabkan hati menjadi sempit walaupun mungkin berenang dalam lautan kemewahan dunia. Sedang bahaya syirik di akhirat menyebabkan pelakunya kekal di neraka. </span><br /><span style="font-size: small;">Keamanan di sini yaitu mereka mendapatkan di dunia dan di akhirat, keamanan di dalam tubuh, keamanan di dalam keluarga dan segala sesuatu yang ia ingin mendapatkan keamanannya di dalamnya, keamanan yang menyebabkan dia akan selamat dari berbagai gangguan dan bahaya yang datang dari manusia atau selainnya. </span><br /><span style="font-size: small;">Dia mendapat pentunjuk di dunia dan di akhirat,di dunia Allah menunjukan kepada kebahagian,dia bisa menetapi jalan yang benar dan di akhirat dia ditunjukan jalan yang menuju kebahagian abadi yaitu Al-Jannah. </span><br /><span style="font-size: small;">Namun sebaliknya siapa yang menodai kehidupannya dengan kesyirikan, menyembah selain Allah, ia memohon kepada selain Allah, datang ke kuburan meminta hajat, datang ke tempat yang keramat atau melempar sesajian ke lautan atau melakukan bentuk kesyirikan dengan berdoa selain Allah, menyembelih untuk selain Allah, bernadzar untuk selain Allah, bernadzar kepada selain Allah dan bentuk kesyirikan yang lain, maka dengan kesyirikan hamba akan sempit hatinya, di liput dengan duka, dan malapetaka, Allah berfirman: </span><br /><span style="font-size: small;">وَمَن يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاء فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ </span><br /><br /><span style="font-size: small;">“Barang siapa yang berbuat kesyirikan maka seolah dia jatuh dari langit, maka burung menyambarnya atau tertiup angin, maka dia terhempas ke tempat yang sangat jauh.” (Q.s Al-Hajj 31) </span><br /><span style="font-size: small;">Bahkan dengan kesyirikan dia akan mendapatkan kehancuran, dengan adanya syirik akan tersebar bahaya yang senantiasa mengintai kepada dirinya bahkan masyarakat, Negara, bahkan seluruh manusia, Allah mengingatkan dalam firmanNya: </span><br /><span style="font-size: small;">وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنشَقُّ الأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا أَن دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا وَمَا يَنبَغِي لِلرَّحْمَنِ أَن يَتَّخِذَ وَلَدًا </span><br /><br /><span style="font-size: small;">“Mereka mengatkan bahwa Allah yang maha penyayang memiliki anak, sungguh kalian telah melakukan sesuatu yang sangat mungkar, maka hampir saja langit pecah, bumi terbelah dan gunung hampir runtuh ketika mereka mengatkan Allah punya anak, dan tidaklah Allah yang penyayang memiliki anak.” (Q.s: Maryam: 88-92) </span><br /><span style="font-size: small;">Kemudian Allah mensucikan diriNya: </span><br /><span style="font-size: small;">إِن كُلُّ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ إِلاَّ آتِي الرَّحْمَنِ عَبْدًا لَقَدْ أَحْصَاهُمْ وَعَدَّهُمْ عَدًّا وَكُلُّهُمْ آتِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَرْدًا </span><br /><span style="font-size: small;">“Tidak ada yang ada di langit dan bumi kecuali datang kepada Allah dengan sebagai hamba sungguh Allah menghitung mereka dengan hitungan yang teliti, dan semuanya datang kepadaNya dalam keadaan sendiri-sendiri. (QS. Maryam: 93-94) </span><br /><span style="font-size: small;">Maka bagi siapa yang ingin dilapangkan hatinya maka supaya memurnikan ibadah hanya kepada Allah semata,sehingga kehidupannya menjadi indah dan ini bisa terwaujud jika dia benar-benar bertawakal dengan sebenar-benarnya tawakal, hasilnya rizkinya akan di tanggung oleh Allah seperti dalam sabda Rosulullah: </span><br /><span style="font-size: small;">لَوْ أَنَّكُمْ تَوَكَّلْتُمْ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا </span><br /><span style="font-size: small;">“Jika sekirannya kalian tawakal dengan sebenar-benarnya tawakal sungguhAllah akan memberi rizki kepada kalian seperti Allah memberi rizki kepada burung yang dalam keadaan lapar di waktu pagi tapi ketika dia pulang ke sarang waktu sore dia sudah dalam keadaan kenyang.” [H.R Ahmad, Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Majah, dll ] </span><br /><span style="font-size: small;">Perhatikanlah burung dia tidak memiliki simpanan makanan tidak punya gudang makanan juga tidak ada uang yang di Bank namun ketika dia berangkat dalam keadaan perut kosong di pagi hari saat menjelang sore dia telah memenuhi perutnya dengan makanan,ini semua karena bimbingan Allah dan rizkinya, dan ini akan di berikan kepada mereka yang bertawakal kepaNya dengan sebenar-benarnya, maka tidak rugi orang yang mentauhidkan Allah, berbakti padaNya dan tidak durhaka kepada Allah dengan melakukan kesyirikan, hasilnya dia mendapat ketenangan jiwa, keluasan hati, penuh cahaya, dan barokah dalam kehidupannya, yaitu dengan komitmen menjalani kehidupan dengan berdasarkan bimbingan Allah yang Dia turunkan berupa Alqur’an dan wahyu yang di berikan kepada Rosulnya berupa Alhadits, Allah telah mempertegas dalam firmanNya: </span></div>
<span style="font-size: small;">وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنتُ بَصِيرًا قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنسَى </span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">“Barang siapa yang berpaling dari peringatanku(Alqur’an)maka baginya kehidupan yang sempit dan Kami akan membangkitkannya di hari kiamat dalam keadaan buta, dia bertanya: wahai robku, kenapa Engkau bangkitkan saya dalam keadaan buta, padahal kami dulu bisa melihat, maka Allah menjawab, demikianlah kami datankan kepada kalian ayat-ayat kami namun engkau melalaikannya, demikianlah hari ini engkau dilupakan.” (Q.s: Thaha: 124-126) </span><br /><span style="font-size: small;">Ini adalah jaminan dari Allah yaitu barang siapa yang mengikuti alqur’an dan As-sunnahdalam seluruh sisi kehidupannya maka Allah menjamin ketenangan dan kebahagian, sebaliknya yang berpaling dan Alquar’an dan sunah maka Allah menjadikan kehidupan yang penuh kesempitan. Maka seseorang hendaknya menjaga dirinya dalam jalur Alqur’an dan assunnah. </span><br /><span style="font-size: small;">Sebab yang lain yang menyebabkan hatinya menjadi lapang adalah dia mencintai Allah dengan cinta yang paling besar di banding dengan yang lain siapapun dia, disebutkan dalam hadits dalam bukhori muslim yaitu menjelaskan tiga perkara yang siapa mendapatkan 3 perkara ini maka dia akan merasakan manisnya keimanan di dalam hatinya, yaitu: </span></div>
<span style="font-size: small;">1. Dia mencintai Allah dan rosulNya dengan kcintaan yang paling tinggi.<br /> 2. ia mencintai seseorang karena Allah.</span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> 3. ia benci di kembalikan ke dalam kekafiran seperti bencinya jika dia dilempar ke dalam neraka. </span><br /><span style="font-size: small;">Allah dan rosulNya paling didengar dan ditaati, kepentingan apapun jika bertentangan dengan kepentingan Allah Rosul maka dia mendahulukan Allah dan ROsul sebagai bukti cinta kepadanya, dengan kecintaan seperti ini akan menciptakan kesejukan di dalam hatinya, betapa nikmat jika ia mendahulukan Allah dan rosulnya, maka jik ia mencintaiNya dengan menempuh sebab kecintaan maka dia akan dicintai Allah, hasilnya, bersabda Rosulullah: </span><br /><span style="font-size: small;">“Barang siapa yang menyakiti waliku maka sungguh dia telah membuka peperangan denganKu, dan sesuatu yang paling Aku cintai yang dengannya hamba mendekat kepadaku adalah hamba melaksanakan yang Aku wajibkan kepadanya, dan jika hamba selalu melakukan amalan yang sunah untuk mendekatkan kepadaKu sampai Aku mencintai hamba tersebut, jika Aku sudah mencintainya maka Aku menjadi penengarannya yang dia mendenger dengannya dan Aku menjadlimata yang dia gunakan untuk melihat dan aku menjadi tangannya yang dia mengunakannya, dan Aku menjadi kakinya yang dia berjalan dengannya” </span></div>
<span style="font-size: small;">Maksudnya Allah bersamanya dalam setiap keaadaanya, yaitu dengan menolong dan mengawasinya, (bukan berarti Allah bersama menyatu dengan hamba dan ini adalah salah) <br />Khutbah kedua<br /> Hadirin sholat jum’at yang yang saya hormati dan saya mulyakan.<br /> Diantara sebab yang menjadikan hati hamba menjadi lapang yaitu hendaklah seseorangmemperbanyak dzikir kepada Allah, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah: <br />يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا <br />“Wahai orang-orang yang beriman berdzikirlah kepada Allah dengan dzikir yang banyak, dan sucikan dia di setiap pagi dan siang” (Q.s: al ahzab:41) <br />Dan firmanNya: <br />أَلاَ بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ <br />“Ingatlah dengan dzikir hati akan menjadi tenang” (QS. Ar-Ra’ad: 28 ) <br />Juga firmanNya: <br />فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُواْ لِي وَلاَ تَكْفُرُونِ <br /><br />“Ingatlah, berdzikirlah kepadaku maka aku akan mengingatmu, dan bersyukurlah kepadaku dan jangan ingkar kepadaKu” (Q.s Al-Baqarah: 152) </span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Perhatikanlah kalau seseoran senantiasa mengingat Allah, maka dia akan selalu mengingatnya sehingga jika dia mengalami masalah, Dia akan membantunya menyelesaikannya dan membuang dan Allah mengganti yang lebih baik dengan yang lebih baik sehingga hatinya menjadi lapang. </span><br /><span style="font-size: small;">Mengangungkan membesarkan dan memuji Allah adalah kehidupan seorang muslim yang hendaknya dipahami, maka seluruh hidupnya bisa dimanfaatkan dengan berdzikir kepada Allah, dzikir adalah kalimat yang sangat ringan diucapkan dalam lisan dan sangat berat di timbangan amal, bahkan alqur’an dimudahkan untuk berdzikir: </span></div>
<span style="font-size: small;">وَلَقَد تَّرَكْنَاهَا آيَةً فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ <br />“Dan sungguh alqur’an kami mudahkan untuk berdzikir, maka adakah orang yang mau berdzikir.”(QS. Al Qomar: 17) <br /><br />Diantara sebab yang menjadikan hati menjadi lapang adalah ia banyak bertaubat dan mensucikan diri, tidak diragukan manusia dalam kehidupannya pasti terjatuh dalam kesalahan, kelalaian, kelupaan, bahkan dosa. Jangankan kita, rosulullah yang telah diampuni dosa yang telah dilakukan dan belum dilakukan sewaktu hidupnya, beliau memperbanyak bertaubat dan beristiqfar dalam sehari sebanyak 100x maka kita hendaknya lebih butuh lagi untuk meminta ampun mengingat banyaknya dosa yang kita lakukan. Dengan istigfar Allah menjanjikan kelapangan hati bahkan dibukakan menfaat dan keutamaan yang lain, Allah menerangkan dalam firmannya: <br />فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَارًا وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَارً <br />“Minta ampunlah kepada robb kalian sesungguhnya dia maha pengampun, dia akan menurunkan dari langit untuk kalian hujan yang lebat, dan Dia akan menjadikan kebun dan sungai-sungai yang deras mengalir.” (Q.s Nuh: 10-12 ) <br />Ayat di atas merupakan janji dari Allah, sedang para Nabi mengajak dan mengabarkan: <br />وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُواْ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلاَ تَتَوَلَّوْاْ مُجْرِمِينَ <br /></span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">“Wahai kaumku mintalah ampun kalian kepada robb kalian dan bertaubatlah padaNya, dia akan mencurahkan hujan dari langit dan dia akan menambah kekuatan kalian berlipat-lipat, dan janganlah mengasihi(menjadikan wali) orang-orang kafir.”</span><br /><span style="font-size: small;"> Ini di abadikan oleh Allah dalam surat Hud ayat: 52. </span><br /><span style="font-size: small;">Maka dari sini kita fahami pentingnnya beristigfar dan bertaubat kepada Allah dalam kehidupan ini, dan pentingnya introspeksi diri lalu memperbaiki diri dan senantiasa bertaubat kepada Allah. Mensucikan diri adalah dengan melakukan amalan-amalan yang dulunya ditinggalkan dari kebaikan, dan membersihkan diri dari dari kemaksiatan dan dosa yang di lakukan, dan Allah menjanjikan keberuntungan: </span></div>
<span style="font-size: small;">وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا <br />“Sungguh beruntung orang-orang yang mensucikan diri, dan sungguh celaka orang yang terus mengotori dirinya.” <br />Dan Allah menyebutkan keutamaan orang-orang yang mendapatkan surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai: </span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">وَمَنْ يَأْتِهِ مُؤْمِنًا قَدْ عَمِلَ الصَّالِحَاتِ فَأُوْلَئِكَ لَهُمُ الدَّرَجَاتُ الْعُلَى جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ جَزَاء مَن تَزَكَّى </span><br /><span style="font-size: small;">“Barang siapa yang menghadap Allah dengan keadaan beriman dan berbuat kebaikan maka mereka mendapatkan derajat yang tinggi berupa surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dari bawahnya, mereka kekal di dalamnya dan itu ba;asan bagi orang yang mensucikan diri.” (Q.s Taha 75-76 ) </span><br /><span style="font-size: small;">Karena itu mensucikan diri dan bertaubat kepada Allah adalah hal yang sangat penting, khususnya di hari ini di mana banyak musibah yang menjadi peringatan bagi kita semua. Mudah-mudahan kita dijadikan orang yang selalu bertaubat sehingga termasuk hamba yang mensucikan diri, sehingga kita semua selamat dari musibah di dunia dan lebih-lebih di akhirat: </span><br /><span style="font-size: small;">وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ </span><br /><span style="font-size: small;">“Tidaklah Allah menyilksa kaumNya sedang engkau wahai Muhamad berada di sisi mereka, dan Allah tidaklah menyiksa mereka dalam keadaan mereka beristiqfar.” (Q.s Al-Anfal 33) </span><br /><span style="font-size: small;">Juga dengan istigfar akan menyebabkan datangnya rahmat dari Allah: </span><br /><span style="font-size: small;">“Andaikata kalian beristiqfar kepada Allah niscaya kalian akan dirahmatiNya.” </span><br /><span style="font-size: small;">Mudah-mudahah kita dijadikan orang yang selalu beriman kepada Allah bertakwa kepadaNya bertauhid, dan menjadi hamba yang banyak beristiqfar dan bertaubat, sungguh dosa kita, dan kesalahan kita sangatlah banyak, dan Allah masih merahmati kita dengan menjalani hari- hari sebagai bukti rahmatNya, mudah-mudah hari yang tersisa yang akan kita lewati kita bisa menggunakan untuk selalu bertaubat dan beristilqfar kepadaNya, karena dekatnya kematian yang akan kita temui, dan kita tahu kapan tapi kita yakin akan datangnya: </span><br /><span style="font-size: small;">أَيْنَمَا تَكُونُواْ يُدْرِككُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُّشَيَّدَةٍ </span><br /><span style="font-size: small;">“Dimanapun kalian berada sungguh kematian akan menemuai kalian walaupun engkau bersembunyi di balik dinding yang sangat tinggih lagi kokoh.” </span><br /><span style="font-size: small;">Semoga kita diampuni oleh Allah dan diberi manfaat dari segala kemanfaatan baik yang kita ketahui atau tidak , dan mudah-mudahan Dia tidak menjadikan malapetaka bagi kita semua.Wallahuta’ala a’lam bishowab.</span></div>
fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3084079011914242869.post-4115599746712519202013-01-16T21:16:00.002-08:002013-01-16T21:16:37.172-08:00KH Hasyim Asy'ari (2)Mendirikan Nahdlatul Ulama’ <br />
Disamping aktif mengajar beliau
juga aktif dalam berbagai kegiatan, baik yang bersifat lokal atau
nasional. Pada tanggal 16 Sa’ban 1344 H/31 Januari 1926 M, di Jombang
Jawa Timur didirikanlah Jam’iyah Nahdlotul Ulama’ (kebangkitan ulama)
bersama KH. Bisri Syamsuri, KH. Wahab Hasbullah, dan ulama’-ulama’ besar
lainnya, dengan azaz dan tujuannya: “Memegang dengan teguh pada salah
satu dari madzhab empat yaitu Imam Muhammad bin Idris Asyafi’i, Imam
Malik bin Anas, Imam Abu Hanifah An-Nu’am dan Ahmad bin Hambali. Dan
juga mengerjakan apa saja yang menjadikan kemaslahatan agama Islam”. KH.
Hasyim Asy’ari terpilih menjadi rois akbar NU, sebuah gelar sehingga
kini tidak seorang pun menyandangnya. Beliau juga menyusun qanun asasi
(peraturan dasar) NU yang mengembangkan faham ahli sunnah waljama’ah. <br />
<br />
Nahdlatul
ulama’ sebagai suatu ikatan ulama’ seluruh Indonesia dan mengajarkan
berjihad untuk keyakinan dengan sistem berorganisasi. Memang tidak mudah
untuk menyatukan ulama’ yang berbeda-beda dalam sudut pandangnya,
tetapi bukan Kiai Hasyim kalau menyerah begitu saja, bahwa beliau
melihat perjuangan yang dilakukan sendiri-sendiri akan lebih besar
membuka kesempatan musuh untuk menghancurkannya, baik penjajah atau
mereka yang ingin memadamkan sinar dan syi’ar Islam di Indonesia, untuk
mengadudomba antar sesama. Beliau sebagai orang yang tajam dan jauh pola
pikirnya dalam hal ini, melihat bahaya yang akan dihadapkannya oleh
umat Islam, dan oleh karena itu beliau berfikir mencari jalan keluarnya
yaitu dengan membentuk sebuah organisasi dengan dasar-dasar yang dapat
diterima oleh ulama’ulama lain. <br />
<br />
Jam’iyah ini berpegang
pada faham ahlu sunnah wal jama’ah, yang mengakomodir pada batas-batas
tertentu pola bermadzhab, yang belakangan lebih condong pada manhaj dari
pada sekedar qauli. Pada dasawarsa pertama NU berorentasi pada
persoalan agama dan kemasyarakatan. Kegiatan diarahkankan pada persoalan
pendidikan, pengajian dan tabligh. Namun ketika memasuki dasawarsa
kedua orentasi diperluas pada persoalan-persolan nasional. Hal tersebut
terkait dengan keberadaannya sebagai anggota federasi Partai dan
Perhimpunan Muslim Indonesia (MIAI) NU bahkan pada perjalanan sejarahnya
pernah tampil sebagai salah satu partai polotik peserta pemilu, yang
kemudian menyatu dengan PPP, peran NU dalam politik praktis ini kemudian
diangulir dengan keputusan Muktamar Situbono yanh menghendaki NU
sebagai organisasi sosial keagamaan kembali pada khitohnya. <br />
<br />
Pejuang Kemerdekaan <br />
<br />
Peran
KH. M. Hasyim Asy’ari tidak hanya terbatas pada bidang keilmuan dan
keagamaan, melainkan juga dalam bidang sosial dan kebangsaan, beliau
terlibat secara aktif dalam perjuangan membebaskan bangsa dari penjajah
belanda. <br />
<br />
Pada tahun 1937 beliau didatangi pimpinan
pemerintah belanda dengan memberikan bintang mas dan perak tanda
kehormatan tetapi beliau menolaknya. Kemudian pada malam harinya beliau
memberikan nasehat kepada santri-santrinya tentang kejadian tersebut dan
menganalogkan dengan kejadian yang dialami Nabi Muhammad SAW yang
ketika itu kaum Jahiliyah menawarinya dengan tiga hal, yaitu: <br />
<br />
Kursi kedudukan yang tinggi dalam pemerintahan<br />
Harta benda yang berlimpah-limpah<br />
Gadis-gadis tercantik <br />
<br />
Akan
tetapi Nabi SAW menolaknya bahkan berkata: “Demi Allah, jika mereka
kuasa meletakkan matahari ditangan kananku dan bulan ditangan kiriku
dengan tujuan agar aku berhenti dalam berjuang, aku tidak akan mau
menerimanya bahkan nyawa taruhannya”. Akhir KH.M. Hasyim Asy’ari
mengakhiri nasehat kepada santri-santrinya untuk selalu mengikuti dan
menjadikan tauladan dari perbuat Nabi SAW. <br />
<br />
Masa-masa
revolusi fisik di Tahun 1940, barang kali memang merupakan kurun waktu
terberat bagi beliau. Pada masa penjajahan Jepang, beliau sempat ditahan
oleh pemerintah fasisme Jepang. Dalam tahanan itu beliau mengalami
penyiksaan fisik sehingga salah satu jari tangan beliau menjadi cacat.
Tetapi justru pada kurun waktu itulah beliau menorehkan lembaran dalam
tinta emas pada lembaran perjuangan bangsa dan Negara republik
Indonesia, yaitu dengan diserukan resolusi jihad yang beliau memfatwakan
pada tanggal 22 Oktober 1945, di Surabaya yang lebih dikenal dengan
hari pahlawan nasional. <br />
<br />
Begitu pula masa penjajah
Jepang, pada tahun 1942 Kiai Hasyim dipenjara (Jombang) dan dipindahkan
penjara Mojokerto kemudian ditawan di Surabaya. Beliau dianggap sebagai
penghalang pergerakan Jepang. <br />
<br />
Setelah Indonesia
merdeka Pada tahun 1945 KH. M. Hasyim Asy’ari terpilih sebagai ketua
umum dewan partai Majlis Syuro Muslimin Indonesia (MASYUMI) jabatan itu
dipangkunya namun tetap mengajar di pesantren hingga beliau meninggal
dunia pada tahun 1947. <br />
<br />
Keluarga Dan Sisilah <br />
<br />
Hampir
bersamaan dengan berdirinya Pondok Pesantren Tebuireng (1317 H/1899 M),
KH. M. Hasyim Asya’ri menikah lagi dengan Nyai Nafiqoh putri Kiai Ilyas
pengasuh Pondok Pesantren Sewulan Madiun. Dari perkawinan ini kiai
hasyim dikaruniai 10 putra dan putri yaitu: <br />
<br />
Hannah<br />
Khoiriyah<br />
Aisyah<br />
Azzah<br />
Abdul Wahid<br />
Abdul hakim (Abdul Kholiq)<br />
Abdul Karim<br />
Ubaidillah<br />
Mashurroh<br />
Muhammad Yusuf.<br />
<br />
Menjelang akhir Tahun 1930, KH. M. Hasyim Asya’ri menikah
kembali denagn Nyai Masruroh, putri Kiai Hasan, pengasuh Pondok
Pesantren Kapurejo, Kecamatan Pagu Kediri, dari pernikahan tersebut,
beliua dikarunia 4 orang putra-putri yaitu: <br />
<br />
Abdul Qodir<br />
Fatimah<br />
Chotijah<br />
Muhammad Ya’kub <br />
<br />
Garis keturunan KH. M. Hasyim Asy’ari (Nenek ke-sembilan ) <br />
<br />
Muhammad
Hasyim bin Asy’ari bin Abdul Wahid (Pangeran Sambo) bin Abdul Halim
(Pangeran Benowo) bin Abdul Rahman (Mas Karebet/Jaga Tingkir) yang
kemudian bergelar Sultan Hadiwijaya bin Abdullah (Lembu Peteng) yang
bergelar Brawijaya VI <br />
<br />
Wafatnya Sang Tokoh <br />
<br />
Pada
Tanggal 7 Ramadhan 1366 H. jam 9 malam, beliau setelah mengimami Shalat
Tarawih, sebagaimana biasanya duduk di kursi untuk memberikan pengajian
kepada ibu-ibu muslimat. Tak lama kemudian, tiba-tiba datanglah seorang
tamu utusan Jenderal Sudirman dan Bung Tomo. Sang Kiai menemui utusan
tersebut dengan didampingi Kiai Ghufron, kemudian tamu itu menyampaikan
pesan berupa surat. Entah apa isi surat itu, yang jelas Kiai Hasyim
meminta waktu semalam untuk berfikir dan jawabannya akan diberikan
keesokan harinya. <br />
Namun kemudian, Kiai Ghufron melaporkan situasi
pertempuran dan kondisi pejuang yang semakin tersudut, serta korban
rakyat sipil yang kian meningkat. Mendengar laporan itu, Kiai Hasyim
berkata, “Masya Allah, Masya Allah…” kemudian beliau memegang kepalanya
dan ditafsirkan oleh Kiai Ghufron bahwa beliau sedang mengantuk.
Sehingga para tamu pamit keluar. Akan tetapi, beliau tidak menjawab,
sehingga Kiai Ghufron mendekat dan kemudian meminta kedua tamu tersebut
untuk meninggalkan tempat, sedangkan dia sendiri tetap berada di samping
Kiai Hasyim Asy’ari. Tak lama kemudian, Kiai Ghufron baru menyadari
bahwa Kiai Hasiyim tidak sadarkan diri. Sehingga dengan tergopoh-gopoh,
ia memanggil keluarga dan membujurkan tubuh Kiai Hasyim. Pada saat itu,
putra-putri beliau tidak berada di tempat, misalnya Kiai Yusuf Hasyim
yang pada saat itu sedang berada di markas tentara pejuang, walaupun
kemudian dapat hadir dan dokter didatangkan (Dokter Angka Nitisastro). <br />
Tak
lama kemudian baru diketahui bahwa Kiai Hasyim terkena pendarahan otak.
Walaupun dokter telah berusaha mengurangi penyakitnya, namun Tuhan
berkehendak lain pada kekasihnya itu. KH.M. Hasyim Asy’ari wafat pada
pukul 03.00 pagi, Tanggal 25 Juli 1947, bertepatan dengan Tanggal 07
Ramadhan 1366 H. Inna LiLlahi wa Inna Ilaihi Raji’un. <br />
Kepergian
belaiu ketempat peristirahatan terakhir, diantarkan bela sungkawa yang
amat dalam dari hampir seluruh lapisan masyarakat, terutama dari para
pejabat sipil maupun militer, kawan seperjuangan, para ulama, warga NU,
dan khususnya para santri Tebuireng. Umat Islam telah kehilangan
pemimpin besarnya yang kini berbaring di pusara beliau di tenggah
Pesantrn Tebuireng. Pada saat mengantar kepergianya, shahabat dan
saudara beliau, KH. Wahab hazbulloh, sempat mengemukakan kata sambutan
yang pada intinya menjelaskan prinsip hidup belaiu, yakni, “berjuang
terus dengan tiada mengenal surut, dan kalau perlu zonder istirahat”. <br />
<br />
Karya Kitab Klasik <br />
<br />
Peninggalan
lain yang sangat berharga adalah sejumlah kitab yang beliau tulis
disela-sela kehidupan beliau didalam mendidik santri, mengayomi ribuan
umat, membela dan memperjuangkan bumi pertiwi dari penjajahan. Ini
merupakan bukti riil dari sikap dan perilakunya, pemikirannya dapat
dilacak dalam beberapa karyanya yang rata-rata berbahasa Arab. <br />
<br />
Tetapi
sangat disayangkan, karena kurang lengkapnya dokumentasi, kitab-kitab
yang sangat berharga itu lenyap tak tentu rimbanya. Sebenarnya, kitab
yang beliau tulis tidak kurang dari dua puluhan judul. Namun diakungkan
yang bisa diselamatkan hanya beberapa judul saja, diantaranya: <br />
Al-Nurul
Mubin Fi Mahabati Sayyidi Mursalin. Kajian kewajiban beriman, mentaati,
mentauladani, berlaku ikhlas, mencinatai Nabi SAW sekaligus sejarah
hidupnya<br />
Al-Tanbihat al-Wajibat Liman Yashna’u al-Maulida Bi
al-Munkarat. Kajian mengenai maulid nabi dalam kaitannya dengan amar
ma’ruf nahi mungkar<br />
Risalah Ahli Sunnah Wal Jama’ah. Kajian
mengenai pandangan terhadap bid’ah, Konsisi salah satu madzhab, dan
pecahnya umat menjadi 73 golongan<br />
Al-Durasul Muntasyiroh Fi Masail
Tis’a ‘asyaraoh. Kajian tentang wali dan thoriqoh yang terangkum dalam
sembilan belas permasalahan.<br />
Al-Tibyan Fi Nahyi’an Muqatha’ah
al-Arham Wa al-Aqrab Wa al-Akhwal. Kajian tentang pentingnya jalinan
silaturahmi antar sesama manusia<br />
Adabul ‘Alim Wa Muata’alim. Pandangan tentang etika belajar dan mengajar didalam pendidikan pesantrren pada khususnya<br />
Dlau’ al-Misbah Fi Bayani Ahkami Nikah. Kajian hukum-hukum nikah, syarat, rukun, dan hak-hak dalam perkawinan<br />
Ziyadah Ta’liqot. Kitab yang berisikan polemic beliau dengan syaikh Abdullah bin yasir Pasuruaan<br />
<br />
<span class="”fullpost”">
</span>fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3084079011914242869.post-44984443778899288412013-01-16T20:21:00.002-08:002013-01-16T20:21:30.318-08:00KH Hasyim Asy'ari <div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">KH Hasyim Al Asy’ari Pendiri Nahdlatul Ulama (1287 – 1366H) <br /><br />KH
Hasyim Al Asy’ari adalah seorang ulama pendiri Nahdlatul Ulama (NU),
organisasi kemasyarakatan terbesar di Indonesia. Ia juga pendiri
pesantren Tebuireng, Jawa Timur dan dikenal sebagai tokoh pendidikan
pembaharu pesantren. Selain mengajarkan agama dalam pesantren, ia juga
mengajar para santri membaca buku-buku pengetahuan umum, berorganisasi,
dan berpidato. <br /> Karya dan jasa Kiai Hasyim Asy’ari yang lahir di
Pondok Nggedang, Jombang, Jawa Timur, 10 April 1875 tidak lepas dari
nenek moyangnya yang secara turun-temurun memimpin pesantren. Ayahnya
bernama Kiai Asyari, pemimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah
selatan Jombang. Ibunya bernama Halimah. Dari garis ibu, Kiai Hasyim
Asy’ari merupakan keturunan Raja Brawijaya VI, yang juga dikenal dengan
Lembu Peteng, ayah Jaka Tingkir yang menjadi Raja Pajang (keturunan
kedelapan dari Jaka Tingkir). <br /><br />Kelahiran Dan Masa Kecil <br /><br />Tidak
jauh dari jantung kota Jombang ada sebuah dukuh yang bernama Ngedang
Desa Tambak Rejo yang dahulu terdapat Pondok Pesantren yang konon pondok
tertua di Jombang, dan pengasuhnya Kiai Usman. Beliau adalah seorang
kiai besar, alim dan sangat berpengaruh, istri beliau Nyai Lajjinah dan
dikaruniai enam anak: <br />Halimah (Winih)<br /> Muhammad<br /> Leler<br /> Fadli<br /> Arifah <br /><br />Halimah
kemudian dijodohkan dengan seorang santri ayahandanya yang bernama
Asy’ari, ketika itu Halimah masih berumur 4 tahun sedangkan Asy’ari
hampir beruisa 25 tahun. Mereka dikarunia 10 anak: <br /><br />Nafi’ah<br /> Ahmad Saleh<br /> Muhammad Hasyim<br /> Radiyah<br /> Hasan<br /> Anis<br /> Fatonah<br /> Maimunah<br /> Maksun<br /> Nahrowi, dan<br /> Adnan. <br /><br />Muhammad
Hasyim, lahir pada hari Selasa Tanggal 24 Dzulqo’dah 1287 H, bertepatan
dengan tanggal 14 Pebruari 1871 M. Masa dalam kandungan dan kelahiran
KH.M. Hasyim Asy’ari, nampak adanya sebuah isyarat yang menunjukkan
kebesarannya. diantaranya, ketika dalam kandungan Nyai Halimah bermimpi
melihat bulan purnama yang jatuh kedalam kandungannya, begitu pula
ketika melahirkan Nyai Halimah tidak merasakan sakit seperti apa yang
dirasakan wanita ketika melahirkan. <br />Di masa kecil beliau hidup
bersama kakek dan neneknya di Desa Ngedang, ini berlangsung selama enam
tahun. Setelah itu beliau mengikuti kedua orang tuanya yang pindah ke
Desa Keras terletak di selatan kota Jombang dan di desa tersebut Kiai
Asy’ari mendirikan pondok pesantren yang bernama Asy’ariyah. <br />Principle
of early learning, mungkin teori ini layak disandang oleh beliau,
berdasarkan kehidupan beliau yang mendukung yaitu hidup dilingkungan
pesantren, sehingga wajar kalau nilai-nilai pesantren sangat meresap
pada dirinya, begitu pula nilai-nilai pesantren dapat dilihat bagaimana
ayahanda dan bundanya memberikan bimbingan kepada santri, dan bagaimana
para santri hidup dengan sederhana penuh dengan keakraban dan saling
membantu.. <br />Belajar Pada Keluarga <br />Perjalanan keluarga beliau
pulalah yang memulai pertama kali belajar ilmu-ilmu agama baik dari
kakek dan neneknya. Desa Keras membawa perubahan hidup yang pertama kali
baginya, disini mula-mula ia menerima pelajaran agama yang luas dari
ayahnya yang pada saat itu pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren
Asy’ariyah. Dengan modal kecerdasan yang dimiliki dan dorongan
lingkungan yang kondusif, dalam usia yang cukup muda, beliau sudah dapat
memahami ilmu-ilmu agama, baik bimbingan keluarga, guru, atau belajar
secara autodidak. Ketidakpuasannya terhadap apa yang sudah dipelajari,
dan kehausan akan mutiara ilmu, membuatnya tidak cukup hanya belajar
pada lingkungan keluarganya. Setelah sekitar sembilan tahun di Desa
Keras (umur 15 tahun) yakni belajar pada keluarganya, beliau mulai
melakukan pengembaraanya menuntut ilmu. <br /><br />Mengembara ke Berbagai Pesantren <br /><br />Dalam
usia 15 tahun, perjalanan awal menuntut ilmu, Muhammad Hasyim belajar
ke pondok-pondok pesantren yang masyhur di tanah Jawa, khususnya Jawa
Timur. Di antaranya adalah Pondok Pesantren Wonorejo di Jombang,
Wonokoyo di Probolinggo, Tringgilis di Surabaya, dan Langitan di Tuban
(sekarang diasuh oleh K.H Abdullah Faqih), kemudian Bangkalan, Madura,
di bawah bimbingan Kiai Muhammad Khalil bin Abdul Latif (Syaikhuna
Khalil). </span></div>
<span class="”fullpost”">
</span>fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3084079011914242869.post-59987459315879678632013-01-16T20:18:00.001-08:002013-01-16T22:15:50.890-08:00KH Hasyim Asy'ari (1)<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;">Ada cerita yang cukup mengagumkan tatkala KH.M. Hasyim Asy’ari “ngangsu kawruh” dengan Kiai Khalil. Suatu hari, beliau melihat Kiai Khalil bersedih, beliau memberanikan diri untuk bertanya. Kiai Khalil menjawab, bahwa cincin istrinya jatuh di WC, Kiai Hasyim lantas usul agar Kiai Khalil membeli cincin lagi. Namun, Kiai Khalil mengatakan bahwa cincin itu adalah cincin istrinya. Setelah melihat kesedihan di wajah guru besarnya itu, Kiai Hasyim menawarkan diri untuk mencari cincin tersebut didalam WC. Akhirnya, Kiai Hasyim benar-benar mencari cincin itu didalam WC, dengan penuh kesungguhan, kesabaran, dan keikhlasan, akhirnya Kiai Hasyim menemukan cincin tersebut. Alangkah bahagianya Kiai Khalil atas keberhasilan Kiai Hasyim itu. Dari kejadian inilah Kiai Hasyim menjadi sangat dekat dengan Kiai Khalil, baik semasa menjadi santrinya maupun setelah kembali ke masyarakat untuk berjuang. Hal ini terbukti dengan pemberian tongkat saat Kiai Hasyim hendak mendirikan Jam’iyah Nahdlatul Ulama’ yang dibawa KH. As’ad Syamsul Arifin (pengasuh Pondok Pesantren Syafi’iyah Situbondo). <br />Setelah sekitar lima tahun menuntut ilmu di tanah Madura (tepatnya pada tahun 1307 H/1891 M), akhirnya beliau kembali ke tanah Jawa, belajar di pesantren Siwalan, Sono Sidoarjo, dibawah bimbingan K. H. Ya’qub yang terkenal ilmu nahwu dan shorofnya. Selang beberapa lama, Kiai Ya’qub semakin mengenal dekat santri tersebut dan semakin menaruh minat untuk dijadikan menantunya. <br />Pada tahun 1303 H/1892 M., Kiai Hasyim yang saat itu baru berusia 21 tahun menikah dengan Nyai Nafisah, putri Kiai Ya’qub. Tidak lama setelah pernikahan tersebut, beliau kemudian pergi ke tanah suci Mekah untuk menunaikan ibadah haji bersama istri dan mertuanya. Disamping menunaikan ibadah haji, di Mekah beliau juga memperdalam ilmu pengetahuan yang telah dimilkinya, dan menyerap ilmu-ilmu baru yang diperlukan. Hampir seluruh disiplin ilmu agama dipelajarinya, terutama ilmu-ilmu yang berkaitan dengan hadits Rasulullah SAW yang menjadi kegemarannya sejak di tanah air. <br />Perjalanan hidup terkadang sulit diduga, gembira dan sedih datang silih berganti.demikian juga yang dialami Kiai Hasyim Asy’ari di tanah suci Mekah. Setelah tujuh bulan bermukim di Mekah, beliau dikaruniai putra yang diberi nama Abdullah. Di tengah kegembiraan memperoleh buah hati itu, sang istri mengalami sakit parah dan kemudian meninggal dunia. empat puluh hari kemudian, putra beliau, Abdullah, juga menyusul sang ibu berpulang ke Rahmatullah. Kesedihan beliau yang saat itu sudah mulai dikenal sebagai seorang ulama, nyaris tak tertahankan. Satu-satunya penghibur hati beliau adalah melaksanakan thawaf dan ibadah-ibadah lainnya yang nyaris tak pernah berhenti dilakukannya. Disamping itu, beliau juga memiliki teman setia berupa kitab-kitab yang senantiasa dikaji setiap saat. Sampai akhirnya, beliau meninggalkan tanah suci, kembali ke tanah air bersama mertuanya. <br /><br />Kematangan Ilmu di Tanah Suci <br /><br />Kerinduan akan tanah suci rupanya memanggil beliau untuk kembali lagi pergi ke kota Mekah. Pada tahun 1309 H/1893 M, beliau berangkat kembali ke tanah suci bersama adik kandungnya yang bernama Anis. Kenangan indah dan sedih teringat kembali tatkala kaki beliau kembali menginjak tanah suci Mekah. Namun hal itu justru membangkitkan semangat baru untuk lebih menekuni ibadah dan mendalami ilmu pengetahuan. Tempat-tempat bersejarah dan mustajabah pun tak luput dikunjunginya, dengan berdoa untuk meraih cita-cita, seperti Padang Arafah, Gua Hira’, Maqam Ibrahim, dan tempat-tempat lainnya. Bahkan makam Rasulullah SAW di Madinah pun selalu menjadi tempat ziarah beliau. Ulama-ulama besar yang tersohor pada saat itu didatanginya untuk belajar sekaligus mengambil berkah, di antaranya adalah Syaikh Su’ab bin Abdurrahman, Syaikh Muhammad Mahfud Termas (dalam ilmu bahasa dan syariah), Sayyid Abbas Al-Maliki al-Hasani (dalam ilmu hadits), Syaikh Nawawi Al-Bantani dan Syaikh Khatib Al-Minang Kabawi (dalam segala bidang keilmuan). <br />Upaya yang melelahkan ini tidak sia-sia. Setelah sekian tahun berada di Mekah, beliau pulang ke tanah air dengan membawa ilmu agama yang nyaris lengkap, baik yang bersifat ma’qul maupun manqul, seabagi bekal untuk beramal dan mengajar di kampung halaman.<br /> Mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng <br /><br />Sepulang dari tanah suci sekitar Tahun1313 H/1899 M, beliau memulai mengajar santri, beliau pertama kali mengajar di Pesantren Ngedang yang diasuh oleh mediang kakeknya, sekaligus tempat dimana ia dilahirkan dan dibesarkan. Setelah itu belaiu mengajar di Desa Muning Mojoroto Kediri. Disinilah beliau sempat menikahi salah seoarang putri Kiai Sholeh Banjar Melati. Akungnya, karena berbagai hal, pernikahan tersebut tidak berjalan lama sehingga Kiai Hasyim kembali lagi ke Jombang. <br />Ketika telah berada di Jombang beliau berencana membangun sebuah pesantren yang dipilihlah sebuah tempat di Dusun Tebuireng yang pada saat itu merupakan sarang kemaksiatan dan kekacauan. Pilihan itu tentu saja menuai tanda tanaya besar dikalangan masyarakat, akan tetapi semua itu tidak dihiraukannaya. <br />Nama Tebuireng pada asalnya Kebo ireng (kerbau hitam). Ceritanya, Di dearah tersebut ada seekor kerbau yang terbenam didalam Lumpur, dimana tempat itu banyak sekali lintahnya, ketika ditarik didarat, tubuh kerbau itu sudah berubah warna yang asalnya putih kemerah-merahan berubah menjadi kehitam-hitaman yang dipenuhi dengan lintah. Konon semenjak itulah daerah tadi dinamakan Keboireng yang akhirnya berubah menjadi Tebuireng. <br />Pada tanggal 26 Robiul Awal 1317 H/1899 M, didirikanlah Pondok Pesantren Tebuireng, bersama rekan-rekan seperjuangnya, seperti Kiai Abas Buntet, Kiai Sholeh Benda Kereb, Kiai Syamsuri Wanan Tara, dan beberapa Kiai lainnya, segala kesuliatan dan ancaman pihak-pihak yang benci terhadap penyiaran pendidikan Islam di Tebuireng dapat diatasi. <br />KH. M. Hasyim Asya’ri memulai sebuah tradisi yang kemudian menjadi salah satu keistimewaan beliau yaitu menghatamkan kitab shakhihaini “Al-Bukhori dan Muslim” dilaksanakan pada setiap bulan suci ramadlan yang konon diikuti oleh ratusan kiai yang datang berbondong-bondong dari seluruh jawa. Tradisi ini berjalan hingga sampai sekarang (penggasuh PP. Tebuireng KH. M.Yusuf Hasyim). Para awalnya santri Pondok Tebuireng yang pertama berjumlah 28 orang, kemudian bertambah hingga ratusan orang, bahkan diakhir hayatnya telah mencapai ribuan orang, alumnus-alumnus Pondok Tebuireng yang sukses menjadi ulama’ besar dan menjadi pejabat-pejabat tinggi negara, dan Tebuireng menjadi kiblat pondok pesantren. </span></span></div>
<span class="”fullpost”">
</span>fadhlal kiromhttp://www.blogger.com/profile/02602735393257797630noreply@blogger.com0